PEMBELAJARAN HEBAT DARI NASIONALISME INDIA
Berjuang bersama masyarakat,
Kebijakannya dicatat masyarakat
Karena banyak membuahkan berkat.
By M.Rakib LPMP Riau Indonesia.2014
Menarik,
apa yang ditulis oleh Fahiroh, bahwa pada abad kesembilan belas, umat Islam
India dapat dikatakan masih hidup dengan tradisi kebesaran dan kemegahan masa
lalu. Tetapi pada abad kedua puluh, sebagian dari rakyat muslim India telah
bangkit dengan visi yang bercampur aduk antara kebesaran masa lalu yang telah
hilang dan impian kebesaran yang akan datang. Jika kita membahas tentang
pergolakan pemikiran Islam di India dan Pakistan juga di dunia Islam lainnya
maka kita mengetahuai bahwa gerakan pemikiran itu tidaklah terjadi dalam kekosongan
dorongan dari luar, kuat ataupun lemah, adalah erat hubungannya dengan
kebiasaan berpikir dan system ide yang ada dalam pikiran muslim itu sendiri.
Kita
tidak bisa mengharapkan untuk dapat memahami pemikiran moderen dalam Islam,
baik di India dan Pakistan maupun lainnya, kecuali kita harus memahami latar
belakang dari ide-ide Islam yang ada. Untuk mengetahui pemikiran Islam moderen
di India dan Pakistan, latar belakang yang paling memberi petunjuk adalah
keadaan Islam pada abad kesembilan belas atau paling awal pada abad kedelapan
belas. Tetapi itulah soal-soal yang menjadikan pengetahuan kita sangat terbatas
karena kurangnya literatur. Para penulis memusatkan pembahasanya pada abad-abad
pertama dari perkembangan ilmu kalam dan fiqh dan timbulnya tasawuf dan
tarikat. Setelah abad ketiga belas atau sekitar itu orang menduga bahwa dari
segala agama , Islam mengalami kemandekan yaitu tetap berada dalam bentuk yang
dicetak oleh ulama-ulama dari abad-abad pembentukan sebelumnya, bahkan sering
kali mereka beranggapan kalaupun ada perubahan, maka perubahan itu berisi
kemunduran.
Para
pemimpin Muslim India pada pertengahan abad kesembilan belas hidup dengan
kehidupan yang baru, berpikir dengan pikiran yang baru lain dari kehidupan dan
pemikiran orang-orang sebelumnya. Sejarah ide Islam India pada waktu penjajahan
Inggris menggambarkan beberapa aspek yang setiap aspeknya berada sejajar dengan
perkembangan baru dalam lingkungan social negeri itu.
Di
antara sekian banyak tokoh pembaharu muslim di India Nama Abul Kalam Azad juga
merupakan salah satunya, Beliau berusaha memperjuangkan Nasionalisme India
meskipun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
a. Siapa sebetulnya Abul Kalam Azad?
b. Apa pembaharuan pemikiran Islam dari seorang Abul Kalam
Azad?
c. Sejauh manakah peran Abul Kalam Azad dalam memperjuangkan
Nasionalisme India?
a. Pembaca mengetahui, mengerti dan memahami tentang siapa Abul
Kalam Azad dan pemikirannya.
b. Pembaca dapat mengetahui sejauh mana peranan Abul Kalam Azad
dalam memperjuangkan Nasionalisme India.
BIOGRAFI ABUL
KALAM AZAD
Maulana Abul
Kalam Azad dilahirkan di Makkah, pada tanggal 11 Nop 1888.[1]
Orang tua Abul Kalam Azad adalah seorang ulama dan pemimpin yang pindah ke
Makkah setelah gagalnya pemberontakan tahun 1857. Didikan pertama diperolehnya
di Makkah dan didikan selanjutnya di Al-Azhar Kairo. Setelah orang tuanya
meninggal ia pergi ke India dan menetap di sana untuk selama-lamanya.[2]
Akan tetapi ada pendapat lain yang mengatakan, bahwa sepuluh tahun sejak
keberadaannya di Makkah, Khairuddin yang tidak lain adalah ayah Abul Kalam
Azad, kembali ke calcuta India bersama seluruh keluarganya dan menetap disana.[3]
Dari
proses pendidikan yang dilaluinya di perguruan-perguruan di Makkah dan
Kairo-Mesir, Abul Kalam Azad hanya memperoleh pengetahuan bahasa Arab dan
Agama. Setelah di India, ia menambah pengetahuannya tentang bahasa Inggris dan
ilmu-ilmu pengetahuan modern barat dengan usaha sendiri. Sejak kecil Abul Kalam
Azad bercita-cita menjadi pengarang dan politikus. Ia tidak ingin menjadi ulama
seperti Ayahnya.[4]
Meskipun ada yang mencatat bahwa ketika di Mesir Abul Kalam Azad akrab dengan
ide-ide reformis Syeikh Muhammad Abduh dan ide Nasionalisme dan anti
Imperialisme Mustafa Kamal.[5]
Dalam
usia masih muda, pada tahun 1912 Maulana Abul Kalam Azad membuat suatu majalah
di calcuta yang bernama Al-Hilal. Padamulanya sirkulasi majalah itu berjumlah
sebelas ribu tetapi kemudian meningkat menjadi 25.000. Di majalah inilah ia
keluarkan ide-idenya mengenai Agama yang pada waktu itu mengejutkan bagi
golongan Ulama. Al-Hilal juga mengandung ide-ide politik dan karena serangan
dan kritiknya yang tajam terhadap pemerintah Inggris, majalah itu akhirnya
dilarang terbit.[6]
Dalam
meniti karier politik, sejak muda ia telah menggabungkan diri dengan partai
Kongres. Aktivitasnya dalam lapangan politik menyebabkan ia beberapa kali
ditangkap dan dipenjarakan. Pada tahun 1923, dalam usia 35 tahun, ia dipilih
sebagai presiden partai Kongres. 17 tahun kemudian, pada tahun 1940, ia dipilih
untuk kedua kalinya menjadi presiden. Selama hidupnya ia selalu memegang jabatan
penting di Partai Kongres, dan setelah India merdeka, ia pernah menjadi menteri
pendidikan India.[7]
Dari
semenjak muda ia telah memasuki lapangan politik dan menggabungkan diri dengan
partai Kongres. Aktivitasnya dalam lapangan politik membuat ia beberapa kali
ditangkap dan dipenjarakan. di tahun 1923, dalam usia 35 tahun, ia dipilih
menjadi presiden partai Kongres. 17 tahun kemudian, pada tahun 1940, ia dipilih
untuk kedua kalinya menjadi presiden. Selama hidupnya ia selalu memegang
jabatan penting di partai Kongres, dan setelah India merdeka ia pernah menjadi
menteri pendidikan India. Abul Kalam Azad meninggal dunia di New Delhi pada 22
Februari tahun 1958.[8]
B. PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM ABUL KALAM AZAD
Peranan
Abul Kalam Azad dalam lapangan pemikiran pembaharuan dalam Islam kurang menonjol
jika dibandingkan dengan kegiatannya dalam bidang politik. Banyak penulis
menyebutkan bahwa di masa mudanya dia adalah seorang Pan-Islamis dan kemudian
berubah menjadi Nasionalis India. Ketika masih muda, Abul Kalam Azad sangat
berpengaruh terhadap golongan Intelegensia Islam India. Namun setelah Abul
Kalam Azad berubah menjadi Nasionalis India, ia dianggap kurang menarik
bagi lagi bagi golongan Intelegensia Islam India tersebut.
Pemikirannya
dalam bidang agama tidak seliberal pemikiran Akhmad Khan. Sebagai murid Sibli,
pembaharuannya terlihat bersifat moderat. Tujuannya seperti tersebut dalam
Al-Hilal ialah melepaskan umat Islam dari pemikiran-pemikiran abad
pertengahan dan taklid. Ia menganjurkan kembali kepada Al-Qur’an. Dan untuk
keperluan ini ia terjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa urdu dengan diberi
tafsiran. Al-Qur’an harus dipahami sebagaimana adanya, terlepas pengaruh dari
pemikiran ahli hukum, sufi, teolog, filosof, dan sebagainya.[9]
Menurut
Abul Kalam Azad, kemunduran umat Islam disebabkan oleh dogmatism dan sikap
taklid, juga karena umat Islam tidak seluruhnya menjalankan ajaran-ajaran Islam
secara utuh dan komprehensif. Kebangkitan umat Islam menurut Azad dapat
diwujudkan dengan melepaskan paham-paham asing, juga dengan melaksanakan ajaran
Islam dalam segala bidang kehidupan umat Islam. Juga tidak lupa menurut azad
kekuatan umat Islam akan timbul kembali dengan memperkuat tali persaudaraan dan
persatuan umat Islam di seluruh dunia. Dalam hal ini Abul Kalam Azad sangat
kagum kepada Jamaludin Al-Afghani.[10]
C. ABUL
KALAM AZAD DAN NASIONALISME INDIA
Ditengah
penjajahan Inggris di India, muncul para tokoh yang berjuang untuk kemerdekaan
India. Diantaranya adalah munculnya sejumlah pemikir muslim yang memperjuangkan
kemajuan umat Islam melalui pemurnian, pembaharuan pemikiran dan berbagai
gagasan untuk melepas diri dari belenggu penjajahan. Dari sejumlah pemikir yang
ada, Abul Kalam Azad adalah salah satunya. Keinginan agar India merdeka, Abul
Kalam Azad akhirnya menjadi seorang Nasionalis. Menurut Abul Kalam, antara
Islam dan Nasionalisme tidak ada pertentangan. Oleh karena itu ia menentang
keras gerakan Aligarh yang menggaungkan anti Nasionalisme. Tapi ia juga
mengkritisi pendidikan modern yang dibawa sayyid Akhmad Khan yang hanya
menghasilkan orang-orang berjiwa pegawai dan tunduk serta patuh pada Inggris.
Menurut
Abul Kalam Azad, rasa takut umat Islam terhadap mayoritas Hindu tidak mempunyai
dasar. Karena menurutnya, jika umat Islam masih tetap ingin hidup dan tinggal
di India, maka ia harus menjadikan umat Hindu sebagai tetangga dan saudara yang
saling berdampingan. Tetapi jika umat Islam tetap khawatir jika India merdeka,
mereka tidak aman dari orang-orang hindu, maka pilihannya adalah ia tetap
berada dibawah jajahan Inggris. Sedangkan Azad berpendapat Islam tidak
membolehkan untuk mengorbankan kemerdekaan.[11]
Perjuangan
Abul Kalam Azad untuk kemerdekaan India tidak main-main, sejarah India mencatat
ia sebagai orang penting dalam usaha membebaskan India dari penjajah Inggris.
Dia juga dianggap sebagai tokoh pembangunan India modern yang mengabdikan
seluruh hidupnya untuk membebaskan India. Banyak yang menganggap ia sebagai
seorang yang tercerahkan, terpelajar, sederhana, rendah hati dan pemimpin yang senantiasa
memberikan ketauladanan untuk orang lain. Sehingga banyak yang menuliskan
tentang Abul Kalam Azad dalam enam decade terakhir.
Perjuangannya
untuk kemerdekaan India ia Iakukan dengan kendaraan politiknya yaitu partai
congress. Pasca meninggalnya tokoh partai congress MA. Ansari pada 1936, Abul
Kalam Azad menjadi tokoh muslim paling berpengaruh di partai tersebut. Sehingga
pada tahun 1939 akhirnya Azad terpilih sebagai presiden partai Congress. Meski
sempat mengalami pembuangan oleh penguasa Inggris karena Abul Kalam Azad
dianggap akan membahayakan kedudukan mereka di India, tapi Azad tetap memimpin
partai Congress hingga tahun 1946.[12]
Menyusul
kemerdekaan India, Abul Kalam Azad akhirnya menjabat sebagai menteri pendidikan
selama sepuluh tahun. Walau bukan seorang administrator yang efektif, tetapi
selama masa jabatannya sempat membuat beberapa kebijakan penting seperti
mengadakan pendidikan teknis bagi perempuan dan orang dewasa, pendirian akademi
sastra, menolak membuang bahasa Inggris sebagai bahasa Nasional.
Pernyataan
Abul Kalam Azad yang menunjukkan jati dirinya sebagai Muslim Nasionalis. "Saya
seorang Muslim dan sangat sadar akan fakta bahwa saya telah mewarisi tradisi
mulia Islam dari empat belas ratus tahun terakhir,
dan saya
tidak siap untuk lepaskan meskipun sebagian kecil dari warisan itu. Sejarah
dan ajaran Islam, seni dan surat-surat, budaya dan peradaban adalah bagian dari
kekayaan yang saya
miliki, dan itu adalah
tugas saya untuk menghargai dan menjaga itu
semua. Tapi, dengan
semua perasaan ini, saya memiliki keinginan yang sama
dalam, lahir dari pengalaman hidup yang diperkuat, dan tidak
terhalang oleh ruh Islam. Saya juga bangga dengan fakta
bahwa saya seorang India, merupakan bagian penting dari kesatuan tak terpisahkan dari kebangsaan India.
Ini merupakan
faktor penting dalam merubah total, tanpa adanya ini bangunan tetap tidak akan lengkap.
"Jika seluruh dunia adalah negara kita dan harus
dihormati, debu India memiliki tempat pertama Jika semua umat manusia adalah saudara kita, maka India memiliki tempat pertama.”
"Tidak hanya kebebasan nasional, kita mustahil tanpa persatuan Hindu-Muslim, kita juga tidak dapat membuat
tanpa itu, prinsip-prinsip utama dari umat manusia. Jika malaikat mengatakan kepada saya:." Buang persatuan Hindu-Muslim
dan dalam waktu 24 jam saya akan memberikan kebebasan ke India”.
"Saya lebih suka persatuan Hindu-Muslim. Untuk
keterlambatan dalam pencapaian kebebasan akan menjadi kerugian bagi India saja,
tetapi jika persatuan Hindu-Muslim menghilang, yang akan menjadi kerugian bagi
seluruh umat manusia."
"Itu takdir sejarah India bahwa ras-ras manusia,
budaya, dan agama harus mengalir padanya, dan bahwa banyak kafilah harus
menemukan beristirahat di sini ... Salah satu yang terakhir ini adalah bahwa
karavan-karavan para pengikut Islam. Ini datang ke sini dan menetap untuk
kebaikan Di India menanggung segala cap upaya bersama dari Hindu dan Muslim..
bahasa kami berbeda, tapi kami tumbuh untuk menggunakan bahasa yang umum sikap
kami dan adat-istiadat yang berbeda,. tetapi mereka menghasilkan sintesis baru.
Tidak ada fantasi atau buatan licik untuk memisahkan dan memecah belah kita
dapat mematahkan kesatuan ini. "[13]
PENDAPAT
TOKOH INDIA TERHADAP ABUL KALAM AZAD
·
Mahatma Gandhi:
"Maulana Azad adalah satyagrahi paling kuat, jujur, dan tak kenal takut
dan pejuang melawan penindasan dan ketidakadilan yang saya temui".
·
Jawaharlal
Nehru:. "Meskipun saya berterima kasih kepada semua teman saya, saya ingin
menyebutkan terutama Maulana Abul Kalam Azad, yang pengetahuannya telah membuat saya senang
luar biasa, dan terkadang saya kewalahan ketika bersama dengan Azad karena dia
orang yang sangat berkualitas, penuh kasih yang, pembelajar yang mendalam, toleransi, berfikir modern”.
"Maulana Azad seorang wakil yang sangat khusus dalam tingkat tinggi,
budaya komposit besar yang secara bertahap tumbuh di India. Dia mewakili sintesis dari berbagai budaya yang telah diterbangkan dan
kehilangan diri dalam lautan kehidupan India dan kemanusiaan, Mempengaruhi dan
mengubah mereka dan sedang diubah sendiri oleh mereka Dalam hal ini, aku hampir
tidak bisa membayangkan orang lain yang bisa menggantikan dia, karena usia yang
dihasilkannya adalah masa lau.”
KESIMPULAN
Dari makalah tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
·
Maulana Abul
Kalam Azad dilahirkan di Makkah, pada tanggal 11 Nop 1888 dan meninggal di New Delhi pada 22 Februari tahun 1958.
·
Maulana Abul Kalam Azad mendapatkan
pendidikan Agama dan bahasa Arab di Makkah dan Al-Azhar Cairo-Mesir. Dan
memperkaya diri dengan ilmu-ilmu modern termasuk Bahasa Inggris secara otodidak
di India.
·
Pada tahun 1912 Maulana Abul Kalam
Azad membuat suatu majalah di calcuta yang bernama Al-Hilal yang berisi tentang
ide-ide pemikirannya tentang Islam yang sempat mencengangkan tokoh Islam
lainnya, juga berisi pikiran dan sindiran politik terhadap Inggris yang
akhirnya menjadikan Abul Kalam Azad dibuang dari India.
·
Pembaharuan pemikiran Islam Abul
Kalam Azad adalah agar umat Islam melepaskan diri dari pemikiran-pemikiran
abad pertengahan dan ketaklidan.
·
Ketidaksukaannya terhadap penjajahan
Inggris membuatnya berfikir untuk mempertahankan Negara dan mengusahakan
kemerdekaan India, yang membuatnya berfikiran Nasionalis.
·
Dia terlibat aktif di partai congress
dalam usahanya untuk kemerdekaan India.
·
Agama dan Negara menurutnya adalah
sama-sama tidak bisa ada yang di korbankan, karena keduanya sangat penting.
Perubahan
adalah sebuah keniscayaan, dan perubahan diri adalah pilihan yang harus diambil
karena jika tidak, kita akan terlindas oleh zaman. Banyak hikmah yang bisa kita
petik dari kehidupan orang terdahulu. Mari saling menasehati dalam hal
kebaikan, termasuk dalam isi makalah ini agar lebih sempurna.
[1] Kaleem Kawaja. Maulana Abul Kalam Azad : [ 1888-1958]. http://www.indianmuslims.info/people/maulana_abul_kalam_azad_1888_1958.html
[18 November 2011]
[2] Harun
Nasution. 2003. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang. Hal. 194
[3] A. Fathih Syuhud. Abul Kalam Azad: Ikon
Pluralisme Muslim India. http://www.lowongancpns.in/2005/10/abul-kalam-azad-ikon-pluralisme-muslim-india/
[18 November 2011]
[4] Drs,
Ahmad Syaukani, MA. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam.
Bandung: Pustaka Setia. Hal.96
Diposkan oleh Fahiroh Sukma di 08.38
No comments:
Post a Comment