RAMALAN MASA KEJAYAAN
INDONESIA DI BIDANG PENDIDIKAN
By
Muhammad Rakib, Drs.,SH.,M.Ag. Dari LPMP Riau Indonesia.
Singapura,
Cina, Jepang dan Amerika, tertawa geli
melihat pendidikan Indonesia yang tidak menyentuh hal yang paling mendasar bagi
suatu negara, yaitu penguasaan di bidang pertambangan dan energi. Seharusnya
sekolah di di Indonesia, misalnya SMA, buakn SMA 01, 02, 03 dan seterusnya,
karena itu tidak menjawab tantangan zaman. Yang muncul seharusnya SMA Tenaga
Matahari (Solar energi) SMA Bio disel, SMA Grafitasi energi dan SMA Batubara, karena batubara masih saja
diexport mentah ke luar negeri, belum untuk keperluan rumah tangga, hanya
sebahagian kecil untuk energi PLN. Ramalan
masa kejayaan pendidikan rakyat kecil Indonesia ini adalah sesuatu yang pasti
dan akan terjadi, Indonesia merupakan sebuah wilayah emas yang berada di jalur
katulistiwa yang terkenal dengan keindahaanya,tapi terlalu banyak milik asing
di negeri ini. Dengan kebun sawit saja,
seharusnya Indonesia mempunyai kekayaan alam yang luar biasa dilengkapi dengan
sumber daya manusia super jenius dalam jumlah sangat banyak melimpah ruah.
Semua
itu ibarat raksasa tertidur lelap yang menunggu saat tepat untuk dibangunkan
oleh orang-orang terpilih. Lalu kapan saatnya tiba masa kejayaan itu, tanggal,
bulan atau tahun berapa? apakah ,2020,2050,2100 atau tahun selanjutnya? kita
semua belum tahu karena masa depan adalah rahasia Tuhan penguasa seluruh alam
semesata. jadi biarlah waktu yang akan menjawabnya. Di sini akan dicoba meramalkan
beberapa ciri-ciri kondisi yang terjadi saat Indonesia mencapai puncak
kejayaan.
Cina
paling senang jika pendidikan di Indonesia tidak memperhatikan masalah
keterampilan praktis untuk generasi muda, supaya hasil kerajinan Cina, bisa
masuk ke Indonesia. Cina senang jika pendidikan Indonesia tidak menenmkan
prinsip bekerja keras dan mandiri. Cina senang jika pendidikan Indonesia, tidak
bermutu.Dalam sebuah pantun penulis coba memberikan intinya:
KALAU TUAN
MENGINTIP RATU,
CUKUP DENGAN,
SEBELAH MATA.
KALAU INGIN,
PENDIDIKAN BERMTU,
TANAMKAN JIWA,
WIRASWASTA
Wiraswasta itulah yang disebut dengan istilah interpreneur. Enterpreneur School
(BPES) akan meneken nota kesepahatan atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan
Bank Indonesia (BI) dalam program pelatihan dan pendampingan pengusaha mikro di Gedung Graha Pena lantai 9, Batam Center,
Selasa (27/8) hari ini.
"Besok merupakan penandatangan kerjasama BPES dengan BI," kata General Manager BPES Lisya Anggraini kepada Batam Pos, Senin (26/8).
Menurut dia, setelah MoU pihaknya baru melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha mikro yang ada di Kepri khususnya Batam. Dimana BI akan memfasilitasi dengan membiayai pelatihan dan pembimbingan pengusaha mikro, sehingga bisa lebih berkembang. "Program pelatihan nanti akan kita mulai pada Oktober. Pelatihan ini terbuka untuk siapa saja. Namun setelah melewati seleksi yang telah kita tentukan. Target tahap awal kita akan menjaring 75 pelaku usaha mikro," imbuh Lisya
Lisya mengatakan pengusaha dengan bidang usaha apapun bisa mengikuti pelatihan tersebut seperti usaha kuliner, aksesoris, suvenir, perikanan, hingga industri kelautan. Sehingga bisa bermunculan ide-ide baru khususnya dari pelaku usaha mikro di bidang perikanan dan kelautan.
"Pokoknya semua usaha yang mikro-mikro. Dan kita berharap bisa mengubah pola pikir mereka (nelayan) agar tidak hanya menangkap ikan untuk dijual. Tetapi juga dapat membuat kerambah untuk budidaya ikan," paparnya.
Dengan adanya ide-ide baru karena pelatihan itu, para nelayan bisa membiayai kehidupan tanpa harus pergi ketengah laut untuk mencari ikan.
"Saat ini BPES sudah memiliki 300 orang alumni. Sekitar 80 persen di antaranya sudah memiliki usaha. Rata-rata yang mengikuti program kita adalah pengusaha pemula yang mulai mengembangkan usaha mereka," jelas Lisya.
Sementara Kepala BI Kepri Amanlison Sembiring menyambut baik kerjasama antara pihaknya dengan BPES. BI, katanya, sangat peduli dengan para pelaku usaha mikro yang ingin berkembang sehingga mendorong BI berinisiatif melakukan kerjasama dengan BPES.
"Kita menyambut baik kerjasama ini. Ini dalam upaya menciptakan enterpreneur - enterpreneur di Batam Selain itu agar pelaku usaha kecil lebih baik," katanya.
Menurut dia, saat ini pihaknya sangat tertarik dengan pelaku usaha mikro di bidang kelautan dan perikanan. Pasalnya bidang perikanan sangat potensial untuk bisa berkembang. Karena itu, dia berharap kerja sama berupa pelatihan bisa memberikan inisiatif baru bagi para peserta pelatihan untuk bisa mengasah kemampuan di bidang jual-beli.
"Harapan kita setelah diberikan pelatihan tidak selesai di situ saja. BI juga tidak berpikir kuantitatif tapi kualitatif. Artinya tidak perlu banyak, satu atau dua pelaku usaha saja yang fokus dan mau mengembangkan usahanya. Dan kemungkinan besar kita akan menjaring para nelayan untuk mengikuti pelatihan ini," beber Amanlison.
BI, kata Amanlison, juga akan memberi kemudahan bagi pelaku usaha mikro untuk mendapat pinjaman di bank-bank sehingga mereka bisa lebih mengembangkan usahanya. (she)
KEPADA ALIRAN SALAFI PERNAH AKU SARANKAN
"Besok merupakan penandatangan kerjasama BPES dengan BI," kata General Manager BPES Lisya Anggraini kepada Batam Pos, Senin (26/8).
Menurut dia, setelah MoU pihaknya baru melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha mikro yang ada di Kepri khususnya Batam. Dimana BI akan memfasilitasi dengan membiayai pelatihan dan pembimbingan pengusaha mikro, sehingga bisa lebih berkembang. "Program pelatihan nanti akan kita mulai pada Oktober. Pelatihan ini terbuka untuk siapa saja. Namun setelah melewati seleksi yang telah kita tentukan. Target tahap awal kita akan menjaring 75 pelaku usaha mikro," imbuh Lisya
Lisya mengatakan pengusaha dengan bidang usaha apapun bisa mengikuti pelatihan tersebut seperti usaha kuliner, aksesoris, suvenir, perikanan, hingga industri kelautan. Sehingga bisa bermunculan ide-ide baru khususnya dari pelaku usaha mikro di bidang perikanan dan kelautan.
"Pokoknya semua usaha yang mikro-mikro. Dan kita berharap bisa mengubah pola pikir mereka (nelayan) agar tidak hanya menangkap ikan untuk dijual. Tetapi juga dapat membuat kerambah untuk budidaya ikan," paparnya.
Dengan adanya ide-ide baru karena pelatihan itu, para nelayan bisa membiayai kehidupan tanpa harus pergi ketengah laut untuk mencari ikan.
"Saat ini BPES sudah memiliki 300 orang alumni. Sekitar 80 persen di antaranya sudah memiliki usaha. Rata-rata yang mengikuti program kita adalah pengusaha pemula yang mulai mengembangkan usaha mereka," jelas Lisya.
Sementara Kepala BI Kepri Amanlison Sembiring menyambut baik kerjasama antara pihaknya dengan BPES. BI, katanya, sangat peduli dengan para pelaku usaha mikro yang ingin berkembang sehingga mendorong BI berinisiatif melakukan kerjasama dengan BPES.
"Kita menyambut baik kerjasama ini. Ini dalam upaya menciptakan enterpreneur - enterpreneur di Batam Selain itu agar pelaku usaha kecil lebih baik," katanya.
Menurut dia, saat ini pihaknya sangat tertarik dengan pelaku usaha mikro di bidang kelautan dan perikanan. Pasalnya bidang perikanan sangat potensial untuk bisa berkembang. Karena itu, dia berharap kerja sama berupa pelatihan bisa memberikan inisiatif baru bagi para peserta pelatihan untuk bisa mengasah kemampuan di bidang jual-beli.
"Harapan kita setelah diberikan pelatihan tidak selesai di situ saja. BI juga tidak berpikir kuantitatif tapi kualitatif. Artinya tidak perlu banyak, satu atau dua pelaku usaha saja yang fokus dan mau mengembangkan usahanya. Dan kemungkinan besar kita akan menjaring para nelayan untuk mengikuti pelatihan ini," beber Amanlison.
BI, kata Amanlison, juga akan memberi kemudahan bagi pelaku usaha mikro untuk mendapat pinjaman di bank-bank sehingga mereka bisa lebih mengembangkan usahanya. (she)
KEPADA ALIRAN SALAFI PERNAH AKU SARANKAN
CONTOH
INDOMARET, DALAM PERDAGANGAN
BERDAKWAH
BISA, MELALUI BERJUALAN
SAHABAT
NABI TELAH, MENCONCONTOHKAN
No comments:
Post a Comment