بسم
الله
الرحمن
الرحيم.
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nyata kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan manusia sendiri, agar supaya mereka merasakan akibat sebagian dari apa-apa yang mereka perbuat, semoga mereka kembali ke jalan yang benar (QS/Rum [30]: 41)
1. Memperhatikan bertubi-tubi dan
meratanya bencana alam (seperti: banjir, kebakaran, dan letusan gunung), dengan
segala akibat yang diderita, terutama oleh mereka rakyat lemah di lapis bawah;
2. Memperhatikan berbagai bencana
sosial (seperti: intoleransi dan kebencian antar kelompok, kekerasan dan
sadisme) dan puncaknya berupa kejahatan korupsi dan kesewenang-wenangan oleh
para pemegang amanat, di hampir semua sektor dan semua lini;
3. Mengingat bahwa pada dasarnya
masyarak
at dan bangsa Indonesia adalah manusia-manusia yang percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta;
4. Memperhatikan bahwa, seperti
difirmankan Allah dalam kitab suci-Nya, bahwa ”Segala kerusakan yang muncul
di bumi ini merupakan akibat langsung maupun tidak langsung dari ulah tangan
manusia-manusianya sendiri” (QS/Rum [30] /41).
Maka Kami Menyerukan;
Kepada segenap warga bangsa
Indonesia, terutama para pemimpinnya di semua sektor dan tingkatan, untuk:
1. Mengingatkan dan menyadarkan diri
masing-masing, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara; semua kita akan
dipanggil kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan setiap ucapan dan
amal perbuatan kita, sesuai niat dan akibat-akibat yang ditimbulkannya;
2. Bahwa semua kekayaan dan
kekuasaan yang kita raih di dunia, akan disidik dan dimintai
pertanggunggjawaban; dengan cara apa dan bagaimana diperoleh, serta untuk
kepentingan apa dan siapa dimanfaatkan;
3. Bahwa setiap amal-perbuatan yang
kita lakukan selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya; sekecil
apa pun kecurangan yang kita lakukan, dan sekecil apa pun kebajikan yang kita
perbuat, akan kita lihat dan rasakan balasannya.
4. Bahwa dosa yang kita perbuat
terhadap sesama (seperti: kesombongan, fitnah, penganiayaan,
kesewenang-wenangan, korupsi, serta pengrusakan alam lingkungan), adalah
dosa yang Tuhan sendiri tidak akan mengampuninya, selama pihak-pihak atau
masyarakat yang dirugikan dan menjadi korbannya belum memaafkan terlebih
dahulu.
5. Karena itu, selagi masih ada
kesempatan, dan tidak seorang pun tahu kapan ajal tiba, segeralah kita
bertobat; menyesali dan menghentikan segala kecurangan dan dosa kita, baik
terhadap Tuhan maupun terhadap sesama manusia dan lingkungan alam kita.
6. Selagi masih ada kesempatan,
marilah kita melakukan perubahan, dengan berjanji kepada diri kita
masing-masing untuk tidak mengulangi lagi dosa dan kesalahan kita, terhadap
sesama warga bangsa dan kepada Allah Tuhan yang Maha Pencipta.
7. Marilah, dengan penuh kesadaran
dan tekad yang kuat, kita melakukan perubahan menuju kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang lebih beradab, lebih bertanggungjawab, dengan
mengutamakan kemaslahatan dan kejayaan bagi sesama warga bangsa dan segenap
umat manusia.
8. Tidak ada bangsa yang dianugerahi
bumi dan lingkungan alam sedemikian luas, kaya dan indah seperti kita bangsa
Indonesia. Marilah setiap dan semua kita mensyukurinya dengan berbuat yang
terbaik untuk kemakmuran dan kelestariannya; jauhkan setiap tindakan yang dapat
merusaknya, demi kemaslahatan dan kejayaan kita dan anak cucuk kita semuanya,
esok dan seterusnya - dalam bimbingna hidayah dan ridlo-Nya.
9. Kepada umat Islam Pekanbaru Riau dan Indonesia pada umumnya, diminta untuk memperbanyak istighfâr
dan istighâtsah; memohon ampunan, bimbingan serta pertolongan Allah SWT.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang merahmati dan
melindungi kita, bangsa, dan negara kita; menolong kita untuk segera bangkit
dari keterpurukan, menuju kejayaan yang dicita-citakan oleh para pendiri negara
dan rakyatnya. Semoga Allah SWT tidak menguasakan atas kita, karena dosa-dosa
kita, kepada mereka yang tidak takut kepada-Nya dan tidak mempunyai belas
kasihan kepada kita. Amin!
Perlunya, dibentuk PBB
baru,
Ketidak adilan, mengharu
biru.
Korban kejahatan Israel,
PBB tidak membantu,
HAM Barat, sama sekali
tidak bermutu.
Umat Islam, tidak
diberlakukan seperti manusia,
Baik di Iraq, maupun
Syiria.
Apalagi, perlakuan Israel,
di Palestina.
Terasa orang beriman,
sangat terhina.
Conference of The New Emerging Forces (CONEFO) merupakan gagasan
Presiden Soekarno untuk membentuk suatu kekuatan blok baru yang beranggotakan
negara-negara berkembang untuk menyaingi 2 kekuatan blok sebelumnya (Blok Uni
Soviet dan Blok Amerikat Serikat). Untuk keperluan tersebut dibangun suatu
kompleks gedung dekat Gelora Senayan yang mendapat bantuan antara lain dari Cina
(RRC). Konferensi tersebut belum sempat diselenggarakan dan bangunannya
sekarang dipergunakan sebagai Gedung DPR/MPR.
Gedung parlemen yang ada sekarang,
dulu dibangun untuk menyongsong perhelatan Conefo (Conference of the New
Emerging Forces), kekuatan negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin dan
negara-negara kapitalis yang sealiran, untuk menandingi hegemoni PBB. Terlebih
bahwa PBB sebagai wadah bangsa-bangsa, selalu dan melulu dikuasai dua negara
adi daya (ketika itu) Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bung Karno memandang
perlu ada wadah alternatif.
Proyek Conefo sama sekali bukan mercu
suar dalam pengertian negatif. Dia benar-benar proyek yang dilandaskan pada
filosofi tinggi tentang hakikat non-blok yang dicanangkan Bung Karno sejak
awal. Indonesia tidak mau menghamba ke Barat, tidak juga menyembah ke Timur.
Indonesia adalah negara besar, dengan penduduk yang besar, dan presiden yang
besar, yang bisa menyatukan kekuatan negara-negara yang baru merdeka untuk
bersatu menjadi satu kekuatan yang harus diperhitungkan.
Dalam pidatonya di
markas besar PBB 30 September 1960, Soekarno meminta markas PBB pindah ke
tempat yang bebas suasana Perang Dingin. Selain itu ia juga meminta Piagam PBB
ditinjau kembali. Tapi suara Soekarno bak mengukir di atas air. Tak berarti
apa-apa.
poto haji M.Rakib
No comments:
Post a Comment