Sunday, March 23, 2014

JALAN UMUM, MENJADI TIDAK CUKUP PESTA NYA MUBAZIR, TIDAK MAKRUF



                                      JALAN UMUM, MENJADI TIDAK CUKUP
                                       PESTA NYA MUBAZIR, TIDAK MAKRUF

 
  CUKUP SEMBELIH, LIMA EKOR AYAM
UNTUK PESTA, YANG TIDAK HARAM
   PESTA  ADAT BISA, MEMBUAT KARAM
          PERBUATAN MUBAZIR, EKONOMI KARAM

        Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung?
Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun.. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini.


Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. "Aih, pasti segagah kakeknya," impinya.


Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop
yang tertutup rapat.


Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.


Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.


Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.


Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.


Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima Kasih untuk Tidak Mubazir"

HARI MINGGU, BANYAK JALAN DITUTUP
ORANG INGIN LEWAT, JADI MENGUTUK
JALAN UMUM, MENJADI TIDAK CUKUP
DEMI PESTA YANG, TIDAK MAKRUF

PESTA PERKAWINAN ITU MUBAZIR
           KEPENTINGAN UMUM, JADI TERSINGKIR
  FAKIR MISKIN, MALAH TIDAK HADIR
             YANG KAYA-KAYA, YANG SELALU MAMPIR

 Analisis  M.Rakib Ciptakarya.Pekanbaru Riau Indonesia.

Pesta perkawinan, pesta perkahwinan kata orang malaysia ternyata beda jauh antara Indonesia dan Malaysia. Jauh sekali…jika di Malaysia pesta perkahwinan sangat bersahaja, maka di Indonesia pesta perkawinan Luar biasa. Mubazir  dan ppamer..
Pesta perkawinan yang dilaksanakan di gedung di Indonesia apa lagi …..sangat ruarr biasa, antara unjuk rasa, pamer, bangga dan mubazier campur aduk orra karuan kayaknya?. Barang kali saya salah, karena saya sendiri belum pernah menyelenggarakan perkawinan, siapa tahu suatu saat nanti saya juga akan seperti itu, jika tidak mau menahan rasa, tidak mau ribut dengan keluarga antara yang mau unjuk rasa dan yang tidak mau unjuk rasa, bisa jadi. Mososk pesta perkawinan sepert itu, mossok di gedung kok seperti ini, mungkin saja akan berdebat ber- hari hari karena banyak selisih pendapat bisa jadi. Nanti tunggu saja masanya.
Jika sudah begitu seperti ada rasa was was juga, anak tiga, perempuan barep dan dua lelaki. Apa lagi adat orang Sumatera enggak pandang bulu,  mau anak perempuan-kah atau anak lelaki-kah, sama. Pesta kawin anak perempuan orang sumatera ( umumnya ),  karena akan dilepas dari tanggung jawab orang tuanya terutama warisan maka kemungkinan akan lebih besar biaya dikeluarkan daripada pesta perkawinan anak lelaki. Di Sumatera malah anak lelaki yang benar benar menjadi tanggung jawab orang tuanya untuk dipestakan ketimbang anak perempuan.
Selama empat tahun di Malaysia yang saya ketahui, jika pesta perkawinan di laksanakan di rumah, bukan digedung maka tampak seperti pesta di Indonesia, ramai tetamu berseliweran silih berganti dan waktunya cukup panjang, bisanya tengah hari sampai larut malam bisa jadi.

BANDUNG, KOMPAS.com — Karena tepergok mencuri motor di permukiman warga di kawasan Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Sandi (20) babak belur dihajar warga, Sabtu (27/4/2013) pukul 04.00 WIB pagi.
Sandi, pria asal Kampung Cibitung, Jalan Sayang, Kecamatan Cikacung, Cicalengka, Kabupaten Bandung, itu mencuri motor karena kebelet kawin. Salah seorang saksi yang enggan disebutkan namanya, menjelaskan, Sandi tertangkap basah saat mencongkel kunci motor. Ketika itu, sekitar pukul 02.00 WIB, istri saksi yang baru saja melakukan ibadah shalat Tahajud melihat ada orang tak dikenal duduk di atas motor sedang mencongkel kunci kontak motor yang terparkir di samping rumahnya.
"Saya curiga, ini pasti mau maling. Saya langsung keluar, tiba-tiba dia lari, kabur. Saya beri tahu warga, kami langsung kejar," kata saksi tersebut kepada Kompas.com di pos keamanan kawasan Cibunut.
Beberapa saat dikejar, warga sempat kehilangan jejak arah larinya maling. Namun, warga yang semakin bertambah banyak mencurigai pelaku menyembunyikan diri di bantaran kali. "Kita langsung kepung, kita tangkap ramai-ramai," katanya.
Setelah ditangkap, Sandi dipukuli warga. Tak lama, petugas keamanan datang dan membawanya ke pos keamanan Cibunut. Namun, sepanjang jalan, tubuh Sandi dihujani pukulan warga. Sesampainya di pos, Sandi masih diinterogasi dan sesekali dipukul hingga wajahnya babak belur berlumuran darah.
Sandi mengaku baru keluar dari sel tahanan Polres Bandung beberapa minggu lalu dengan kasus yang sama, yakni pencurian motor. Sandi mengaku menjalankan aksi ini sejak tahun 2009. "Saya pernah dipenjara tiga tahun karena maling motor. Sekarang ini saya baru keluar dari penjara," aku Sandi.
Seusai bebas dari penjara, pria asal Cicalengka ini sempat mencuri dua buah motor di kawasan Kiara Condong, jenis Yamaha Mio dan Jupiter MK. Sandi tidak mau menyebutkan motornya dijual ke mana dan dengan siapa ia menjalankan aksinya.
Sandi mengaku mencuri motor untuk modal kawin. "Saya mencuri motor untuk melamar pacar saya, juga modal untuk biaya kawin," aku Sandi.
Tak lama, polisi datang menjemput dan langsung mengamankan Sandi. Polisi meminta warga agar berhenti memukuli Sandi. "Sudah ya, stop, jangan dipukuli lagi, biar kami proses," ujar petugas. Saat ini, Sandi dibawa ke Polsek Sumur Bandung untuk menjalani proses penyidikan.


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook