Monday, March 10, 2014

Tertangkap Basah Mandi Di Sungai



Tertangkap Basah Mandi Di Sungai
Tertangkap basah (inflegranti delicto, Latin) adalah terpergok basah, ketahuan seketika, tertangkap basah terjadi apabila kejahatan atau pelanggaran diketahui pada atau segera setelah dilakukannya kejahatan atau pelanggaran tersebut (Pasal 57 HIR)




» di beberapa browser handphone, mungkin tidak mendukung table. akibatnya table bisa blank. Alternatif pengguna HP mid-low untuk arti tertangkap basah

Pencarian Lain
alternatif pencarian lain yang dapat anda gunakan untuk mencari pengertian tertangkap basah adalah yang lebih baik dan lengkap bisa anda cari di wikipedia dan mencari di mesin pencari lainnya. (maaf jika gambar ilustrasi belum ada, jadi cari saja dulu sendiri. hehe)
Top of Form
Wikipedia Indonesia :
Bottom of Form
Anda pun juga dapat mencarinya melalui pencarian blog semisal seperti blog builder yang sudah terkenal berikut:
tertangkap basah : blogger
tertangkap basah : wordpress
       Cerita ABG nakal memang sudah sering kita dengar. Ada cerita yang berupa berita yang tersebar dari mulut ke mulut, ada pula cerita yang kita dapat dari berbagai media. Bahkan mungkin terjadi pada tetangga atau dalam keluarga kita sendiri. ABG adalah kependekan dari Anak Baru Gede, yang mana istilah ini mewakili usia remaja yang masih segar, namun pengaruh teman sangat besar. Pamor orangtua kalah oleh teman-teman si ABG. Tak pelak lagi, hal ini kerap berujung pada kenakalan.
Reaksi orang tua terhadap kenakalan anaknya sangat beragam. Ada yang sedih, marah atau berbesar hati menerima, untuk kemudian berusaha memperbaiki sikap anaknya. Seperti cerita Si Momon (sungguh, ini nama rekaan belaka), anak dari Pak Dullah (ini juga 100% rekaan).
Si Momon berusia 12 tahun. Ia sekolah di sebuah SMP negeri di kampungnya. Selama sekolah di SMP, pergaulan Momon semakin luas. Setiap hari, sepulang sekolah ada saja kawannya yang datang ke rumah untuk mengajak jalan atau bermain. Emaknya sebenarnya cemas karena Momon sibuk dengan kawannya. Namun saat emaknya mencoba menegur Momon, ia langsung menjawab dengan ketus.
Suatu hari keadaan sungai di kampung Momon sedang pasang. Biasanya emak melarang Momon untuk bermain-main di sungai karena arusnya cukup deras. Tapi kali itu ia melupakan pesan emaknya. Momon yang baru pulang sekolah tertarik mengikuti ajakan kawan-kawannya untuk berenang di sungai.
“Tidak usah lama ya, nanti ibuku tahu kalau aku main di sungai. Bisa-bisa beliau marah,” ucap Momon.
“Oke!” sahut kawan-kawannya sambil melepas pakaian mereka dan berloncatan ke sungai.
Jelang sore Momon tiba di rumah. Sebelum masuk, ia berkaca di jendela depan dan meyakinkan diri bahwa rambutnya kering dan pakaiannya rapi. Emak takkan tahu bahwa tadi ia bermain di sungai. Momon lalu masuk ke dalam rumah tanpa salam dan melempar tas sekolahnya sembarangan.
“Dari mana saja, Mon?!” tanya emak dengan tegas.
“Dari rumah Vino, Mak. Tadi ngerjain PR matematika,” jawab Momon sekenanya.
“Ngerjain PR, atau main di sungai?” selidik emak.
“Ngerjain PR, Mak ….”
“Jangan bohong sama emak, Mon.”
Emak Momon lalu mendorong tubuh anaknya ke depan cermin.
“Lihat, rambutmu ….”
“Rambut Momon kering, kok ….” suara Momon terhenti saat emaknya mengambil sejumput air di ekor rambut Momon dan mengoleskannya di pipinya. Momon merasakan pipinya basah.
“Lihat juga matamu. Merah tuh.”
Momon tertunduk, tak berkutik. Ia sudah tertangkap basah oleh emaknya.
Emak Momon menghela napas melihat kelakuan anaknya yang beranjak baru beranjak gede. Sebenarnya ia tak mau cerita ABG nakal terjadi di rumahnya, namun ia masih butuh belajar lebih banyak lagi dalam mendidik anaknya. Lagipula, meski Momon melanggar larangannya dan tertangkap basah telah berdusta, ia tidak ingin menyebut Momon sebagai anak yang nakal. Ia percaya bahwa ucapan ibu adalah do’a bagi anak-anaknya, karena itu ia tak mau mendo’akan yang tidak baik untuk anaknya.
Itulah tadi cerita tentang Momon dan emaknya. Gambaran ini bisa terjadi di mana saja, di kota maupun di desa. Anak yang mulai meninggalkan masa kanak-kanaknya, dan baru beranjak gede, harus menjadi perhatian oleh orangtuanya. Tentu orangtua tak mau anaknya mendapatkan predikat nakal. Orangtua bisa menciptakan komunikasi yang lebih terbuka antar anggota keluarga, untuk menghindari kenakalan anak, seperti kebiasaan berbohong. Dengan demikian, orangtua takkan lagi kalah pamor dibanding teman-teman anaknya.
Cerita ABG nakal bukanlah cerita yang indah untuk dibagi. Namun aku berharap ada hikmah di balik kejadian-kejadian yang dialami oleh orang lain, untuk kemudian kita petik sebagai pelajaran.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook