Tuesday, March 18, 2014

cerita dewasa....KONFLIK ANTAR SESAMA WIDYAISWARA





KONFLIK ANTAR SESAMA WIDYAISWARA
 
Analisis  M.Rakib Ciptakarya.Pekanbaru Riau Indonesia

Banyak konflik dan kecemburuan sosial di antara sesama widyaiswara LPMP Riau, Ada pula pembunuhan karakter temannya sendiri. Ada yang mengadu domba. Widyaiswara harus menjaga hubungan antarpribadi dalam melakukan hubungan dan kerjasama dengan lingkungan kerjanya. Oleh karena itu dalam berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kediklatan diperlukan koordinasi antar widyaiswara dengan peserta diklat, widyaiswara dengan widyaiswara dan antar widyaiswara dengan penyelenggara diklat. Agar koordinasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan adanya komunikasi.

Kalau tidak, punya etik
WI akan, terlibat konflik
Setan akan, menggelitik
Menampilkan, sifat munafik


Kode etik sangat diperlukan agar komunikasi berjalan efektif dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik. Berbagai penyebab kegagalan dan rintangan dalam berkomunikasi akan berakibat kecil bahkan tidak berdampak, bila ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang tidak baik antar komunikan.
Untuk mewujudkan terciptanya hubungan baik, Setiap Widyaiswara harus dapat mengembangkan sikap tenggang rasa, membangun kepercayaan terhadap peserta diklat, widyaiswara yang lain dan dengan penyelenggara diklat. Widyaiswra juga seharusnya saling membuka diri, tidak memaksakan kehendak diri sendiri, bersedia menolong dan ditolong, sedapat mungkin mampu meredam timbulnya bibit-bibit konflik dan apabila terjadi konflik mampu mengelola konflik dengan baik sehingga tidak berlarut dan meluas.
               Selama ini di antara widyaiswara  mungkin tidak sadar bahwa seringkali tanpa kita sadari ada pembunuh karakter di sekitar kita. Pembunuh karakter itu biasanya selalu berbicara negatif dan suka menfitnah yang menjurus pada seseorang sehingga image negatif jika dilakukan secara terus menerus akan membunuh karakter dari orang tersebut.
Pembunuh karakter ini biasanya diawali oleh kebencian atasan ke pada salah satu bawahannya. Dan jika ini terjadi maka akan menghambat karier dari bawahannya tersebut, al hasil bawahannya akan sulit mendapatkan promosi untuk perkembangan kariernya.
Oleh sebab itu pembunuh karakter tidak hanya secara vertikal akan tetapi bisa juga secara horisontal artinya bisa juga dilakukan teman selevel kita untuk menjatuhkan orang lain dan dengan maksud untuk menguntungkan posisinya.
Waspadalah pembunuh karakter lebih sadis dari pembunuh bayaran, lebih sadis dari perampok dan lebih sadis dari segala bentuk kejahatan.
Waspadalah pembunuh karakter biasanya bermula dari faktor like and dislike dan muncul dari kebencian maupun dari sebuah obesesi tertentu agar rivalnya mati secara karakter.
Berhati-hatilah karena si pembunuh karakter itu ada disekeliling kita.
Jadi makhluk macam apakah sebenarnya yang disebut pembunuhan karakter itu?
Menurut Wikipedia, pembunuhan karakter atau character assassination adalah usaha-usaha untuk mencoreng nama seseorang. Tindakan ini dapat meliputi pernyataan yang melebih-lebihkan atau manipulasi fakta untuk memberikan citra yang tidak benar tentang orang yang dituju.
Istilah tersebut mungkin sudah banyak kita dengar di media massa pada kasus-kasus yang melibatkan politisi atau artis terkenal. Seringkali ketika seorang public figure dituduh terlibat dalam suatu kasus yang mencoreng imej yang sudah dibangun selama ini, isu pembunuhan karakter oleh pihak-pihak yang iri pada kesuksesannya menjadi excuse andalan, mungkin benar mungkin tidak. Dampak buruk yang sangat mungkin terjadi tentu saja tercorengnya nama baik, bahkan lebih jauh lagi dapat mengganggu kestabilan mental dan kehidupan sosial korban. Yah, untuk contoh kasus yang ini(kita sebut saja model lama) sudah banyak macamnya(bisa dicari sendiri.hehe).

Oke sudah saatnya kita membahas kasus kedua yang merupakan hasil perasaan dan pikiran saya sendiri. Langsung saja saya berikan contoh kasus yang diilhami dari kisah nyata dan banyak terjadi di sekitar kita. Berikut contohnya:
Tetangga sebelah rumah saya, sebut saja namanya Okky(menggunakan nama sendiri agar tidak menyinggung pihak manapun yang tidak sengaja disebut namanya) adalah seorang pemuda yang baru saja lulus SMA dan Alhamdulillah berhasil diterima di salah satu universitas terbaik di negaranya. Okky adalah anak yang selalu semangat belajar, rasa ingin tahunya tinggi, dan suka mengungkapkan pemikiran-pemikirannya.
Hari pertama masuk kuliah, Okky mengikuti perkuliahan dengan semangatnya yang menggebu-gebu sebagai mahasiswa baru. Selesai menjelaskan materi, seorang dosen melemparkan pertanyaan pada para mahasiswa di kelasnya, tiba-tiba suasana kelas hening, bahkan sebagian mahasiswa menundukkan kepalanya takut ditunjuk untuk diminta menjawab. Ditengah keheningan Okky mengacungkan tangan untuk mencoba menjawab, mahasiswa yang tadinya terdiam sontak menyerukan “uwooo” layaknya paduan suara. Setelah mahasiswa lain diam, barulah Okky mencoba menyampaikan jawabannya, syukurlah walau bermodal pengetahuan pas-pasan jawaban yang ia berikan kebetulan benar dan lagi-lagi terdengar paduan suara dengan lirik “uwooo” atau “widiiihhh” atau yang lainnya. Kejadian tersebut cukup sering terulang ketika ada seseorang yang dengan berani mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan dosen, entah jawabannya benar atau salah, atau untuk sekedar bertanya, entah pertanyaan yang diberikan “ngaco” atau tidak.
Baru sebulan berkuliah di universitas idamannya tersebut, tidak terasa telah terjadi perubahan dalam diri Okky(dalam hal ini kepribadiannya). Okky yang tadinya bersemangat dan berani, menjadi Okky yang pasif pemalu. Okky yang tadinya percaya diri sekarang menjadi sering minder sampai tidak berani mengungkapkan pendapatnya.
Apakah terjadi sesuatu yang salah dalam contoh kasus diatas?
Kalau ada lalu siapa yang salah?
Okky kah karena mentalnya lemah?
atau teman-temannya yang menyoraki dengan “jahat” nya?
Untuk postingan kali ini silakan teman-teman menyimpulkan sendiri, tapi saya berharap semoga kita tidak termasuk orang yang dengan “jahat” melakukan hal-hal kecil yang tampak sepele tapi sebenarnya berdampak buruk bagi orang lain. Mari biasakan mengapresiasi. Semua orang berhak menjadi dirinya sendiri.






No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook