Thursday, January 1, 2015

PEPATAH KATA HUKUM (M.RAKIB LPMP RIAU INDONESIA)



PANTUN DAN PEPATAH KATA HUKUM
(M.RAKIB  LPMP  RIAU  INDONESIA)

Saat M.Rakib, mengirimkan kutipan ini, penulis(M.Rakib), 30 Dsember 2014, sudah berkunjung ke Prof.Amir Luthfi delapan kali, untuk merapikan sistemstika disertasi S3 yang akan segera ujian promosi Doktor, ujian terbuka di awal tahun 2015 insyaAllah
Penulis tertarik dengan pantun dan pepatah huku dalam aadat Melayu. Kemudian penulis temukan sebauh ungkapan paling kuno dan paling indah menurut penulis asja. Kmudian penulis kutip, bunyinya begini:

Hukum sipalu-palu ular
Ular dipalu, tidak mati
Kayu pemalu, tidak petah
Rumput dipalu,  tidak layu
Tanah terpalu,  tidak lembang

Hulum jatuh benar terletak
Gelak berderai timbal balik

Undang menarik rambut dalam tepung
Rambut ditarek tidak putus
Tepung tertarik tidak berserak

Minta wasiat kepada yang tua
Minta petua kepada yang akim
Minta akal kepada yang cerdik

Minta daulat kepada raja
Minta suara kepada enggang
Minta ji\\kuat kepada gajah

Yang kesat diamplas
Yang keruh dijernihlan
Yang kusut diuraikan.

Ungkapan-ungkapan adat ini sangat banyak sehingga tak dapat dikemukakan semuanya disini. Dapatlah disimpulkan bahwa ketentuan-ketentuan adat yang lebih dikenal sebagaimana hukum tidak tertulis telah diwariskan dalam bentuk undang-undang, ungkapan atau pepatah petitih.


ADAT ISTIADAT DALAM PERGAULAN ORANG MELAYU DIRIAU
Interakst sosial antara sesama warga negara dalam mayarakat majemuk itu menuntut kerangka rujukan maupun mekanisme pengendali yang mampu memberikan arah dan makna kehidupan masyarakat yaitu kebudayaan yang dapat menjembatani pergaulan sesama warga negara.
Adat istiadat merupakan pola sopan santun dalam pergaulan orang melayu di Riau ini sebenarnya sudah lama menjadi pola pergaulan nasionalatau menjadi pola pergaulan antar sesama warga negara.
Bahasa melayu yang telah menjadi bahasa nasional indonesia mengikut sertakan pula pepatah-pepatah, ungkapan –ungkapan , peribahasa-peribahasa, pantun pantun, seloka seloka dan sebagainya, yang hidup dalam masyarakat melayu dan mengandung ajaran, tuntunan tuntunan dan falsafah telah pula diangkat menjadi milik nasional dan dipahami oleh semua warga negara Indonesia. Fatwa-fatwa yang diajarkan melalui pepatah, peribahasa dan sebagainya itu telah membudaya diseluruh indonesia, sehingga tidak mudah lagi kita untuk mengadakan klasifikasi pepatah dan peribahasadan peribahasa mana yang berasal dari melayu yang mana bukan.
Dalam masyarakat melayu riau sikaf dan tingkah laku yang baik telah diajarka sejak dari buaian hingga dewasa. Sikaf dan tingkah laku sebagaimana yang telah diajarkan dalam P4 sama dengan ajaran yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam masyarakat melayu riau. Selain diajarkan secara lisan, juga dikembangkan melalui tulisan-tulisan. Raja Ali Haji pujanggaan besar riau telah banyak meninggalkan ajaran-ajarannya seperti GURINDAM DUA BELA, SAMARATUL MUHIMMAH dan banyak manuskrip-manuskrip lainnya lagi.
Sopan santun dalam pergaulan antara sesama masyarakat menyangkut beberapa masalah, yaitu tingkah laku, tutur bahasa, kesopanan berpakian, sikaf menghadapi orang tua/ sebaya, orang yang lebih muda, para pembesar dan sebagainya. Semuanya tercermin dalam TUNJUK AJAR MELAYU yang dikarang oleh Tenas Effendi.
Tingkah laku yang terpuji adalah yang bersifat sederhana. Pola hidup sederhana yang dicanangkan oleh pemerintah republik indonesia sejalan benar dengan sifat idealnya orang melayu. Dalam hal ini kami mengutip penggalan kitab : adat Raja-raja melayu. (Dr. Panuti H.M. sujiman :1983)
“syahdan maka lagi adalah yang dikehendaki oleh istiadat orang melayu itu dan dibilang orang yangmajlis yaitu apabila ada ia mengada ia atas sesuatu kelakuan melainkan dengan pertengahan jua adanya. Yakni dari pada segala kelakuan dan perbuatan dan pakaian dan perkataan dan makanan dan perjalanan, sekalian itu tiada dengan berlebihan lebihan dan kekurangan, melainkan sekaliannya itu diadakan dengan keadaan yang sederhana jua adanya. Maka orang itulah yang dibilang anak yang majelis. Tambahan pula dengan adab pandai ia menyimpan dirinya. Maka tambah tambahan landib atau sindib adanya, seperti kata hukama:”hendaklah kamu hukumkan kerongkongan kamu tat kala dalam majlis makan, dan hukumlah matamu tat kala melihat perempuan, dan tegahkan lidahmu dari pada banyak perkataan yang sia-sia dan tulikan telingamu dari pada perkataan yang keji-keji. Maka apabila sampailah seseorang kepada segala syarat ini ia itulah orang yang majlis namanya.” Kesederhanaan memang sudah menjadi sifat dasar orang melayu sehingga terkadang karena salah bawa menjadi sangat berlebihan. Kesederhanaan ini menbawa sifat ramah dan toleransi yang tinggi dala pergaulan. Kesederhanaan ini pula digambarkan dalam pepatah : “mandi dihilir-hilir, berkata dibawah-bawah”. Ibarat padi, kian berisi kian runduk.”

Gotong royong dan seiya sekata sangat dianjurkan. Banyak pepatah dan ungkapan yang menjadi falsapah hidup orang melayuyang hidup sampai saat ini, diantaranya :
“Berat sama dipikul
Ringan sama dijinjing

Kebukit sama mendaki
Kelurah sama menurun

Hati gajah sama dilapah
Hati tungau sama dicecah

Hidup jelang menjelang
Sakit jenguk menjenguk

Lapang sama berlegar
Sempit sama berhimpit

Lebih beri memberi
Kalau berjalan beriringan
Yang dulu jangan menunjang

Yang tengah jangan membelok
Yang dibelakang jangan menumit

Yang lupa diingatkan
Yang bengkok diluruskan
Yang tidur dijagakan
Yang salah tegor menegor
Yang rendah angkat mengangkat
Yang tinggi junjung menjunjung

Yang tua memberi wasiatyang alim memeberi amanat
Yang berani memberi kuat
Yang berkuasa memberi daulat

Kuat lidi karena diikat
Kuat hati karena mufakat.

Banyak lagi ungkapan-ungkapan yang menyangkut masalah kebersamaan ini, oleh karena itumasalah gotong royong dan kerukunan bersama merupakan soal penting dalam pergaulan orang melayu.

Tutr kata
Dalam bertutur kata banyak dijumpai masehat-nasehat atau ungkapan-ungkapan karena pengaruh kata-kata sangat besar efeknya bagi keserasian pergaulan, “bahasa menunjukkan bangsa”. Perkataan bangsa disini dimaksud adalah “orang baik-baik” atau orang berderajat yang juga disebut orang berbangsa. Orang baik-baik tetu mengeluarkan kata-kata yang baik tekanan suaranya akan menimbulkan simpati orang. Orang yang menggunakan kata-kata kasar dan tidak senonoh, tentulah orang yang tidak berbangsa atau sangat rendah derajatnya.
Bahasa selalu dikaitkan dengan budi, oleh karena itu selalu disebut budi bahasa. Si anu baik budinya. Dengan demikian, maka ketinggian budi seseorang juga diukur dari kata-katanya.

Hidup sekandang sehalaman
Tidak boleh tengking menengking
Tidak boleh tindih menindih
Tidak boleh dendam kesumat

Pantang membuka aib orang
Merobek baju dibadan
Menepuk air didulang

Hilang budi karena bahasa
Habis daulat karena kuasa

Pedas lada hingga kemulut
Pedas kata menyemput maut

Bisa ular pada taringnya
Bisa lebah pad sengatnya
Bisa manusia pada mulutnya

Bisa racun boleh diobat
Bisa mulut nyawa padaannya

Karena kata-kata dan ungkapan-ungkapan memegang peranan yang penting dalam pergaulan, maka masalah ini selalu dberikan tuntunan agar kerukunan tetap dapat dipelihara. Tinggi rendahnya budi seseorang diukur dari cara ia berkata-kata. Menjadi aiblah kiranya jika seseorang mengeluarkan kata-kata yang salah. Seperti kata pepatah :”biar salah kain asal jangan salah cakap”

Sopan santun berpakaian
Dari pepatatah diatas: biar salah kain daripada salah cakap, dapat pula diartikan bahwa salah kain merupakan aib juga. Dalam masyarakat melayu, kesempurnaan berpakaian merupakan ukuran tinggi rendahnya budaya seseorang. Makin tinggi kebudayaannya, akan semakin sempurna pakaiannya. Selain itu, sopan santun berpakaian menurut islam telah menyatu dengan adat.
Oraang yang sopan akan sempurna pakaiannya, tidak bertelanjang dada dan tidak terbuka lutut seperti terdapat dalam ungkapan :

Elok sanggam menutup malu
Sanggam dipakai helat jamu
Elok dipakai berpatut-patut
Letak tidak membuka aib

Orang melayu sejak dahulu sudah mengenal mode, terbukti dengan adanya berjenis-jenis pakaian, baik pakaian pria maupun wanita. Demikian pula perhiasan-perhiasan sebagai pelengkap berpakaian. Penutup kepala bagi laki-laki yang disebut tengkolok atau tanjak terdapat tidak kurang 42 jenis ikatan.
Pakaian daerah atau pakaian tradisaonal terdapat bermacam-macam dan cara memakainyapun disesuaikan dengankeperluan dan semuanya ada kode etiknya.
Seluar panjang semata kaki
Goyang bergoyang ditutup angin
Kibarnya tidak lebih dari sejengkal
Pisaknya tidak dalamamat
Elok sanggam menutup malu
Kalau melangkah tidak menyemak
Kalua duduk tidak menyesak
Kaki diberi awan awanan
Bekelingking berbenang emas
Bayang membayang pucuk rebung
Tabur bertabur tampuk manggis
Elok dipakai dalam majlis
Sanggam dipakai helat jamu
Patut bertempat nikah kawin

Peratama disebut teluk belanga
Tebuk leher bertulang belut
Cengkam dijalin menjadi lipan

Buah baju tunggal tunggalan
Kalau bulatr menelur burung
Kalau bertangkai menudung petai
Atau bermata bagai cincin
Labuhnya sampai segenggam tanah
Lebar dapat kipas berkipas
Lapang tidak menyangkut ranting

Kedua kain tenun menenun
Bertabuh berkepala emas
Tabur berserak bunga hutan
Kepala pekat berpucuk rebung
Dipakai dalam helat jamu

Dalam majlis yang patut –patut
Kalau dibuat kain samping
Kepala kain sebelah kanan
Atau membelit kepala belakang
Kalau dipakai labuh-labuhan
Kepala terletak dibelakang. (Tenas erEffendy)

Sebagaimana yang telah kami ungkapkan dibagian depan, kerajaan Siak Sri Indrapura tela menetapkan dalam Babul Qawaa’id, bagaimana seharusnya berpakaian bagi para pejabat yang bekerja dibalai. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa dalam pergaulan orang melayu diriau, kesopanan berpakaian ini tidak boleh diabaikan.

Adat Dalam Pergaulan
Adap dan sopan santun dalam pergaua\lan. Kerangka acuan adalah norma-norma islam yang telah melembaga menjadi adat. Terdapat banyak pantang larang dan hal-hal yang dianggap sumbang. Pelanggaran dalam hal ini menimbulkan aib yang besar dan sipelanggar dianggap tidak beradap.
Ada yang sumbang dipandang mata, sumbang sikaf, sumbang kata yang pada umumnya disebut itdak baik. Karakter masyarakat dibentuk oleh norma-norma ini.
Dengan demikian maka terciptalah pola sikap dalam pergaulan, sebagaimana sikaf terhadap orang tua-tua, terhadap ibu bapak, terhadap penguasa atau pejabat, terhadap orang sebaya, terhadap orang yan glebih muda, antara laki-laki dan perempuan, bertamu kerumah orang, dalam upacara dan sebagainya. Sebagai tuntunan, banyak ungkapan-ungkapan yang kita jumpai dalam masyarakat, diantaranya kami kutip sebagai berikut:
Guru kencing berdiri
Murid kencing berlari

Kalau menyengat kupiah imam
Akan melintan gkupiah makmum

Berseloroh sama sebaya
Berunding sama setara

Bergelut dihalaman
Berunding dirumah

Berbuat baik berpada-pada
Berbuat jahat jangan sekali

Yang patut dipatutkan
Yang tua dituakan

Yang berbangsa dibangsakan
Yang berbahasa dibahasakan

Kalau lepas kehalaman orang
Berkata dulu agak sepatah
Memberi tahu orang dirumah
Entah oran gsalah duduk
Entah orang salah tegak
Entah orang salah kain.

Kalau betina turun ditangga
Surut selangkah kita dahulikan
Jangan bersinggung turun naik

Kalau haus dikampung orang
Haus boleh minta air
Lapar boleh minta nasi

Tapi terbatas hingga dipintu
Sebelah kaki berjuntai
Sebelah boleh diatas bendul

Dimana bumi dipijak
Dimana air disauk
Dimana ranting dipatah
Disitu langit dijunjung. (Tenas Effendy)

Sangat banyak ungkapan-ungkapan dantak mungkin dikemukakan semuanya pada lembaran ini. Semua tentang etika pergaulan sudah ditulis oleh Tenas Effendy dalam buku yang berjudul Tujuk ajar melayu. Tetapi jelaslah bahwa dalam masyarakat mlayu riau, etiket dalam pergaulan sangat dipentingkan.

Penutup
1. adat istiadat melayu riau tidak lah statis dan tertutup untuk mengikuti perkembangan zaman dengan kerangka rujukan adat bersendikan syarak
2. etika pergaulan orang melayu riau telah memberikan saham dalam pergaulan antar Warga Negara Indonersia.
3. ajaran sopan santun yang dahulu diajarkan dari dalam buaian, pada masa ahir-ahir ini telah diabaikan. Oleh sebab itu, perlulah kebiasaan ini dipulihkan dengan cara-cara yang lebih sesuaidengan keadaan sekarang, diantaranya dengan cara :
a. ungkapan-ungkapn dan pepatah-pepatah yang mengandung adab sopan santun perlu dihidupkan kembali dan disebar luaskan (melalui media massa).
b. Menterjemahkan ungkapan-ungkapan, pepatah-pepatah dan manuskrip-manuskrip yang mengandung ajaran-ajaran untuk disebar luaskan.
c. Menulis buku pelajaran mulai dari tingkat dasar yang mengajarkan adap sopan santun dengan kerangkarujukan falsapah dan nilai yang terkandung dalam pepatah-pepatah, ungkapan-ungkapan, pantun-pantun dan sebagainya.
Diposkan oleh sandio di 16.41

1 comment:

Komentar Facebook