Wednesday, June 10, 2015

GENERASI BATU AKIK ( P U I S I )




GENERASI  BATU  AKIK

Karya  M.Rakib Jamari, S.H.,M.Ag,. Drs.

Ketika aku baru menapakkan kaki di tanah air
Turun dari balik awan, mengebderai garuda ajaib
Sahabatkun bertatanya, adakah membawa batu akik Saudi?
Bukan kesan syahdunya ibadah yang dia inginkan
Tapi batu akik yang mengkilat, sebesar buah kurma
Tapi batu itu, adalah  batu-batu akik yang keras dan bisu
Mungkinkah batu itu, Mengagungkan nama-Mu dengan
cara sendiri
Mereka bercerita mulai dari batu akik, batu ginjal, sampai batu nisan
Batu yang menggeliat derita pada lekuk dan liku
Batu giok para dukun, di bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang batu-batu patung.
Batu akik merah, menitikkan darah dari tangan dan kaki
Batu mutiara, dari mahkota duri dan membulan paku
Batu intan, yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang

Generasi akik, generasi pengangguran
Generasi sekarang ditenggelamkan panjang masa oleh kurikulum pendidikan
Seteri  batu akik juga, menciptakan kemegahan baru
Pantun  batu akik, berhias keindahan  batu Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
Senja di Pelabuhan Kecil Teluk Dalam, Kuala Kampar.
Menghadap ke Tanjung Batu
Ini kali  Butet, tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan.
Jangan biarkan hati yang membatu, keras tak tersentuh air.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook