M.RAKIB
…AKU DI LAUT MERAH
LAUT
merah merupakan nama sebuah teluk yang berada di Jazirah Arab tepatnya yang
memisahkan benua Asia dengan benua Afrika. Jalur ke arah selatan dari laut ini
melewati Babul Mandib dan Teluk Aden sedangkan di utara terdapat semenanjung
Sinai dan Terusan Suez. Laut Merah memiliki lebar 300 km dan panjang 1.900 km
yang mempunyai titik terdalam 2.500 m.
Laut
yang muncul karena perpisahan Jazirah Arab dan Benua Afrika yang dimulai
sekitar 30 juta tahun yang lalu ini menjadi habitat bagi berbagai makhluk dan
koral. Laut ini memiliki suhu permukaan yang konstan atau sekitar 21 – 25oC
dengan jarak penglihatan 200 m. Di laut ini juga sering sekali terjadi angin
kencang dan arus lokal yang membingungkan.
Lalu,
mengapa laut ini memiliki nama Laut Merah?
Seorang
ahli fisika dari Universitas Cambridge yang bernama Collin Humphreys yang juga
seorang penulis The Miracle of Exodus mencoba memecahkan pertanyaan tersebut.
Dia meakukan penjelajahan ke pusat Teluk Aqabah dan faktanya laut tersebut
justru tidak berwarna merah melainkan berwarna biru sama seperti laut yang
lainnya.
Laporkan
iklan?
Dalam
proses penelitian tersebut, dia menemukan sekumpulan alang-alang yang tumbuh
subur berkat keberadaan air tawar disekitar tempat tersebut. Alang-alang dalam
bahasa Inggris disebut dengan reed, tapi masyarakat setempat mengucapkannya red
(merah). Karena keberadaan alang-alang tersebut di laut, maka dinamakanlah red
sea (Laut Merah), padahal seharusnya the reed seas (Lautan Alang-alang).
Dalam
pendapat lain, laut itu disebut dengan Laut Merah dikarenakan terkadang
dipenuhi oleh bunga ganggang syanobacteria yang disebut trichodesmium
erythaerum. Nah, setelah tanaman ini mati biasanya air laut berubah menjadi
cokelat kemerahan. Tapi, dikarenakan warna tersebut tidak betul-betul melekat
dengan air di seluruh lautan luas, maka tingkat kemerahannya bervariasi
tergantung banyak atau tidaknya ganggang tersebut.
Selain
itu, laut ini terkenal ke seluruh penjuru dunia terutama umat islam dikarenakan
kisah Nabi Musa yang membelah Laut Merah menjadi dua dan ditengahnya terdapat
sebuah jalan untuk menyebrang saat kaumnya dikejar-kejar oleh balatentara
Fir’aun. Tapi setelah kaum Nabi Musa sampai, laut tersebut kembali seperti
semula sehingga kawanan balatentara Fir’aun tenggelam di sana. Wallaahu a’lam
[retsa/islampos/noorx/wordpress]
No comments:
Post a Comment