AGAMA RACUN
PANTUN DAN SYAIR
Dr.Drs.Haji M.Rakib, S.H.,M.Ag
1. Bantahan
untuk atheis dan JIL
Batu angkasa, kelihatan terjun,
Udara dibelah, kecepatannya.
Agama bisa, dirasakan racun,
Bagi yang salah, mengamalkannya.
Kelu lidah, kena pesona,
Berkorban lebih, karena sayang.
Terlalu percaya, kepada indera,
Tertipu oleh, bayang-bayang.
1. Mengapa
manusia bisa tertipu, lalu menjadi seorang yang berpandangan atheistik (?)
karena pada dasarnya ia beranggapan bahwa ‘yang nyata’ atau realitas adalah
segala-galanya, dan segala suatu yang
bisa ditangkap oleh dunia pengalaman indera, itulah kebenaran sejati. Nah prinsip yang salah ini, ini tidak berubah walau ia(Karel
Marx) telah menjadi filosof atau saintis. Ketika Marx menjadi seorang filosof maka jalan
pemikirannya menjadi terbatas sebatas prinsip cara pandangnya terhadap realitas
yang relatif dan semu itu, sehingga
sejauh manapun ia berfikir ia tidak bisa menemukan Tuhan.
2. Tanpa
iman, filosuf tidak bisa menemukan
kebenaran agama. Begitu pula ketika ia menjadi saintis maka sebagaimana kita
ketahui ia mendeskripsikan konsep ‘saintisme’ yang bersandar pada prinsip bahwa
‘ilmu’ adalah segala suatu sebatas pengalaman dunia indera atau segala suatu
yang bisa dibuktikan oleh dunia pengalaman indera atau segala suatu yang bisa
dibuktikan secara empirik.artinya ia mengunci definisi pengertian ‘ilmu’ di
wilayah dunia alam lahiriah-material.
3. Alam
gaib itu pasti ada, tapi abstrak yang dianggap bukan wilayah ilmu atau
memisahkan ilmu dari realitas yang bersifat abstrak sehingga ilmu tidak bisa
menjelajah dunia abstrak nya alam gaib, dan cara berfikir akal nya pun
menjadi terikat kepada dunia panca inderanya.sehingga baginya definisi
pengertian ‘rasional’ menjadi tidak bisa jauh dari ‘segala suatu yang dunia
indera masih bisa menangkap dan atau memahaminya’. Artinya atheisme secara
ilmiah berawal dari cara pandang manusia yang salah terhadap realitas,ia
melihat realitas secara sebelah atau hanya sepotong,tidak utuh dan
menyeluruh,hanya sisi atau dimensi realitas yang tertangkap oleh dunia
inderawi.
4. Karel
Marx dan ilmuwa lainnya, ‘buta’ terhadap sisi realitas yang lain yaitu yang
bersifat abstrak supra natural (bermata satu atau ‘dajjal’ menurut bahasa kitab
suci),cara pandang demikian otomatis sulit memahami agama..
Padahal konsep tentang realitas yang sebenarnya (yang utuh dan menyeluruh) adalah : ‘sesuatu yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi yang abstrak dan yang konkrit’, sebagaimana Sebagai contoh : manusia itu terdiri dari jiwa dan raga atau komputer terdiri dari soft ware dan hard ware (seluruh realitas selalu terdiri dari dua dimensi).dan inilah konsep tentang realitas versi agama.
Padahal konsep tentang realitas yang sebenarnya (yang utuh dan menyeluruh) adalah : ‘sesuatu yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi yang abstrak dan yang konkrit’, sebagaimana Sebagai contoh : manusia itu terdiri dari jiwa dan raga atau komputer terdiri dari soft ware dan hard ware (seluruh realitas selalu terdiri dari dua dimensi).dan inilah konsep tentang realitas versi agama.
5. Agama
bersifat multi demensi, sehingga manusia dikonsep untuk harus percaya terhadap paling
tidak, dua dimensi relitas itu, dan cara berfikirpun harus bersandar kepada
pemahaman terhadap realitas yang utuh yang memiliki dua dimensi dunia akhirat
itu.
6. Atheis
itu cara pandangnya ‘bermata satu’
maka agama mengajarkan agar manusia ‘bermata dua’ sehingga bisa melihat ke dua
arah-ke dua dimensi realitas secara berimbang,(sehingga dua dimensi realitas
itu difahami sebagai kesatu paduan sistemik).sehingga dalam agama definisi
pengertian ‘ilmu’ bersandar pada realitas yang utuh tersebut sehingga
pengertian ‘ilmu’ tidak dibatasi sebatas wilayah pengalaman dunia indera karena
dalam pandangan Tuhan ilmu adalah sesuatu yang harus mendeskripsikan
keseluruhan realitas sehingga yang abstrak dan yang konkrit bisa difahami
sebagai kesatu paduan yang utuh,sistematis.
7. Definisi
‘rasional’ versi agama adalah ‘yang logika akal fikiran manusia bisa
menangkapnya’ atau cara berfikir yang murni sistematis berdasar logika yang
tidak bersandar pada tangkapan mata secara langsung. Sebab itu bila ingin
meruntuhkan atheisme dari dasar coba runtuhkan dengan konsep tentang realitas
yang bersifat menyeluruh tersebut yang argumentasi demikian memang sederhana
tapi sangat mendasar (sebelum kita berdebat ke masalah teknis yang rumit dan
pelik).
8. Anda
jangan heran atau gentar, bila menghadapi atheist yang memandang serta
mendeskripsikan agama sebagai ‘irrasional’,’tidak berasas ilmu’,’hanya
dogma’karena mereka melihat segala suatu dengan ‘mata satu’.
9. Cara
pandang para atheist terhadap realitas, sangat tidak utuh. Jangan gentar walaupun
filsafat – sains lebih banyak didominasi oleh orang orang bersudut pandang
materialistis (cara pandang ‘bermata satu’) sebab kebenaran sejati memang mahal
dan seringkali hanya diketahui dan difahami oleh sedikit orang.yang mesti
diwaspadai adalah kini saintis atheistik itu selalu menafsirkan berbagai temuan
ilmiah ke arah (pembenaran’) ideologinya dan selalu ingin melanggengkan teori
ilmiah yang bersesuaian dengan ideologinya tsb.
10. Teori
ilmiah baanyak yang tidak rasional, tapi walau teori itu irrasional dan ber
asas kepada fakta yang ditafsirkan (bukan fakta langsung) semacam teori Darwin,
mereka tetap saja mengagungkan kebenaran rasional yang relatif.
Padahal dalam konsep Tuhan ‘ilmu’ itu memiliki dua kaki dan dua mata,yang satu berpijak di dunia aqidah yang abstrak yang satu berpijak pada dunia konkrit, yang satu melihat ke dunia abstrak dan yang satu melihat ke dunia konkrit.sehingga apapun temuan ilmiah yang tertangkap mata secara langsung ia senantiasa berkaitan dengan realitas abstrak atau dengan tafsir yang bersifat abstrak.
Padahal dalam konsep Tuhan ‘ilmu’ itu memiliki dua kaki dan dua mata,yang satu berpijak di dunia aqidah yang abstrak yang satu berpijak pada dunia konkrit, yang satu melihat ke dunia abstrak dan yang satu melihat ke dunia konkrit.sehingga apapun temuan ilmiah yang tertangkap mata secara langsung ia senantiasa berkaitan dengan realitas abstrak atau dengan tafsir yang bersifat abstrak.
11. Ilmu
tanpa iman, adalah buta.(Science wich out religion is blind). Jangan dipisahkan
sains dan iman. Dalam agama ada ilmu (termasuk di dalamnya ‘sains’/ilmu dunia
material)tak bisa mengarah atau diarahkan ke kacamata pandang ‘materialisme
ilmiah’ yang kini gencar di promosikan oleh orang bersudut pandang materialistik.
2.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda
ReplyDelete