33 KECACATAN DALAM BERFIKIR
Bagian Kedua
Dikutip dari
sebuah makalah seseorang dan dianalisis oleh Haji M.Rakib Jamari, S.H.,M.Ag.
Untuk Muhalligh IKMI Riau Jl.Todak Gang Udang Putih Pekanbaru Riau Indonesia, agar tidak ada lagi konflik karena isu takfir dan tuduhan bid'ah sesat.
Aku
tersesat dalam berfikir dan dalam melangkah
Terutama
dalam mimpi-mimpiku akhir-akhir ini
Jalan
yang lurus dalam mimpi itu ada, tapi sengaja aku pilih jalan yang bengkok.
Di
antara ribuan meja dalam kota tua, kupilih meja yang retak dan kacanya pecah.
Meja
itu paling sudut, dan terpinggir.
Kutinggalkan
meja yang cantik dan normal,
Hanya untuk mengatisipasi konflik,
baik konflik kebid'ahan maupun konflik pertemanan.
Hanya untuk mengatisipasi konflik,
baik konflik kebid'ahan maupun konflik pertemanan.
Kesesatan materialnya karena niatnya bernada meremehkan, sekaligus menjahannamkan. Logika
yang menyesatkan adalah disebakan kesesatan yang terutama menyangkut isi
(materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa kedengkian
(kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan, dan
juga dapat terjadi karena memang tidak adanya hubungan logis atau relevansi
antara premis dan kesimpulannya yang ada hanya hubungan emosional (kesesatan
relevansi). Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan
masing-masing kata itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan
arti kalimat yang bersangkutan. Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama,
namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya.
Ketidak cermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat
menimbulkan kesesatan penalaran.
1. Kesesatan
Bahasa
Setiap
kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata dalam sebuah
kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan keseluruhan arti kalimatnya.
Maka,
meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata
tersebut dapat bervriasisi artinya. Ketidak cermatan dalam menentukan arti kata
atau arti kalimat itu dapat menimbulkan kesesatan penalaran. Berikut ini adalah
beberapa bentuk kesesatan karena penggunaan bahasa.
a. Kesesatan
aksentuasi
Pengucapan
terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus
diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan
perubahan arti. Karena itu kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat
menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
· Contoh kesesatan
aksentuasi verbal :
- Serang
(kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
- Apel
(buah) dan apel (upacara bendera)
· Contoh kesesatan
aksentuasi nonverbal :
- "Dengan
2,5 juta bisa membawa motor"
(Karena
motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta
tetapi juga dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP,
rekening listrik terakhir dan keterangan surat kepemilikan rumah).
b. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan
ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih
dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah
kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
· Contoh kesesatan
ekuivokasi verbal :
- bisa
(dapat) dan bisa (racun ular)
- buntut
(ekor) dan buntut (anak kecil yang mengikuti kemanapun seorang dewasa pergi)
· Contoh kesesatan
ekuivokasi nonverbal :
- Bergandengan
sesama jenis pasti homo
- Menggelengkan
kepala (berarti tidak setuju), namun di India menggelengkan kepala dari satu
sisi ke sisi yang lain menunjukkan kejujuran.
c. Kesesatan
Amfiboli
Kesesatan
Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat
sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak
sebuah kata atau term tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih
dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja makna yang
benar sementara makna yang lain pasti salah.
Contoh
:
- Kucing makan tikus mati.
· Arti
1: Kucing makan, lalu tikus mati
· Arti
2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
· Arti
3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati
- Dijual kursi bayi tanpa lengan.
· Arti
1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.
· Arti
2: Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.
d. Kesesatan Metaforis
Disebut
juga (fallacy of metaphorization) adalah kesesatan yang terjadi
karena pencampur-adukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Artinya terdapat
unsur persamaan dan sekaligus perbedaan antara kedua arti tersebut. Tetapi bila
dalam suatu penalaran arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya maka
terjadilah kesesatan metaforis, yang dikenal juga kesesatan karena analogi
palsu.
Lelucon
dibawah ini adalah contoh dari kesesatan metaforis :
Pembicara 1: Binatang apa yang
haram?
Pembicara 2: Babi
P 1: Binatang apa yang lebih haram
dari binatang yang haram?
P 2: ?
P 1: Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang
paling haram? Lebih haram daripada babi hamil?
P 2: ?
P
1: Babi hamil di luar nikah! Karena anak
babinya anak haram..
2. Kesesatan
Relevansi
Kesesatan relevansi timbul kalau orang
menurunkan suatu kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya, artinya secara
logis kesimpulan tidak terkandung atau tidak merupakan implikasi dari
premisnya. Kesesatan Relevansi adalah sesat pikir yang terjadi karena
argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya
tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang
(lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan
isi argumennya.
Jadi penalaran yang mengandung kesesatan
relevansi tidak menampakkan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan,
walaupun secara psikologis menampakkan adanya hubungan - namun kesan akan
adannya hubungan secara psikologis ini sering kali membuat orang terkecoh.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk dari kesesatan relevansi :
a.
Argumentum
ad hominem
Kesesatan
ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu
usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang
berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b. Argumentum ad
Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
Kesesatan
ini juga disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak berdasarkan nilai
penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara logis tentu
dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang dianggap
pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan
penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum
valet argumentation” ; yang maknanya, ‘Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai
argumentasinya’.
c. Argumentum ad
baculum
Baculum
artinya ‘tongkat’. Maksudnya, kesesatan ini timbul kalau penerimaan atau
penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman. Jika, kita
tidak menyetujui sesuatu maka dampaknya kita akan kena sanksi.kita menrima
sesuatu itu karena terpaksa, karena takut bukan karena logis.
Contoh:
Seorang
anak yang belajar bukan karena ia ingin lebih pintar tapi karena kalau ia tidak
terlihat sedang belajar, ibunya akan datang dan mencubitnya.
d. Argumentum ad
misericordiam
Penalaran
ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan
untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini
biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan. Misalnya,
seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena lapar
dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena
itu ia meminta hakim membebaskannya.
e. Argumentum ad
populum
Argumentum
populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak perlu.
Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar dan
akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya
terdapat pada pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.
f. Kesesatan
non cause pro cause
Kesesatan
ini terjadi jika kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya
bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap. Contohnya yaitu suatu peristiwa
yakni Amir jatuh dari sepeda dan meninggal dunia. Orang menyebutnya bahwa Amir
meninggal dunia karena jatuh dari sepeda. Akan tetapi menurut visum et repertum
dokter, Amir meninggal dunia karena serangan penyakit jantung.(Dikutip dari
Makalah yang tidak ada nama pengarangnnya, maaf ya pembaca, bukan kerena aku
ingin sok-sok ilmiah.)
KESIMPULAN
Memang fllacy artinya kesesatan berfikir. Semua orang bisa terjebak
dalam lumpur fallacy, sehingga
diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok dalam
sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang yang
berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan
bahkan bias mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir
yang benar. Karena itu, al-Qur’an sering kali mencela bahwa ‘sebagian besar
manusia tidak berakal’, tidak berpikir’, dan sejenisnya.
No comments:
Post a Comment