60 PERTENTANGAN IBNU TAIMIYAH
DAN ULAMA
Catatan Kecil Dr.Drs.H.M.Rakib Jamari, S.H.,M.Ag.
Menurut An-Njjah, tidak bermaksud menyamakan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga harus menerima ujian di penjara selama tujuh kali, dengan total waktu mencapai lima tahun. Ia dipenjara karena tuduhan palsu yang dibuat-buat karena kedengkian, fitnah, dan kebencian tanpa alasan. Namun, pengalamannya ini telah mewariskan banyak keajaiban. Dengan itu ia justru meninggalkan banyak pengaruh dan tulisan yang mengabadikan namanya. Benarkah demikian?, Konsep apa yang menyudutkan beliau?
1. Konsep Trinitas, tauhid dibagi tiga.
2. Pembelaan terhadap tauhid Abu Jahal dan Abu Lahab
3. Terlalu kaku dan harfiyah, leterlijk.
2. Pembelaan terhadap tauhid Abu Jahal dan Abu Lahab
3. Terlalu kaku dan harfiyah, leterlijk.
Menurut K.H. Idrus Ramli, Ibn Taimiyah adalah seperti yang dinyatakan oleh al Hafizh al Faqih Waliyy ad-Din al ‘Iraqi (W 862 H): “Ibnu Taimiyah telah menyalahi Ijma’ dalam banyak permasalahan,
kira-kira sekitar 60 masalah, sebagian dalam masalah Ushul ad-Din (pokok-pokok agama) dan sebagian berkenaan dengan masalah-masalah furu’ ad-Din (cabang-cabang agama), Ibnu Taimiyah dalam masalah-masalah tersebut mengeluarkan pendapat lain; yang berbeda setelah terjadi ijma’ di dalamnya”.
kira-kira sekitar 60 masalah, sebagian dalam masalah Ushul ad-Din (pokok-pokok agama) dan sebagian berkenaan dengan masalah-masalah furu’ ad-Din (cabang-cabang agama), Ibnu Taimiyah dalam masalah-masalah tersebut mengeluarkan pendapat lain; yang berbeda setelah terjadi ijma’ di dalamnya”.
al Imam al Hafizh Taqiyy ad- Din Ali bin Abd al Kafi as- Subki (W 756 H) dalam karyanya ad-Durrah al Mudliyyah fi ar-Radd ‘ala Ibn Taimiyah, beliau mengatakan:
Ibnu Taimiyah tidak mengerti BABUL MUSYAKALAH, benar-benar telah membuat bid’ah-bid’ah dalam dasar- dasar keyakinan (Ushul al ‘Aqa-id),meruntuhkan tonggak dan sendi- sendi Islam setelah ia sebelum ini bersembunyi di balik kedok mengikuti al Qur’an dan as- Sunnah. Pada zhahirnya, mengajak kepada kebenaran dan menunjukkan kepada jalan surga, ternyata kemudian bukan melakukan ittiba’ (mengikuti sunnah, ulama Salaf dan konsensus ulama) tetapi justru membuat bid’ah-bid’ah baru, menyImpang dari umat muslim dengan menyalahi Ijma’ mereka dan mengatakan tentang Allah perkataan yang tajsim (meyakini Allah adalah jisim; benda yang memiliki ukuran dan dimensi) dan ketersusunan (tarkib) bagi dan Allah”.
No comments:
Post a Comment