SUFI DAN TAREKAT DITAKUTI BELANDA
KERENA TIDAK BISA DIPANCING DENGAN SOGOK
Catatan Kecil Dr.H.M.Rakib Jamari,
S.H.,M.Ag
Penulis membaca sedikit sejarah perlawan Turki terhadap penjajah, justru
kaum sufi dan kalangan orang thariqatlah yang paling gigih melalawan habis
habisan, karena itu mereka sangat ditakuti penjajah, karena mereka tidak mempan
dengan pancingan kedudukan, perempuan cantik, rumah mewah, dan tidak pernah
menerima uanh sogok. Penulis setuju apa yang diungkapkan oleh Imam Tamaim
Kamis, 12 Mar 2020, katanya siapa bilang
tarekat identik dengan kejumudan, keterbelakangan dan jauh dari revolusioner
karena hanya mengejar akhirat.
Selanjtnya
beliau menyatakan coba Lihat sejarah tentang perlawanan Pangeran Diponegoro.
Sejarah mencatat, Perang Diponegoro adalah perlawanan rakyat Jawa yang paling
merepotkan dan paling berdarah terhadap penjajah Belanda. Siapa Pangeran
Diponegoro? Kiai Maja, tokoh spiritual kala itu, mengatakan kepada sang pangeran,
“Kamu adalah seorang sufi.” Pernyataan ini ditegaskan Kiai Maja untuk menguatkan
spirit Pangeran Diponegoro, yang juga pengikut Tarekat Sattariyah, saat berjuang
melawan kolonialisme Belanda.
Di berbagai belahan dunia, gerakan tarekat juga terbukti
telah menjadi penggerak bagi perlawanan terhadap kolonialisme. Selain di Indonesia, perlawanan terhadap kolonial yang
digerakkan kelompok tarekat juga terjadi di Afrika Utara ketika melawan
kolonial Inggris dan Spanyol, juga di India.
Menurut penulis buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Prof. Azyumardi Azra, dua tarekat yang
paling dikhawatirkan penjajah adalah Tarekat Qadariyah dan Tarekat
Naqsabandiyah.
Baca juga: Apa Saja Benda Pusaka Milik Diponegoro
Kenapa Belanda amat takut dengan tarekat? Peneliti dan
penulis Martin van Bruinessen mensinyalir, bahwa dalam pandangan para pejabat
penjajah Belanda, Prancis, Italia dan Inggris, fanatisme penganut tarekat
kepada guru mereka akan dengan mudah berubah menjadi fanatisme politik.
Selain Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah di
Nusantara juga berkembang Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Lukisan Peristiwa Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh
Nicolaas Pieneman. Foto: Wikipedia
Tarekat ini merupakan penggabungan antara keduanya,
dipelopori oleh Syekh Ahmad Khatib sambasi, yang berasal dari Kalimantan Barat.
Sejak abad ke-16, tarekat ini menyebar, khususnya di
seluruh Jawa, seperti di Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat,
Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng Jombang
Jawa Timur.
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah berkembang pesat pada
abad ke-19, terutama ketika menghadapi penjajahan Belanda.
No comments:
Post a Comment