Monday, March 3, 2014

Biarlah kau berlari ke ujung dunia Tak akan kurobek dada ini



Sajak M.Rakib Ciptakarya
BUNUH DIRI ITU MELAWAN TUHAN

Walaupun dikejar-kejar hutang tiap hari, jangan lakukan bunuh diri
Diteror, diintimidasi, jangan lakukan bunuh diri
Sekeluarga ketakutan tiada tara , jangan bunuh diri
Hijrahlah ke pinggir hutan atau ke sebalik gunung
Di mana orang tidak mengenalmu.
Hijrahlah, ke tepi gua, hidup bersama nelayan atau petani
Cukup sepuluh tahun, atau jangan kembali lagi.
Di sana ada kehidupan baru yang tiada terkira
Hijrahlah seperti Muhammad dizalimi orang jahiliyah.
Engkau harus mengatakan pada dirimu sendiri, bahwa hitam malam tidak akan menutup langit bathinku
Air mata tak kan kering, hanya sedikit  tumpah darah di jiwaku

Malam ini,
Tubuh busuk ini bukanlah  tak berarti lagi
Hingga sendiri kutanggung di pengasingan yang indah ini

Anak dan isteriku sudah lama pergi, berangkatlah

Keluarga, orang tua, sudah lama membuangku, tapi Allah tetap setia
Bos di kantor i sudah memecatku, Tuhan tahu itu
Dan para ulama, sudah lama mengkafirkan orang putus asa

Hingga malam ini, malam yang aku harus pergi.
Jasad busuk ini tak berarti lagi, tapi ada iman di hati

Biarlah kau berlari ke ujung dunia
Tak  akan  kurobek dada ini
Baju ini
Biar malu yang kutanggungkan,  telanjang ku diujung bumi
Aku tak ingin bunuh diri
"Tunggu. Janganlah Engkau berputuskan  dari rahmatKu"
"Putus asa? Apa maksudMu?"
"Ku yakin  akan menang di akhir masa"



Laporan Wartawan Tribun Jateng Hermawan Endra Wijonarko
TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Pengakuan mengejutkan dari Tomi  (39), putra pertama dari Anita Erfanti (58), terkait anggota keluarganya yang bunuh diri secara massal dengan cara menenggak racun serangga.
Tomi mengakui, sedikit tahu kondisi keluarga besar Anita yang tak lain adalah ibunya, terkait bisnis dua toko besi dan bangunan di Pekalongan.
Ia menuturkan, usaha keluarganya tersebut ambruk lantaran memiliki hutang hingga Rp 700 jutaan.  
Permasalahan utama, buka pada nominal utang tersebut, melainkan dari pihak pemberi utang.
Menurut pengakuan Tomi, pemberi utang atau penyuplai material semen, hampir tiap hari menagih utang dagangan tersebut.
Akibat ditagih dan dikejar-kejar agar segera membayar utang dari distributor semen tersebut, maka Anita beserta keluarganya tertekan.  
"Bukan terlilit hutang, tapi lebih disebabkan karena ketakutan dapat tekanan dari salah satu distributor semen," kata Tomi kepada Tribun Jateng,  Senin (3/3/2014).
Tekanan itu, dipandang oleh keluarga Anita (ibunda Lina) sebagai teror yang menakutkan.
"Jadi biar berita ini tidak simpang siur, ada yang bilang karena terlilit hutang, pertengkaran rumah tangga, kan kasihan yang tidak bersalah," katanya.
Teror berlangsung terus menerus sejak 5-7 hari sebelum Anita (58) memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Teror itu dilakukan dalam intensitas cepat yakni tiap hari.
Namun demikian, Polres Pekalongan yang melakukan penyelidikan intensif atas tragedi dugaan bunuh diri sekeluarga (Anita, Linawati, Rudito, Danny) itu justru membantahnya.
Kasatreskim Pekalongan Kota Ajun Komisaris Bambang Purnomo mengatakan, pengakuan Tomi itu  belum bisa dibuktikan.
Karena hingga kekinian, polisi belum menemukan bukti yang mengarah ke sana.  "Kita masih mencari bukti itu, yang dari Polres Cirebon,  HP Anita juga disita tapi belum mengarah ke sana," ujar Kasatreskrim.
Sebelumnya diberitakan, Lina (41) dan Dani (11), ibu dan anak, tewas menenggak racun serangga di Pekalongan.
Sedangkan Anita (58) ibuda Lina, dan Rudito (39) adik Lina tewas di Cirebon, diduga juga tengga racun serangga.
Editor: Reza Gunadha

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook