Monday, March 3, 2014

Nenek Maimun, tidak melihat tanda apapun keberhasilanku. Engkau tidak yakin, aku bisa jadi orang. Masya Allah..




NENEK MAIMUN  SANG PENGUASA

Karya  Rakib Jarmari. Pekanbaru Riau

 

Nenek Maimun, tidak melihat tanda apapun keberhasilanku.
Engkau tidak yakin, aku bisa jadi orang. Masya Allah..
Aku waktu itu, diinjak, disepak,  dihina habis-habisan.
Aku menum,pang di rumahnya’
Tentulah dia berkuasa atas diriku
Demi kelanjutan sekolahku, aku rela diinjak.
Tapi itu dulu. Sekarang suasana terbalik
Akulah yang jadi penguasa
Nenek Maimun, di pihak yang lemah
Aku beri dia hadiah, seakan melupakan kezalinannya masa lalu.

Aku dihidupkan dimasa-masa kekuatan, kekuasaan dan kebuasan adalah bentuk untuk keadilan dihari ini…

Sedangkan takaran timbangan keadilan hanya seibarat satu bayang-bayang hitam padanya.. Ada, tapi hanya ada pada diam dan keadaan menerima dalam tundukan pasrahnya..

Hai nenek Maimun. Inilah “HUKUM  rimba”..
Hai Nenek sihir, Inilah aku pada waktu ini..
Lalu benarkah jalan ini lurus seperti ini?
Apa keterpaksaanku menerima ini membiuskan racun-racun pertentangan pada alam fikirku?
Ah senja tak memandang bulan sebagai musuhnya, senja diam dimasa dia menafsirkan diri sebagai raja diantara kebenaran siang dan malam..

Dua nenek perkasa dahulunya, Seharusnya aku membalas seperti senja..
Melerai pertentangan antara siang dan malam dengan menghadirkan satu rupa keindahan yang sempurna.. sehingga tak satupun diantaranya yang mampu menipu kekaguman pada bentuk pengingkaran…
Seharusnya aku seperti senja..

Tapi.. Aku hanya bisa menatap..
Diam tanpa polah tingkah..
Hina dihati menutup pintu-pintu kejujuran, menelan ujaran-ujaran kebenaran pada kebimbangan yang meraja..

Lalu bagaimana dengan mereka?
Apakah hanya aku yang berfikir bahwa tempat ku berdiri sekarang sudah dihuni “pemangsa-pemangsa” liar yang memangsa semua kebenaran dengan rakusnya?
Lalu melahirkan pemangsa-pemangsa ain dengan rupa yang jauh tak berbeda… seperti pada nama kebencian dan kebodohan..

Tidak…
Seharusnya tidak seperti ini..
Tapi.. kadang-kadang diam lebih baik menurut perkiraan kita..
Bukankah seperti itu teman?
Diam itu penyelamatan.. seperti itu kita memandang..
Tap pada keadaan sebenarnya ada Kekecewaan untuk ini memebebaskan pelarian-pelarian alasan yang akan menutupi sesaat kalau sebenarnya aku ini lemah… Ya kita terlalu lemah dalam “rimba” ini.

Sekarang apa yang kufikirkan?
Bukankah kedekatan naluri-naluri binatang dengan insting kekejaman hanya masalah waktudan perkembangan alam saja?
Dan bukankah naluri itu juga telah memulai hari per harinya pada masing-masing kita?

Liatlah pada “cermin” itu..
Dan kita akan tau kalau selama ini kita telah berdusta pada keadaan cerminan yang nyata disikap dan prilaku yang jauh dari kewajaran..
Mengapa? Kita mengetahui semua ini…
Hanya saja kita lebih kekepura-puraan yang dikala masa-masa kita berdiam diri sendiri ini justru menebar rasa sakit yang berlebih..
Liatlah kedalam cermin itu dalam-dalam…
Sampai kita menempatkan satu keberanian menjadi satu wajah pengakuan padanya..
“Cermin” ini bukan seperti kaca hias yang sering itempel pada lemari dan sisi-sisi jendela pada kamar kecil ku..

Cermin itu adalah Hati….
Pausa, engkau mengejekku dari hari ke hari.
Tapi aku tak menyerah..
Doaku tiada putus ke hadirat Ilahi rabbi.
Hati lebih mencerminkan siapa aku..
Hati tempat tersuci pada jiwa-jiwa insan, Hati merajai semua rasa..
Dan dengan hati kita bisa merubah satu ketidakmungkinan menjadi sebuah harapan..
Cerminan hati adallah cerminan jiwa..
Ketika hati telah memberikan satu cerminan kepada kita maka itulah kita yang sebenarnya…

Siapa Kita?

Bercerminlah…..

Aku mencintai negaraku… AKu mencintai Indonesia ini..
Tapi aku benci ketika politik telah menganggap HAM adalah sebuah santapan lezat dari kerakusan mereka..
Negri ini mulai memasuki fase hukum yang berlaku dirimba belantara sana..

Aku benci saat ku hanya diam… Tanpa bisa berbuat apa,
Aku benci dengan lemahku…
Aku benci saat ku memilih diam, padahal jauh didasar hatiku mengutuk ini…


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook