Tuesday, March 4, 2014

Wahai kementerian agama, Remaja masjid, gerakkanlah



WAHAI KEMENTERIAN AGAMA
DI MANA BUDAYA SOPAN
SANTUN REMAJA?
Mr.M.Rakib Ciptakarya LPMP Riau Indonesia

   Wahai kementerian agama,
   Remaja masjid, gerakanlah
             Sopan santun, remaja kian parah
Tingkah laku, tanpa arah

Budaya Sopan Santun

 Laknat dan  kutuk tidak lagi dipercaya para kawula muda.

 Kutuk mengutuk mungkin hanya akan ada di cerita legenda.

 Dengan enteng mereka, melawan orang tua.

Pornografi, jadi kegemarannya.


       Ini  kisah  Sang anak yang berjuluk Munazil itu konon adalah sosok yang kerap melawan terhadap orang tua.

Tingkah lakunya pun sering menyakitkan keduanya. Hingga, sang ayah berkisah dalam sebuah puisi, salah satu baitnya berbunyi: “Tali rahim antara aku dan dia ternoda, kala dia mencampakkanku.” Berita tentang kedurhakaan sang anak pun terdengar di telinga pemerintah.

Gubernur setempat memerintahkan agar Munazil ditangkap lalu akhirnya bebas. Tapi, Allah SWT berkehendak lain. Kejadian itu terulang terhadap dirinya saat ia menjadi orang tua. Setelah beberapa tahun dikisahkan, Munazil diperlakukan tak manusiawi oleh anaknya sendiri.

Ia dipaksa membawa ember yang dikalungkan di lehernya. Sementara, di leher itu terikat seutas tali yang digunakan sang anak untuk memukul Munazil. Saat sang anak ditanya perihal perbuatannya itu, ia menjawab: “Biarlah, dia pantas menerima akibat ia durhaka pula pada kakekku,” kataya. 

Durhaka kepada kedua orang tua (uquq al-walidain), menurut Syekh Muhammad Ibrahim al-Hamad dalam bukunya yang berjudul Uquq al-Walidain; Asbabuhu, Mazhahiruhu, Subul al-Ilaj, merupakan tindakan tercela. Rasulullah SAW di banyak sabdanya melarang dan mengecam tindakan ini. Durhaka adalah salah satu dosa besar. Oleh karena itu, seperti ditegaskan dalam riwayat Bukhari, hindarilah.

Konsekuensi yang bakal diterima oleh anak durhaka sangat banyak. Anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya terancam tidak akan masuk surga. Ini seperti tertuang di hadis riwayat Umar bin Khatab. Pendurhaka orang tua juga divonis terhalang dari nikmat melihat Allah SWT. Penegasan itu tertuang di riwayat Abdullah bin Umar.

Dalam kasus Munazil di atas, perlakuan serupa bisa berbalik kepadanya kelak lantaran doa kuat seorang tua yang terzalimi oleh anak durhaka. Doa orang tua yang dizalim masuk dalam kategori doa yang mustajab. Kekuatan doa orang tua itu tercatat di hadis riwayat Abu Hurairah.

Ia mengatakan, manifestasi durhaka terhadap orang tua sangat banyak. Ini bisa terwujud, antara lain, dengan membuat sedih mereka akibat tingkah laku anak yang menyimpang, seperti sikap kasar dan berontak. Berkata “uf” saja, sebagaimana ditegaskan surah al-Israa' ayat ke-23 tidak boleh, apalagi melawan keduanya.

Terlebih, membuat air mata keduanya terurai. Tanda-tanda durhaka, antara lain, bersikap masam, menatap keduanya dengan raut wajah marah atau sinar mata yang tajam  penuh benci, memerintah keduanya layaknya seorang pembantu, menyepelekan nasihat, atau tidak mengakui hubungan kerahiman dengan keduanya, entah karena malu ataupun gengsi. Termasuk durhaka pula, jika menitipkan mereka ke panti jompo karena sebab yang tak kuat.

Banyak sekali bentuk durhaka yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Paling parah, bila sang anak mengharapkan kematian keduanya atau salah satu dari mereka agar segera mewarisi harta warisan atau karena alasan sakit dan kemiskinan yang mengimpit. “Jangan sampai hal itu terjadi,” katanya mewanti-wanti.

Durhaka, ungkapnya, timbul karena beberapa faktor. Di antaranya, paling mendasar adalah ketidaktahuan akan dampak dan dosa yang diakibatkan durhaka. Ini bisa dipicu oleh pola pendidikan yang salah dalam keluarga. Pendikan yang ideal dalam keluarga adalah pengokohan pondasi agama. Sebab, berikutnya ialah hilangnya keteladanan orang tua, pengalaman durhaka oleh orang tua sendiri, dan perceraian.

Kisah  anak yang durhaka seperti Malin Kundang,
 Sangkuriang, Si Mardan dan lain sebagainya. Cerita tersebut hanyalah sebuah cerita dongeng yang diceritakan saat kawula muda masih kanak-kanak. Namun pernahkah kawula muda berpikir jika hal itu benar-benar terjadi di kehidupan nyata? Mungkin sulit diterima oleh akal sehat manusia cerita ataupun kejadian setragis cerita yang disampaikan dalam legenda tersebut tetapi bisa saja kejadiannya bukan sekedar anak durhaka menjadi batu mungkin saja kecelakaan yang berakibat fatal bagi masa depan kawula muda sendiri.
Pemikiran kawula muda saat ini memang telah jauh meninggalkan cara pemikiran orang-orang yang tradisional.Dahulu anak-anak remaja sangatlah memercayai legenda yang diceritakan kepada mereka tentang tragedi yang akan terjadi apabila dirinya melanggar nasehat dan berbuat tindakan yang kurang beretika. Maka pemandangan zaman dahulu yaitu hubungan antara kawula muda dengan kaum orang dewasa begitu indah dipandang mata. Saling tolong-menolong, saling menghargai dan kesopan santunan terhadap orangtua selalu terlihat dan dirasakan.

Remaja masa kini menganggap bahwa dirinya telah mampu hidup sendiri tanpa memiliki pikiran bahwa sebenarnya dia masih membutuhkan topangan nasehat dari kedua orangtuanya. Telah banyak pemandangan anak yang tidak memilik kesopansantunan terhadap orangtuanya maupun orangtua lain yang lebih tua darinya. Remaja malah menganggap bahwa kaum sepermainannya atau sebayanyalah yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangannya dan remaja biasannya lebih mendegarkan ucapan ataupun ajaran dari teman sepergaulannya. Maka tidak jarang kita melihat banyak kawula muda yang terjerumus terhadap hal-hal yang negatif seperti pergaulan bebas, seks bebas, bahkan menggunakan obat-obatan terlarang bersebab ikut-ikutan gaya dan nasehat teman sepergaulannya.

Remaja yang seharusnya menjadi penerus bangsa kelak setelah dewasa telah banyak terkontaminasi dengan pengaruh buruk lingkungan pergaulannya. Remaja lebih memilih akrab dan sopan terhadap seusianya daripada sopan dan santun terhadap orangtuanya dan orang-orang yang lebih tua dari dirinya. Remaja menganggap bahwa yang lebih mengerti dan memahami diri mereka sepenuhnya adalah sebayanya. Kita dapat menilik cara pandang kehidupan remaja masa kini di lingkungan kita saat ini.

Banyak fenomena yang mempertontonkan bahwa banyak remaja yang sudah tidak takut lagi melakukan perbuatan tidak beretika seperti merokok saat menggunakan seragam sekolah, melewati orangtua yang sedang berjalan dengan menyenggol tanpa miminta ijin dan memohon maaf setelah menabrak, mencaci orang yang menasehatinya karena menganggap dirinya sendirilah yang benar. Jika sudah demikian, Jadi dimana budaya santun remaja masa kini?

Sangat ironis dan tragis perbuatan yang dilakukan kawula muda saat ini. Jika diteliti dan disurvei berapa orang jumlah remaja yang masih memiliki sifat kesopan santunan mungkin jawabannya satu berbanding seribu orang. Kalau begitu siapapun anda yang masih memiliki jiwa sopan dan santun maka bersyukurlah dan berdoalah kepada sang pencipta semoga kawula muda semakin dikaruniai dengan sifat mulia tersebut.

Orangtua yang dianggap sebagai Tuhan di dunia ialah seorang perempuan yang melahirkan kita yang kita sebut Ibu dan juga seorang pendamping hidupnya untuk menafkahi kita yang kita panggil Bapak. Selain kita harus patuh dan taat akan nasehat dan larangan orangtua kita juga harus memiliki etika juga sopan santun terhadap mereka. Kawula muda juga perlu mengetahui bahwa di dunia ini yang wajib kita hormati bukan saja mereka tetapi masih ada orang lain yaitu orang yang lebih tua dari kita.

Di sekolah yang wajib kita hormati ialah guru-guru kita dan di masyarakat kita wajib bersikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua umurnya dari kita. Sebagai kawula muda yang telah mencicipi pendidikan maka selayaknya kita menunjukkan citra kita sebagi seorang pelajar. Kaum terpelajar adalah orang-orang yang memiliki tata krama dan sopan santun baik terhadap ibu dan bapaknya maupun terhadap orang-orang lain yang usianya lebih tua darinya.

Jika memang kita tidak mengenal siapa orang tersebut maka baiklah kita bertutursapa dengan sopan dan santun atau jika kita sedang berjalan di lingkungan masyarakat jika memang kita tidak ingin menyapa dengan kata-kata kita bisa menyapa dengan wajah tersenyum.

Kawula muda perlu tahu bahwa orangtua sangat bangga jika melihat anaknya dikagumi dan disenangi oleh teman-temannya. Kita perlu tahu bahwa orangtua diam-diam sering menceritakan kebaikan anakknya kepada temannya. Nah jika kawula muda telah berlaku baik di rumah namun kepada orang lain berlaku tidak sopan maka cerita orangtua kita yang baik tentang diri kita sama saja bohong. Orang lain akan menganggap bahwa orangtua kita berbohong dan menganggap bahwa orangtua kita gagal dalam mendidik kita. Tentunya kawula muda tidak ingin kan kalau orangtua kita dicap buruk oleh orang lain? maka mulailah membangun sikap yang berbudi luhur dan jangan pernah meninggalkan sikap sopan dan santun terhadap orang lain.

Kawula muda jangan pernah ragu ataupun kuatir akan ocehan teman sepergaulan kita. Orang-orang yang menghargai juga menghormati orangtua dengan sikap sopan santun sangatlah mulia dihadapan sang Pencipta. Bahkan kawula muda tidak perlu galau jika dicap jadul ataupun kuno karena dengan menghargai dan menghormati orangtua surga yang berada di bawah telapak kaki ibu sangat besar kemungkinannya diberikan kepada kawula muda sekalian. Jika orangtua telah merasa dihormati dan kawula muda mendengarkan nasehat dari mereka maka orangtua akan selalu mendoakan surga yang berada pada mereka untuk diberikan kepada anaknya.

Kebanggaan yang begitu besar juga akan dirasakan orangtua saat melihat anaknya yang masih muda sudah mau membantu dan menolong orangtua lain yang sedang kesusahan menyebrangi jalan, mengangkat beban berat dan selau menyapa orang-orang lain disekelilingnya. Menghormati orangtua bukan saja menghormati orangtua sendiri tetapi juga menghormati orang lain. Menghormati disini bukanlah memberi hormat kepada siapa saja orangtua yang lewat diberi hormat tetapi cara berperilaku di hadapan orangtua harus lebih sopan dan santun dari pada dihadapan kawan.

Sebagai kawula muda yang terpelajar kita tidak boleh menyamakan kedudukan kawan sepermainan kita dengan orangtua. Kawula muda memiliki tingkatan dibawah orangtua tetapi jika kawula muda memiliki sikap yang sopan dan santun di hadapan orangtua maka posisi kita diatas mereka di hati para orangtua. Alangkah indah dunia ini jika kawula muda bersikap sopan dan santun bukan? Nah mulai sekarang mulailah belajar dan mencintai sifat sopan dan santun dan jangan lupa untuk menerapkannya di dalam kehidupan para kawula muda ya! Sopan santun akan menyatukan kaum muda dan tua di posisi yang sama-sama namun masih ditingkatan berbeda. Yang muda harus lebih menghormati dan lebih sopan dan bersantun dong bagi orangtua. Setuju? Pasti Setuju. ( lestari l. sibarani/eva rosanti)


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook