FIQIH ANTI KEKERASAN
m.rakib lpmp riau indonesia.2014
Anti kekerasan itu bernama Ar Rifqu
Sifat Lemah Lembut Yang terus berlaku
Disiplin Islam, tidak kaku,
Sampai kiamat, tetap begitu
Di
Contohkan Nabi
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Fiqh selalu terbuka untuk berubah. Hal ini sesuai
dengan sifat dan karakteristik fiqh itu sendiri yaitu pertama universal;
bahwa fiqh Islam berlaku bagi semua umat Islam sedunia. Kedua,sempurna;
kesempurnaan fiqh itu ada pada kemjumlan ayat-ayat al Qur’an sehingga terbuka
pintu ijtihad yang disesuaikan zaman dan juga tempat. Maka sangat mungkin
terjadi fiqh di Saudi Arabia akan berbeda dengan fiqh di Indonesia. Ketiga,
elastis dan dinamis tidak kaku dan tidak stagnan. Keempat, ta’qqulli dan
ta’abbudi yakni fiqh ada yang bisa diketahui illat hukumnya ada
juga yang tidak diketahui illat hukumnya.
Realitas Fiqh di Masyarakat
Fenomena perdebatan antara ilmu filasafat dengan ilmu syari’ah tidak pernah berhenti mulai zaman klasik (perdebatan antara al Ghazali dan Ibnu Rusyd). Hal ini dikarenakan masing-masing ilmu memiliki paradigma yang berbeda. selanjutnya muncul kesan bahwa sarjana syariah adalah sarjana yang suka berfikir praktis, tekstualis, tidak mau berpikir kritis dan yang lebih parah sulit menerima perubahan paradigma berpikir. Sementara sarjana ushuluddin sejak awal selalu diajak berpikir filasafat yang penuh dengan nuansa ketidakpuasan. Selalu ingin menemukan kebenaran di atas kebenaran yang sudah establish. Namun ada juga sarjana syariah yang sekarang ini sudah merubah paradigma berpikir dengan mengikuti paradigma beripkir sarjana ushuluddin, karena hal itu memang merupakan sebuah keharusan jika tidak mau dikatakan orang yang konservatif, ortodok, fundamentalis dan lain-lain. Yang jelas jika ingin berpikir lebih maju.
Saya sebagai sarjana syariah tidak demikian
adanya artinya walaupun kurang dalam berfilsafat akan tetapi saya mempelajari
sejarah perkembangan dan pemikiran hokum Islam sejak zaman Rasulullah hingga
saat ini, yang ternyata hokum selalu berkembang menurut situasi dan kondisi.
Sehingga ketika ada isu-isu muncul khusunya yang berkaitan dengan hokum Islam
saya bisa mengikuti (bisa menerima atau mungkin menolak karena tidak rasional).
Misalnya tentang kesetaraan gender mulai dari hak suami istri, imam perempuan,
poligami, nikah di bawah umur, jilbab, peran politik perempuan dan
lain-lain. Perda syariah, UU Pornografi dan lain-lain, aneh kedengarannya
jika saya menolak, akan tetapi saya lebih berpikir makro di mana Negara
Indonesia walaupun bukan Negara Islam akan tetapi memberikan kebebasan kepada
umat Islam untuk melaksanakan hokum Islam secara bebas bahkan terlindungi.
Selain itu Negara Indonesia merupakan Negara yang penduduknya tidak hanya
muslim. Bahkan ada wilayah yang mayoritas penduduk non muslim. Jika perda
syariah ini diperjuangkan maka otomatis wilayah yang mayoritas non muslim juga
ingin memperjuangkan perda Injil atau yang lain. Oleh karena itu perda syariah
tidak harus diperjuangkan. Apalagi jika melihat alasan ditegakkannya perda
syraiah. Misalnya perjuangan umat Islam di Yogyakarta yang menginginkan PNS dan
Pelajar perempuan memakai jilbab dengan alasan menimbulkan perzinahan.
Saya dengan tegas menolak karena alasan yang sepihak dan justru
melecehkan perempuan. Bahkan pada kenyataannya tidak usah dijadikan perda pun
para muslimah dengan sadar atau mungkin juga karena pengaruh mode, mereka dengan
sendirinya memakai jilbab.
Saya ingin berbagi materi pengajian
kamis malam minggu ke-3 oleh Ustadz Abi Makki di Masjid Baitur Rahman Cinere,
Depok
Berikut ringkasan yang saya buat
dilengkapi dengan beberapa materi dari web
Pembahasan kali ini adalah tentang
hadits Nabi yang pendek tapi luar biasa dahsyat efek nya dalam kehidupan kita,
Berikut Hadits nya
” Innalloohaa rifqun yuhibbu rifq
fii kulli amr “
Sesungguhnya Alloh adalah Dzat Yang
Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap perkara (HR Bukhori Muslim)
Lembut, ternyata Alloh mencintai
kelembutan dan itu tercermin dari perilaku Rasululloh SAW semasa hidup beliau.
Berikut contoh-contoh sifat lemah lembut Rasul dalam beberapa hal :
1. Lembut terhadap
istri/keluarga
Sangat banyak hadits yang
menceritakan betapa Rasul sangat lemah lembut terhadap istri-istri nya. Rasul
tidak pernah melotot, menaikkan nada suara dan marah kepada istri nya. Beliau
biasa memanggil istri-istrinya, dengan panggilan kesukaan dan panggilan
yang indah. Seperti ya Humaira untuk memanggil Aisyah. Rasul juga adalah
orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau
sakit. Banyak teladan Rasul yang bisa menjadi inspirasi kita dalam bersikap
lemah lembut terhadap istri
2. Lembut terhadap pembantu
Anas bin Malik adalah salah satu
sahabat yang membantu mengurus kebutuhan rumah tangga Rasul. Selama 10 tahun
bekerja kepada Rasul, ia tidak pernah mendapati Rasulullah mengumpat,
atau menyalah-nyalahkan pekerjaan yang telah ia lakukan.
3. Lembut terhadap
anak-anak
Rasulullah pernah mencium
Al-Hasan bin Ali, sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi
beliau. Maka Al-Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun
dari mereka yang kucium.’ Kemudian Rasulullah memandangnya, lalu bersabda, ‘Siapa
yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.’ (HR. Bukhari
Muslim).
4. Lembut terhadap
orang jahil/belum paham islam
Ada seseorang yang berbicara di
dalam shalatnya. Dia mengira, bahwa ketika sedang mengerjakan shalat
diperbolehkan berbicara. Karena orang ini jahil (tidak mengetahui hukumnya) dan
mukhthi’ (keliru), maka shalatnya tidak batal. Dia telah melakukan sebuah
kesalahan, namun tanpa maksud yang disengaja. Secara khusus, terdapat dalil
yang menunjukkan perbuatan seperti ini. Yaitu hadits Mu’awiyah bin al Hakam as
Sulami Radhiyallahu ‘anhu , yang cukup panjang, tentang diharamkannya berbicara
ketika seseorang sedang shalat.
Kisah ringkasnya, tatkala Mu’awiyah
bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu shalat berjama’ah bersama Rasulullah,
ia mendengar orang bersin. Dan orang yang bersin itu berkata “alhamdulillah,”
sehingga ia pun berkata (menjawab) “yarhamukallah”. Akhirnya, orang-orang di
sekitarnya memandang kepadanya. Dia pun berteriak. Lalu orang-orang di sekitarnya
memukul-mukul paha mereka sebagai isyarat agar ia diam. Maka Mu’awiyah bin al
Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu pun terdiam. Begitu shalat usai, manusia
yang paling berakhlak mulia (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam )
memanggilnya. Akhirnya, Mu’awiyah bercerita tentang akhlak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan dan membimbingnya: Aku belum
pernah melihat seorang pendidikpun sebelumnya maupun setelahnya yang lebih baik
darinya. Demi Allah, ia tidak membentakku, tidak memukulku, dan tidak
mencaciku.
5. Lembut terhadap
orang yang meminta-minta
Suatu ketika ada seorang pengemis
dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau
bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di
rumahmu?”
Pengemis itu menjawab, “Tentu,
saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.”
Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”
Pengemis itupun pulang mengambil
satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah
SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara
kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli
dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkannya
kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada
seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah SAW memberikan dua dirham
itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli
makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak.
Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua
minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah
SAW pun memberinya uang untuk ongkos.
Dua minggu kemudian pengemis itu
datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham
hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli
pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini lebih baik
bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat
nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir
miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa
terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“
6. Lembut ketika amar
ma’ruf nahi munkar
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa
suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk
bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul
seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di
dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam
masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk menghardiknya
dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan
hajatnya. Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing
tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
7. Lembut terhadap
orang kafir yang memusuhi kita
Kisah Nabi ketika berdakwah ke Bani
thaif, lalu beliau dicaci maki, dihina dan dilempari batu hingga kaki beliau
berdarah-darah. Akhirnya beliau menjauh dari thaif dan berdoa
” Wahai Tuhanku, kepada Engkau aku
adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada pandangan manusia.
Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau menyerahkan daku?Kepada musuh
yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya
urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku tetap dalam keredzaanMu. Dalam
pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya mukaMu yang
mulia yang menyinari segala langit dan menerangi segala yang gelap dan
atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akirat, dari Engkau menimpakan atas
diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku azabMu kepada Engkaulah aku
adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan
Engkau”
Demikianlah doa Baginda Rasulullahu
yang penuh dengan kepasrahan dan keikhlasan kepada Allah s.w.t. Mendengar doa
NabiNya ini, Allah s.w.t menurunkan Jibril AS yang langsung turun berhadapan
dengan Rasulullah dan mengucapkan salam seraya berkata:” Allah s.w.t..
mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan orang-orang ini. Allah
s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung-gunung disini khusus untuk
menjalankan segala perintah kamu.”
Sambil berkata demikian Jibrail
menghadapkan malaikat penjaga gunung-gunung itu dimuka Baginda
s.a.w, kata Malaikat ini: “Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia untuk
menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan
gunung-gunung yang berada sebelah menyebelah di kota ini berbenturan sehingga
penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan
perintahkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini.”
Namun apa jawab Rasulullahu
mendengar janji-janji Malaikat itu yang sesuai dengan nafsu amarah ini? Nabi
Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan ini tidak
mengiakan tetapi berkata:”Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam,
saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., keturunan-keturunan mereka, pada satu
masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya.”
8. Lembut terhadap
orang ahli maksiat
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu dan di dalamnya disebutkan:
“Ketika kami bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba datang seseorang dan berkata: “Ya
Rasulullah, celaka aku!”
Beliau berkata: “Ada apa dengan
kamu?”
Ia berkata: “Aku menyetubuhi
istriku, sedang aku dalam keadaan berpuasa.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Apakah kamu memiliki budak yang bisa kamu merdekakan?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Beliau bersabda: “Apakah kamu
mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Ia menjawab: “Tidak.” Beliau
bersabda: “Apakah kamu bisa memberi makan enam puluh orang miskin?”
Sekali lagi ia menjawab: “Tidak.”
Lalu diamlah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Dan ketika kami masih berada dalam keadaan hening (terdiam),
didatangkanlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah keranjang yang
berisi kurma. Beliau bersabda: “Mana orang yang bertanya tadi?” Ia berkata:
“Saya.” Beliau bersabda: “Ambillah ini dan sedekahkanlah dengannya.”
Orang tersebut berkata: “Apakah ada orang yang lebih fakir dariku ya
Rasulullah? Demi Allah tidak ada di antara dua kampung ini rumah yang
lebih fakir dari rumahku.” Tertawalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sampai nampak gigi taringnya, kemudian beliau bersabda: “Berikan ini kepada
keluargamu.”
9. Lembut terhadap
kesabaran dan kesusahan
Pada tahun kesepuluh kenabian, istri
Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat. Berkata
Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya: Selisih waktu antara kematian Khadijah dan
kematian Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.
Khadijah sebagaimana dikatakan oleh
Ibnu Hisyam adalah menteri kebenaran untuk Islam. Pada saat-saat Rasulullah
menghadapi masalah-masalah berat, ia-lah yang selalu menghibur dan membesarkan
hatinya. Akan halnya Abu Thalib, dia telah memberikan dukungan kepada
Rasulullah dalam menghadapi kaumnya.
Berkata Ibnu Hisyam: Setelah Abu
Thalib meninggal, kaum kafir Quraisy bertambah leluasa melancarkan penyiksaan
kepada Rasulullah, sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke
atas kepala Rasulullah. Sehingga pernah beliau pulang ke rumah berlumuran
tanah. Melihat ini, salah seorang putri beliau bangkit dan membersihkan kotoran
dari atas kepalanya sambil menangis. Tetapi Rasulullah, berkata kepadanya, “Janganlah
engkau menangis wahai anakku, sesungguhnya Allah akan menolong bapakmu.“
10. Lembut terhadap Makhluq Alloh
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa
ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka
sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian
menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan
sembelihannya.” (HR. Muslim)
Itulah sepuluh sikap lemah lembut
Rasul dalam kehidupan, jika kita melakukan nya karena mengikuti Rasul maka
sikap lemah lembut kita bernilai ibadah. Setelah mengetahui ilmu dan dalil nya,
tidak ada alasan bagi tiap muslim untuk tidak bersikap lemah lembut.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).
—–
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa
sifat Ar-Rifq tidaklah menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang
dalam berkata dan bertindak. Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya
telah mengandung sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan
kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran). Dan tidaklah sikap tegas itu
identik dengan sikap keras atau kasar. Dalam keadaan tertentu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tegas dan keras. Diantara contohnya:
– Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
– Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
– Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
– Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
– Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
– Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
– Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
– Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Sumber sumber pelengkap
1. http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/02/05/ar-rifq-sifat-lemah-lembut-perhiasan-seorang-muslim/
2.
srgreen.wordpress.com/2011/03/26/perjalanan-nabi-muhammad-ke-taif/
No comments:
Post a Comment