ISLAM ANTI KEKERASAN
m.rakib LPMP Riau Indonesia
Islam
itu lemah lembut
Ditemukan
dalam akhlak dan tasawuf
Sopan
santun, suka taaruf
Kasih
sayang, taat penurut
Allah memerintahkan kepada kaum
Muslimin untuk bertindak adil, bahkan sekalipun kepada para musuh dan lawan
mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa
(QS Al-Maidah[5]8) Dalam sebuah hadist dari Buraidah R.a. menceritakan bahwa
ketika memilih komandan untuk kesatuan pasukan besar atau pasukan kecil,
Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam selalu memberikan nasihat kepada dirinya
secara khusus agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’la, dan kepada kaum
Muslimin yang berada dibawah komandonya agar selalu berbuat kebaikan. Lantas
beliau bersabda, “Berperanglah kalian dengan nama Allah, pada jalan Allah!
Perangilah orang yang kafir kepada Allah! Bertempurlah kalian, namun janganlah
bertindak melampui batas, janganlah melanggar aturan (perang), janganlah
mencincang (musuh) dan janganlah membunuh anak-anak! Abu Hurairah menuturkan
sebuah hadist, bahwa Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda, “Ketika
seseorang dari kalian bertempur, hendaklah ia menghindari (melukai) muka.” (HR
Bukhari & Muslim) Ibnu Mas’ud, dalam sebuah hadist, mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling hati-hati dalam membunuh adalah
yang memiliki iman (HR Abu Dawud) Abdullah bin Yazid al-Anshar menuturkan
sebuah hadist Rasulullah saw melarang perampasan harta dan pembunuhan yang
kejam (HR Bukhari) Senada dengan hadist ini, terdapat juga larangan membunuh
wanita, anak-anak dan para manula, larangan membunuh musuh yang tidak berdaya
(terluka parah); serta larangan menyerang rahib, orang-orang yang mengasingkan
diri, dan pihak-pihak yang terikat perjanjian damai ayang tidak terlibat
perang. Jiwa seorang Muslim yang lemah lembut, merupakan refleksi dari
kelembutan qalbu.
Semakin lembut qalbu seseorang, maka kelemah
lembutannya akan semakin tampak. Qalbu yang lembut, akan memancarkan jiwa-jiwa
yang “peka”. Sebaliknya, hati yang kesat dan keras, akan melahirkan tindakan
yang kasar, sembrono, bahkan brutal. Karena qalbu merupakan barometer action
seseorang. Maka tidak heran, kalau Nabi shallalahu alaihi wa sallam menyatakan
bahwa surga itu diperuntukkan bagi mereka yang memilik jiwa-jiwa yang lembut,
karena Allah mencintai kelembutan. Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat kamar-kamar atau
gedung-gedung yang bahagian luarnya dapat dilihat dari bahagian dalam, dan
bahagian dalam dapat dilihat dari bahagian luarnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyediakannya untuk orang yang suka memberi makan orang miskin, orang yang
lembut dalam berbicara, orang yang suka berpuasa dan orang yang mengerjakan
shalat di malam hari waktu manusia lain sedang tidur”. (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesiapa yang dikurniakan
sifat lemah lembut, niscaya dia akan memperoleh kebaikan dalam semua hal.” (HR.
Muslim) Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
adalah Zat Yang Maha Lembut, yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan
sabdanya, “Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai Allah yaitu
lemah lembut dan tenang”. (HR. Muslim) Iyadh Bin Himar al-Mujasyi menceritakan,
suatu hari Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam berkata dalam khutbahnya,
“Penghuni syurga itu ada tiga jenis; pertama, orang yang memiliki kekuasaan,
berbuat adil dan bertindak mengikuti hukum. Keduanya, orang yang pengasih dan
lembut hatinya terhadap setiap ahli keluarga dan orang Muslim. Ketiganya, orang
yang menjaga kehormatan diri, menghindari perkara keji, tidak mengeluh kerana
kekurangan dan tidak meminta- minta”. (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda, “Apabila Allah
menginginkan kepada anggota keluarga maka Allah memberikan sikap lemah lembut kepada diri mereka
(HR Ahmad) Dari ‘Aisyah istri Nabi, dari Nabi shallalahu alaihi wa sallam
beliau telah bersabda: “Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada
sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah
sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.”
(HR. Muslim) Dari Jarir bin ‘Abdillah Al-Bajali dari Nabi shallalahu alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih
sayang), berarti dia dijauhkan dari kebaikan.” (HR. Muslim) Dari ‘Abdullah bin
Mas’ud RA dia berkata: Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda: “Maukah
kalian aku beritahu orang yang diharamkan atas neraka atau orang yang neraka
diharamkan atasnya? Semua kerabat yang lemah lembut lagi memberikan kemudahan.”
(HR. At-Tirmizi dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)
Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk bersikap lemah lembut
terhadap sesamanya. Allah berfirman, “Wahai Muhammad, berkat rahmat Allah
kepadamu, kamu bersikap lemah lembut kepada para pengikutmu. Sekiranya kamu
kasar lagi keras hati kepada pengikutmu, niscaya mereka akan menjauhi kamu.
Karena itu, maafkanlah orang-orang mukmin yang bersalah. (Tarjamah Tafsiriyah
QS Ali-Imran[3]159) Al-Qur’an mengabadikan, saat Fir’aun sudah sampai pada
puncak ketaghutan dengan mengatakan, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi,” maka
Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkannya dan mendakwahinya seraya
berpesan, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaahaa: 44) Yakni dengan
bahasa yang mudah dipahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpa sikap kasar,
arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Semoga dengan
perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan sesuatu yang bermanfaat
untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan apa yang membayakannya
sehingga dia meninggalkannya. Kemudian Allah menerangkan tentang ucapannya
tersebut, “Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu
agar supaya kamu takut kepada-Nya?”.” (QS. Al-Naazi’aat: 18-19) Itulah kalimat
yang digunakan Musa dan Harun dalam mendakwahi Fir’aun, seorang thaghut yang
kafir. Kenapa ada sebagian kaum muslimin yang mendakwahi dan menasihati
kawannya dengan kalimat cela, mengkhawarijkan, menyesatkan, dan
ungkapan-ungkapan buruk dan kasar lainnya bahkan membunuhnya? Apakah dia
menginginkan mengeluarkan saudaranya dari keburukan ataukah sebaliknya,
menginginkan keburukan tetap kukuh pada diri sahabatnya? Berkatalah seorang
shalih saat mendengar ayat ini, “Mahasuci Engkau wahai Rabb, apabila seperti
ini sikap baik-Mu kepada Fir’aun yang telah mengucapkan, “Akulah tuhanmu yang
paling tinggi.” (QS. Al-Naazi’aat: 24) Maka bagimana sikap baik-Mu kepada hamba
yang mengucapkan, “Mahasuci Engkau Wahai Tuhanku yang Maha Tinggi.” Jika ini
adalah kelemahlembutanmu kepada kepada Fir’aun yang telah mengucapkan, “Aku
tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” (QS. Al-Qashash: 38) Lalu bagaimana
kelemahlembutan-Mu terhadap hamba yang masih berucap Laa Ilaaha Illallaah(Tiada
tuhan berhak disembah kecuali Allah).” Wahai para muwahhid, berlemah lembutlah
dan berkatalah yang baik serta jangan gampang menyematkan gelar-gelar kafir,
murtad kepada saudaramu yang tergelincir. - See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2014/04/30/bersikap-lemah-lembut-terhadap-sesama-muslim.html#sthash.1vLeeldM.dpuf
Semua agama di dunia menyeru kedamaian.
Begitu pula dengan Islam. Islam adalah agama yang cinta damai. Islam sangat
mengutuk segala bentuk kekerasan yang bisa mengancam keselamatan umat. Allah
berfirman, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107).Jadi salah besar kalau seandainya ada orang yang mencaci dan menuding agama islam, seperti contoh mereka mengatakan islam itu berkembang karena mengedepankan kekerasan seperti acung pedang atau perang. Karena ketika mereka membaca sejarah, mereka menemukan banyak peperangan yang terjadi sepanjang sejarah islam.
Kalau seandainya tudingan itu berasal dari orang-orang non islam, sebenarnya kita tidak perlu merasa kaget. Karena sudah jelas mereka musuh kita. Sebagai mana yang tertera dalam firman Allah Swt “ dan tidak akan pernah senang orang yahudi dan nasrani itu kepadamu ummat islam sebelum kamu mau mengikuti millah mereka”.
Mereka akan melihat agama kita dengan memakai kaca mata hitam, jadi semua yang mereka lihat tentang agama kita akan kelihatan hitam, walupun sebenarnya putih. Begitu juga sebaliknya, mereka akan melihat agama mereka dengan kaca mata putih, jadi setiap yg mereka lihat akan kelihatan putih walaupun sebenarnya hitam.
Namun belakangan ini, predikat damai yang melekat dalam Islam sedikit terganggu. Bahkan telah tercoreng dengan adanya terorisme yang mengatasnamakan islam dalam aksinya. Aksi-aksi pengeboman menjadi berita internasional sebab menimbulkan korban yang tidak sedikit jumlahnya. Dalam aksi tersebut, dengan terbuka para pelaku terror mengaku amalan pengeboman itu dilegalkan oleh Al-Quran dan Hadist. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah jihad fi’sabilillah. Jelasnya, menurut mereka, membunuh non-muslim adalah bentuk jihad yang diwajibkan oleh Allah.
Bentuk teror tersebut kian memperkuat stigma bahwa Islam dan terorisme adalah dua hal yang saling berkaitan atau saling melengkapi. Tidak hanya itu, sebagian kalangan menilai Islam adalah agama yang cinta kekerasan. Kita sebagai muslim secara tak langsung boleh jadi dinilai sebagai muslim yang gemar melakukan tindak kekerasan atau terror.
Pertanyaannya
adalah benarkah Islam bersinggungan dengan terorisme?
Sedikit inspirasi dari sebuah film yang
memaparkan tragedi 11 september di Amerika Serikat film “My Name is
Khan, and I am not a terrorist” yang di bintangi oleh Shah Rukh Khan
(Risvan Khan) dan Kajol (Mandira). Crita ini di mulai dari Risvan Khan datang
ke Amerika untuk menemui saudaranya dan bekerja disana. Sejak lahir ia
menderita Asperger Syndrome, salah satu bagian autis yang
mengakibatkan ganggunan untuk berinteraksi social. Dengan bantuan saudaranya
tersebut, akhirnya dia dapat diterima di perusahaan kosmetik. Mandira merupakan
sosok wanita hindu India yang dapat berkarir cukup bagus di negeri paman Sam.
Dia membuka sebuah salon kecantikan di pusat kota San Fransisco. Mandira sudah
bercerai dengan suaminya dan memiliki seorang anak bernama Sameer. Sebuah
kebetulan akhirnya mempertemukan Khan dan Mandira ketika Khan menawarkan produk-produk
kecantikanya kepada salon Mandira. Cerita pun berlanjut akhirnya mereka menikah
dan hidup bahagia.Alur cerita berjalan cukup lambat dan membosankan tipikal film India dengan nyanyian dan tarianya yang khas. Alur berubah ketika mencapai pertengahan film dan memasuki inti cerita. Adalah peristiwa 11 September yang kemudian memunculkan stigma anti Islam di seluruh penjuru Amerika. Pria berjenggot panjang ditangkap dan kemudian dipukuli, sementara yang lainnya memilih mencukur habis jenggotnya untuk menyamarkan identitas kemuslimannya. Seorang wanita rela melepas jilbabnya agar dapat terus bekerja. Hal senada juga melanda kelurga kecil Khan dan Mandira. Sameer Khan, anak mereka yang telah tumbuh remaja dihina, dan kemudian dipukuli hingga meninggal. Peristiwa tragis ini membuat Mandira menyalahkan Khan karena telah menikahinya dan menambahkan embel-embel Khan dibelakang nama Sameer. Akhirnya Khan meninggalkan rumah dan berjanji tidak akan pulang sampai ia berhasil menemui presiden Amerika dan berkata bahwa ia seorang muslim tapi bukan teroris.
Pada titik ini, film mulai berjalan menarik dan enak untuk diikuti. Cerita ketika Khan berkali-kali berupaya menemui George Bush digambarkan oleh sutradara dengan sangat baik. Dalam perjalanannya melanglang buana, Khan sempat tinggal selama beberapa hari di sebuah kampung negro-kristen di Georgia. Perjalanannya berlanjut dan pada suatu kesempatan ketika ada iring-iringan mobil George Bush, Khan nekat berteriak: “My Name is Kan, and I’m not a terrorist!”. Kontan teriakan “terrorist” ini membuat ia menjadi pusat perhatian kamera dan pasukan pengamanan presiden. Khan akhirnya ditangkap, disiksa, diinterogasi dan dijebloskan ke penjara. Untungnya ada satu kantor berita muslim yang simpatik dengan Khan dan menuliskan bahwa ia sebenarnya tidak bersalah. Berita seputar Khan ini sampai juga ke telinga Mandira yang kemudian menolong Khan dan membebaskanya dari penjara.
Badai Katrina yang melanda Georgia menggerakkan Khan untuk menolong para korban, padahal bantuan dari pemerintah saja belum mencapai wilayah itu. Ia menolong para korban di rumah sakit, memperbaiki gereja, dan membantu pembangunan kembali daerah itu. Aksinya diliput oleh wartawan yang simpatik tadi. Akhirnya tindakan heroic ini diliput dan dibahas secara luas di media-media terkemuka di Amerika. Dalam sekejap Risvan Khan menjadi newsmaker.
Film ini mencapai klimaks ketika akhirnya Khan berhasil menemui Barack Obama, presiden Amerika yang baru dan menyampaikan pesan “My Name is Khan and I’m not a terrorist” ini sampai secara langsung ke telinga presiden Amerika.
Dari film tersebut banyak kaum muslim yang terfitnah dan teraniaya hanya karena ulah terorismu yang mengatasnamakan islam. bukti-bukti lain bahwa islam itu agama cinta damai dan jauh dari kekerasan karena islam merupakan agama yang dibawa oleh nabi MuhammadSAW sebagai rohmatal lil’alamin. Jangankan manusia seluruh alam pun mendapat rahmat dengan kedahadiran islam. Contoh islam melarang kita jangan buang air dilubang semut. Dan ada lagi dalam riwayat lain melarang kita menjadikan keledai sebagai kursi, maksudnya jangan biarkan gerobak atau barang terus menerus dipundak keledai karena ini sangat memberatkan baginya. Kemudian didalam hadist yang lain nabi Saw. Mengatakan “apa bila kamu hendak menyembelih maka tajamkanlah pisaunya. Agar hewan tersebut tidak tersiksa”. Dari riwayat tersebut sudah jelas bagi kita bahwa islam datang sebagai rohmatal lil’alamin. Hewan saja mendapat rahmat dengan kedatangan islam apalagi manusia. Jadi ini bukti pertama bahwa islam agama cinta damai bukan mengedepankan kekerasan.
Ada riwayat lain ketika nabi Muhammad SAW dimandikan dengan air ludah setiap kali melewati daerah itu, namun suatu hari nabi lewat ditempat itu kembali, nabi tidak menemukan air ludah yang jatuh dari atas, kemudian Nabi bertanya-tanya kemana orang yang biasa meludahi saya?, Ternyata nabi dapat kabar orang tersebut sedang sakit. Kemudian nabi datang dengan membawa buah-buahan untuk mengunjungi orang tersebut. Dan akhirnya orang tersebut masuk islam dengan melihat akhlak nabi yang sangat mulia.
Subhanallah…. begitu mulianya Nabi Muhammad Saw. Tidak pernah melakukan kekerasan bahkan dengan musuhnya sendiri. Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa islam adalah agama rohmatallil’alamin, atau agama cinta damai yang jauh dari kekerasan dan kezhaliman.
Terus benarkah Islam mengajarkan tindak terorisme?
Allah berfirman:
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maaidah: 15-16)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT melalui Nabi Muhammad saw menghendaki manusia untuk selalu menuju jalan keselamatan yakni dengan dikeluarkannya mereka yang diibaratkan dalam kondisi gelap gulita yang kemudian bercahaya, sehingga dapat memilih jalan lurus. Dalam surat Ali Imran juga diterangkan:
Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali Imran: 164)
Terror yang mempunyai makna sebagai tindakan sewenang-wenang, keji, buruk dan merugikan pihak lain juga terjadi pada masa jahiliyah sebagaimana yang diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 103:
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara … (QS. Ali Imran 103)
ayat tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa permusuhan adalah bentuk perilaku yang tidak disukai Allah. Terlebih, permusuhan yang terjadi antara umat seagama, beragama, dan sebangsa. Maka Allah dengan kemahakuasaan-Nya memberi nikmat kepada manusia untuk selalu bersatu.
Islam sama sekali tidak merestui permusuhan maupun tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain. Ini juga yang senantiasa dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imran: 159)
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah: 128)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki sifat lemah-lembut terhadap siapa saja. Baik itu yang seagama, segolongan maupun yang tidak. Karenanya, manakala terjadi permusuhan yang mengakibatkan penderitaan rakyat, beliau merasa iba. Untuk itu beliau tak henti-hentinya menyeru kepada umat untuk selalu berbelas kasih.
Dari ‘Aisyah istri Nabi SAW, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Hai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan Dia memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan kepada kekerasan, dan tidak pula Dia berikan kepada apapun selainnya”. (HR. Muslim)
Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. (HR. Ahmad)
Dan apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang (kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. (HR. Thabrani)
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang Arab badui kencing di masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman. Kemudian melihat kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda : “Biarkanlah dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air, karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan diutus untuk membuat kesukaran/kesusahan”. (HR. Bukhari)
“Dalam sabdanya yang lain, dari Anas, dari Nabi saw beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit. Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. (HR. Bukhari)
Beberapa hadis dan ayat di atas menunjukan bagaimana Islam yang direpresentasikan oleh Nabi Muhammad saw sangat mencintai kedamaian dalam hidup. Nabi Muhammad senantiasa menyeru kepada umatnya untuk selalu berkasih sayang.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi saw berpesan kepada para sahabat. Sabda beliau: “Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan mohonlah kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu dengan musuh, maka bersabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya surga itu dibawah bayangan pedang”. (HR. Muslim)
Berdasarkan ayat dan hadis yang sudah dijabarkan di atas maupun dilihat dari pembahasaan, sangat jelas Islam tidak ada sangkut pautnya dengan bentuk tindakan kekerasan atau teror. Adapun tindakan teror yang mengatasnamakan Islam merupakan hal yang keliru dan salah. Tindakan tersebut hanyalah bentuk dari kedunguan manusia bodoh dalam memahami Islam ataupun pihak lain yang ingin memecah belah umat islam dari kerukunan antar umat beragama.
Wallahu a’lam. Wa ilaihitur jau’l umur.
Semoga bermanfaat
Sumber :
http://nikenwardani.blogspot.com/2012/03/sinopsis-drama-my-name-is-khan.html
Bagikan ini:
- Surat elektronik
- Tekan Ini
- Cetak
- Tumblr
- StumbleUpon
“Muslim ialah seorang yang
memberikan keamanan pada orang lain dari keburukan lisan dan tangannya”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan Rasulullah
saw. mengajarkan agar setiap orang menjaga keselamatan orang lain dengan tidak
membiarkan dirinya terlibat menyakiti orang lain, baik dengan ucapan maupun
tindakan. Prinsip dalam hadis ini menjadi dasar menegasikan kekerasasan dalam
Islam.
Ajaran yang disampaikan Nabi saw. ini sangat penting mengingat beliau hidup dan memulai misinya di tengah masyarakat yang membiasakan diri terhadap tindak kekerasan. Sebuah masyarakat yang menganggap pembunuhan bayi perempuan sebagai upaya mempertahankan kehormatan keluarga; dan menganggap peperangan antarsuku yang tidak jelas penyebabnya sebagai “kejantanan” dan sikap baik personal (muruwwah). Mereka adalah masyarakat yang mendasarkan hukum pada tinjauan siapa yang paling kuat, ia yang menang.
Islam bagi Keselamatan Umat
Islam sesungguhnya diturunkan demi kebaikan dan kemaslahatan manusia. Para ulama Islam klasik seperti al-Ghazali merinci kebaikan dan kemaslahatan manusia kedalam lima prinsip dasar. Pertama, menjaga jiwa manusia. Prinsip ini merupakan hak asasi setiap orang. Penghilangan nyawa seseorang dianggap sebagai tindakan kriminal dan upaya menghilangkan kemanusian secara umum. Siapapun yang membantu melestarikan kehidupan kemanusiaan berarti turut mengembangkan kemanusian dan peradabannya. Alquran menegaskan:
“Sesungguhnya siapapun yang membunuh satu jiwa tanpa alasan yang dibenarkan atau membuat kerusakan di bumi maka, seakan sesungguhnya ia telah membunuh nyawa manusia seluruhnya. Sementara (sebaliknya), siapapun yang melindungi satu jiwa maka, seakan ia telah memberikan kehidupan bagi manusia seluruhnya”. (QS. Al-Maidah: 32)
Prinsip kedua, melindungi akal. Penghargaan Islam terhadap akal menunjukkan sesungguhnya agama ini menghargai kreatifitas akal sebagai bagian dari peradaban kemanusiaan. Ketiga, melindungi agama dan keyakinan yang dianut setiap orang. Keempat, melindungi keturunan sebagai generasi peradaban. Kelima, perlindungan terhadap harta benda.
Untuk mencapai tujuan-tujuan itu Alquran mengajarkan kasih sayang sebagai visi universal ajaran Islam. Firman Allah swt:
“Dan tidaklah kami mengutus engkau selain untuk membawa ‘rahmat’ bagi semesta alam”. (QS. al-Anbiya’: 107)
Kata ‘rahmat’ atau kasih sayang yang menjadi prinsip ajaran kemanusian dalam ayat tersebut jelas bertolak belakang dengan gagasan kekerasan. Untuk mempertegas gagasan ini Alquran bahkan menyebut kata ‘rahmat’ sebanyak 114 kali. Itu berarti penyebutan kata ini sama banyaknya dengan jumlah surat dalam Alquran. Hal itu juga menunjukkan kitab suci ini menjadikan kasih sayang sebagai prioritas ajaran.
Penyebutan kata ‘rahman’ berikut kata turunannya yang banyak dalam Alquran juga menunjukkan salah satu sifat Allah ini layak dijadikan teladan. Sebagaimana pesan Nabi saw., “Takhllaqu bi akhlaqillah/ Berakhlaklah dengan mencontoh akhlak Allah”.
Islam menganggap aksi kekerasan dalam menyampaikan gagasan justru akan membuat orang lain lari dari ajaran Islam. Karenanya, Alquran memuji sikap Nabi yang lemah lembut. Sebab seandainya Nabi memaksakan kehendak dan melakukan kekerasan maka orang yang mendengarnya akan lari tunggang-langgang. Sebagaimana firman-Nya:
“Sekiranya kamu bersikap keras dan berlaku kasar, tentulah mereka akan lari dari lingkungan kamu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan”. (QS. Ali Imran: 159)
Antara Dakwah dan Kekerasan
Kekerasan atas nama agama tampaknya kini menjadi trend. Kita seringkali terkecoh antara dakwah dan kekerasan. Tidaklah salah jika pengikut suatu agama mengganggap dirinya berkewajiban menyebarluaskan dan memegang teguh ajaran agamanya. Sebab setiap agama mewajibkan pemeluknya menyebarluaskan ajarannya. Namun, dakwah itu seharusnya tidak mengganggu keberadaan agama lain. Apalagi melakukan tindak kekerasan terhadap pemeluk agama atau orang lain yang dianggap telah melakukan tindakan yang menyalahi aturan agama.
Alquran telah berpesan kepada umat Islam untuk melakukan dakwah dengan damai dan tanpa kekerasan. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berargumentasilah dengan mereka dengan yang baik (pula). Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Nahl: 125)
Ajaran yang disampaikan Nabi saw. ini sangat penting mengingat beliau hidup dan memulai misinya di tengah masyarakat yang membiasakan diri terhadap tindak kekerasan. Sebuah masyarakat yang menganggap pembunuhan bayi perempuan sebagai upaya mempertahankan kehormatan keluarga; dan menganggap peperangan antarsuku yang tidak jelas penyebabnya sebagai “kejantanan” dan sikap baik personal (muruwwah). Mereka adalah masyarakat yang mendasarkan hukum pada tinjauan siapa yang paling kuat, ia yang menang.
Islam bagi Keselamatan Umat
Islam sesungguhnya diturunkan demi kebaikan dan kemaslahatan manusia. Para ulama Islam klasik seperti al-Ghazali merinci kebaikan dan kemaslahatan manusia kedalam lima prinsip dasar. Pertama, menjaga jiwa manusia. Prinsip ini merupakan hak asasi setiap orang. Penghilangan nyawa seseorang dianggap sebagai tindakan kriminal dan upaya menghilangkan kemanusian secara umum. Siapapun yang membantu melestarikan kehidupan kemanusiaan berarti turut mengembangkan kemanusian dan peradabannya. Alquran menegaskan:
“Sesungguhnya siapapun yang membunuh satu jiwa tanpa alasan yang dibenarkan atau membuat kerusakan di bumi maka, seakan sesungguhnya ia telah membunuh nyawa manusia seluruhnya. Sementara (sebaliknya), siapapun yang melindungi satu jiwa maka, seakan ia telah memberikan kehidupan bagi manusia seluruhnya”. (QS. Al-Maidah: 32)
Prinsip kedua, melindungi akal. Penghargaan Islam terhadap akal menunjukkan sesungguhnya agama ini menghargai kreatifitas akal sebagai bagian dari peradaban kemanusiaan. Ketiga, melindungi agama dan keyakinan yang dianut setiap orang. Keempat, melindungi keturunan sebagai generasi peradaban. Kelima, perlindungan terhadap harta benda.
Untuk mencapai tujuan-tujuan itu Alquran mengajarkan kasih sayang sebagai visi universal ajaran Islam. Firman Allah swt:
“Dan tidaklah kami mengutus engkau selain untuk membawa ‘rahmat’ bagi semesta alam”. (QS. al-Anbiya’: 107)
Kata ‘rahmat’ atau kasih sayang yang menjadi prinsip ajaran kemanusian dalam ayat tersebut jelas bertolak belakang dengan gagasan kekerasan. Untuk mempertegas gagasan ini Alquran bahkan menyebut kata ‘rahmat’ sebanyak 114 kali. Itu berarti penyebutan kata ini sama banyaknya dengan jumlah surat dalam Alquran. Hal itu juga menunjukkan kitab suci ini menjadikan kasih sayang sebagai prioritas ajaran.
Penyebutan kata ‘rahman’ berikut kata turunannya yang banyak dalam Alquran juga menunjukkan salah satu sifat Allah ini layak dijadikan teladan. Sebagaimana pesan Nabi saw., “Takhllaqu bi akhlaqillah/ Berakhlaklah dengan mencontoh akhlak Allah”.
Islam menganggap aksi kekerasan dalam menyampaikan gagasan justru akan membuat orang lain lari dari ajaran Islam. Karenanya, Alquran memuji sikap Nabi yang lemah lembut. Sebab seandainya Nabi memaksakan kehendak dan melakukan kekerasan maka orang yang mendengarnya akan lari tunggang-langgang. Sebagaimana firman-Nya:
“Sekiranya kamu bersikap keras dan berlaku kasar, tentulah mereka akan lari dari lingkungan kamu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan”. (QS. Ali Imran: 159)
Antara Dakwah dan Kekerasan
Kekerasan atas nama agama tampaknya kini menjadi trend. Kita seringkali terkecoh antara dakwah dan kekerasan. Tidaklah salah jika pengikut suatu agama mengganggap dirinya berkewajiban menyebarluaskan dan memegang teguh ajaran agamanya. Sebab setiap agama mewajibkan pemeluknya menyebarluaskan ajarannya. Namun, dakwah itu seharusnya tidak mengganggu keberadaan agama lain. Apalagi melakukan tindak kekerasan terhadap pemeluk agama atau orang lain yang dianggap telah melakukan tindakan yang menyalahi aturan agama.
Alquran telah berpesan kepada umat Islam untuk melakukan dakwah dengan damai dan tanpa kekerasan. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berargumentasilah dengan mereka dengan yang baik (pula). Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Nahl: 125)
Dakwah haruslah bersifat persuasif
dan tidak memaksakan kehendak. Sebab tindakan memaksa bukan saja tidak
diperkenankan, lebih jauh justru akan membuat orang yang didakwahi atau diajak
kepada Islam akan semakin menjauh.
“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara yang benar dan yang sesat”. (QS. Ali Imran: 256)
Dalam berdakwah ini seorang muslim tidaklah boleh menjelekkan agama lain. Hal tersebut selain tidak etis juga akan melahirkan konflik antar umat beragama dan aksi balasan yang serupa. Sementara visi yang diinginkan Allah adalah kedamaian antar umat beragama.
“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara yang benar dan yang sesat”. (QS. Ali Imran: 256)
Dalam berdakwah ini seorang muslim tidaklah boleh menjelekkan agama lain. Hal tersebut selain tidak etis juga akan melahirkan konflik antar umat beragama dan aksi balasan yang serupa. Sementara visi yang diinginkan Allah adalah kedamaian antar umat beragama.
Demikianlah, sikap Islam terhadap
kekerasan. Islam tidak mentolelir segala aksi yang menimbulkan konflik antar
manusia. Sebaliknya, Islam mengajarkan umatnya bersikap santun dan toleran
terhadap perbedaan. Ingatlah, ”sebab nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Sebab itu setiap muslim janganlah merusak kesucian ajaran Islam dengan
kekerasan yang dilakukan. Wallahu a’lam bi al-Shawab. [Ahmad Dicky
Sofyan]
No comments:
Post a Comment