Konsep
Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013
Drs.Haji M.Rakib, S.H.,M.Ag. Widyaiswara LPMP
Riau.2014
Kalau tuan, mencari kutu,
Jangan disuruh, orang buta.
Kalau ingin, pendidikan bermutu,
Tanamkan prinsip, berwiraswasta.
1. KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.
2.
KI-2:
kompetensi inti sikap sosial.
3.
KI-3:
kompetensi inti pengetahuan.
4.
KI-4:
kompetensi inti keterampilan.
Beberapa
waktu yang lalu blog penelitian tindakan kelas telah menampilkan uraian tentang prinsip, pendekatan dan karakteristik penilaian dalam Kurikulum
2013. Kini saatnya menguraikan tentang apa esensi konsep penilaian hasil belajar menurut Kurikulum 2013 yang
baru diterapkan pada beberapa sekolah ini.
Konsep
Pengukuran, Penilaian dan Asesmen
|
Penilaian,
Pengukuran, dan Asesmen dalam Kurikulum 2013
|
Yang dimaksud dengan penilaian di dalam Kurikulum 2013 adalah sama dengan asesmen. Selanjutnya buku pedoman pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa ada tiga kegiatan yang perlu didefinisikan dalam kaitan dengan konsep penilaian (asesmen), yaitu:
- Pengukuran
- Penilaian
- Evaluasi
Sebenarnya istilah pengukuran,
penilaian dan evaluasi mempunyai makna yang tidak sama, tetapi masing-masing saling
terkait. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu
kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti
melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi
bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan
berdasarkan hasil-hasil penilaian.
Cakupan Penilaian Menurut Kurikulum2013
Di dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan menjadi 4 bagian yaitu:
Cakupan Penilaian Menurut Kurikulum2013
Di dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan menjadi 4 bagian yaitu:
- KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.
- KI-2: kompetensi inti sikap sosial.
- KI-3: kompetensi inti pengetahuan.
- KI-4: kompetensi inti keterampilan.
Pada tiap materi pokok tertentu akan
terdapat rumusan KD untuk masing-masing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok
tertentu, akan selalu muncul 4 KD sebagai berikut:
- KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran tertentu bersifat generik, artinya..
- KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2).
- KD pada KI-3: aspek pengetahuan
- KD pada KI-4: aspek keterampilan
Nah,
penilaian yang harus dilakukan adalah mencakup keempat kompetensi inti
tersebut.
Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013
Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam bentuk formal maupun nonformal
dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi.
Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran
berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan
(penilaian hasil/produk).
Penilaian Nonformal/Informal
Penilaian nonformal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, pada waktu siswa atau beberapa siswa mengajukan
pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang siswa memberikan
komentar terhadap jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti guru
telah melakukan penilaian nonformal/informal
terhadap performansi siswa tersebut.
Penilaian Formal
Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari penilaian
informal. Penilaian formal adalah teknik pengumpulan informasi yang didesain
untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa. Tidak
sama dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan
yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu
simpulan tentang kemajuan siswa.
You might also like:
Tentang Blog Penelitian Tindakan Kelas
Artikel-artikel pada blog ini hampir sepenuhnya tulisan Muhammad
Faiq yang merupakan nama pena dari Suhadi Mukhan(di facebook):
seorang BLOGGER INDONESIA alumni
Pascasarjana Univ. Negeri Surabaya dan seorang praktisi pendidikan. Prestasi
terakhirnya di dunia pendidikan adalah: Juara I Guru Berprestasi Tingkat
Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2013, Finalis Guru Berprestasi Tingkat
Nasional 2013, Juara III (medali perunggu) Olimpiade Sains Guru IPA SMP tingkat
Nasional tahun 2013, dan Finalis Forum Kretivitas dan Inovasi PTK IPA 2013.
Sebagian isi blog adalah link-link artikel atau file yang sekiranya bermanfaat untuk ditampilkan. Bila Anda merasa pemilik syah salah satu konten dan keberatan ditampilkan (di-link), silakan hubungi saya di sini, dengan senang hati saya akan menghapus konten tersebut.
Suka Blog Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Model Pembelajaran? Bantu populerkan blog ini dengan mengklik tombol G+1 dan + kami ke lingkaran anda.
Sebagian isi blog adalah link-link artikel atau file yang sekiranya bermanfaat untuk ditampilkan. Bila Anda merasa pemilik syah salah satu konten dan keberatan ditampilkan (di-link), silakan hubungi saya di sini, dengan senang hati saya akan menghapus konten tersebut.
Suka Blog Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Model Pembelajaran? Bantu populerkan blog ini dengan mengklik tombol G+1 dan + kami ke lingkaran anda.
Penilaian
Kelas Otentik dan Berdasarkan Standar Menurut Kurikulum 2013
Labels: kurikulum
Penilaian
Kelas Otentik dan Berdasarkan Standar Menurut Kurikulum 2013
Penilaian
Harus Berdasarkan Standar
Suatu standar, serendah apapun
selalu akan dibutuhkan sebab standar berperan sebagai patokan dan sekaligus
pemicu untuk perbaikan aktivitas dalam kehidupan. Pada konteks pendidikan,
standar tentunya juga akan dibutuhkan dalam rangka acuan minimal terkait
kompetensi yang musti dipenuhi oleh seorang lulusan pada sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) dengan demikian tiap calon lulusan akan dinilai apakah ia
telah dapat memenuhi standar minimal yang ditetapkan.
Melalui penerapan standar dalam bentuk
SKL, KI, dan KD sebagai acuan bagi proses pendidikan, maka dapat diharapkan
seluruh komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan pada semua
tingkatan, termasuk siswa sendiri akan berusaha untuk mengarahkan upayanya pada
pencapaian standar dikehendaki (ditetapkan). Melalui pendekatan demikian, dapat
diharapkan guru akan memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus
dikuasai siswanya pada setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama
guru tetap diberi kebebasan yang luas dalam merancang dan melakukan proses
pembelajaran yang dipandangnya terefektif dan terefisien dalam mencapai standar
tersebut. Guru akan terus dipicu agar dapat menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran tuntas (mastery learning) dan tidak sekedar berorientasi pada
pencapaian target kurikulum semata.
|
No comments:
Post a Comment