MOBBING(NORWEGIA DAN DENMARK), MOBNING(SWEDIA
DAN FINLANDIA).
M.Rakib Ciptakarya Riau Indonesia.
2014
Pengertian mobning Bullying Pengertian
tentang Bullying di Indonesia masih
belum terdefinisikan secara baku. Beberapa diskusi tentang bullying mengartikan
bullying dengan menerjemahkannya menjadi
pemalakan. Memang masalah definisi tentang bullying bukan hanya terjadi di
Indonesia saja. Di negara – negara Skandinavia masalah bullying diistilahkan dengan kata mobbing(Norwegia
dan Denmark), atau mobning(Swedia dan Finlandia). Kata tersebut berasal kata
dasar bahasa Inggris mob yang menyiratkan arti biasanya ada sebuah kelompok orang
yang bersifat anonim yang terlibat
didalam pelecehan; namun istilah tersebut juga sering digunakan manakala
seseorang melecehkan atau menekan orang lain (Olweus, 2004, h.20). Bullying adalah
situasi dimana pihak yang kuat menekan yang lemah.
Data yang dikumpulkan melalui suatu
penelitian oleh Olweus di kota Bergen,
Norwegia, menunjukkan bahwa sekitar 35 – 40 persen dari pelajar yang menjadi
korban pembullian ternyata dilakukan oleh pelaku tunggal,
sehingga sangat layak untuk mempertimbangkan
masalah bullying baik yang dilakukan oleh pelaku tunggal maupun oleh kelompok
sebagai sebuah fenomenasosial yang mempunyai kaitanerat meskipun barangkali ada
perbedaan diantara keduanya. Bisa ditegaskan, sangatlah wajar jika ada anggapan
bahwa bullying yang dilakukan oleh
beberapa orang lebih tidak mengenakkan atau mungkin lebih mengerikan bagi sikorban
(Olwous, 2004, h. 9).
Dalam Bullying at School (Olweus, 2004)
difinisikan bullying dengan cara yang amat umum dan terbuka yakni seseorang
yang secara berulang untuk beberapa waktu tertentu mengalami atau mendapatkan
perlakuan negatif dari seseorang atau beberapa orang lain.11 Arti kata
mendapatkan perlakuan negatif harus dispesifikasikan lagi, yaitu sebuah perlakuan
negatif jika seseorang secara sengaja menyebabkan, atau mencoba untuk melukai
atau membuat ketidak nyamanan atas diri orang lain, yang pada dasarnya
menyiratkan arti dari perilaku agresif. Perlakuan negatif bisa dilakukan lewat
kata – kata atau secara verbal, misalnya dengan cara mengancam, mencela,
mengusikatau memanggil nama dengan sebutan
hinaan. Disebut juga perl akuan negatif manakala seseorang memukul, mendorong,
menendang, mencubit atau menghalangi orang lain dengan kontak fisik.
Dimungkinkan juga untuk
melakukan suatu tindakan negatif tanpa
menggunakan kata – kata atau kontak fisik misalnya dengan cara bahasa tubuh
atau raut muka yang sinis atau memandang rendah, yang secara sengaja bermaksud mengeluarkan
seseorang dari suatu kelompok atau menolak untuk sepakat dengan harapan– harapan orang lain
(Olweus, 2004, h. 9).Bullyingdapat dilakukan oleh pelaku tunggal pembulli atau biasa
disebut pelaku dan juga oleh kelompok. Target
bullying juga bisa
korban tunggal atau sekelompok orang. Dalam konteks bullying di sekolah korban bullying
biasanya tunggal. Data dari
penelitian yang dilakukan di Bergen menunjukkan bahwa sebagian besar kasus
bullying di sekolah terjadi antarakorban
tunggal yang diberi perlakuan bullying
oleh sekelompok pelajar lain yang terdiri dari dua atau tiga orang (Olweus, 2004, h. 10). Sementara
itu Elliot ( 2005, h. 5) mendefinisikan bullying
sebagai tindakan yang dilakukan seseorang
secara sengaja membuat menderita.
Bentuk – Bentuk Bullying Elliot (
2005) memaparkan ada beberapa jenis bullying yaitu : 22 a. Bullying Verbal
Bullying dengan menggunakan kata –
kata yang menyakitkan seperti misalnya memanggil orang dengan sebutan bodoh,
gendut atau bau. b.Bullying Fisik Bullying
yang dilakukan dengan kontak
fisik misalnya mendorong, memukul,
menendang atau mencubit c. Bullying Diam Bullying yang dilakukan dengan diam dan secara sengaja
mengabaikan orang lain atau memberi
tanda – tanda dengan bahasa tubuh tertentu untuk meyakinkan orang tersebut
bahwa ia tidak layak untuk masuk dalam kelompok tertentu. Pelaku bisa
melakukannya dengan cara melengos, mengabaikan ketika seseorang lain berbicara dan lain –
lain. Singkatnya bullying diam dilakukan untuk membuat
orang lain merasa tidak nyaman namun tanpa mengatakan sesuatu atau tanpa
melakukan kontak fisik. d.Bullying
Emosional Bullying emosional adalah
tindakan negatif yang dilakukan terhadap orang lain yang memiliki ciri – ciri
yang berbeda dari kelompok besar lainnya, misalnya dari ras yang berbeda,
bentuk rambut, warna kulit dan sebagainya. Bullying emosional dapat dilakukan dengan cara mengumpat atau bertindak
secara sengaja
dengan menggunakan gerakan – gerakan
tertentu yang bertujuan untuk menghina. 23e.Bullying Cyber Bullying
yang dilakukan melalui telepon seluler, pesan pendek (SMS), e- mail dan website untuk menyerang orang lain.
Dalam beberapa kasus, pelaku bullying
membuat website dan mengundang orang
lain untuk membuat komentar – komentar jorok terhadap orang atau kelompok
tertentu. Cyber bullying semacam ini sebenarnya merupakan
Bullying emosional yang sama sekali
tidak bisa diterima. Jadi disimpulkan
bahwa bullying bisa berupa apa saja
yang dilakukan untuk membuat orang
lain merasa tidak nyaman dan orang yang menjadi korban tidak berdaya
menghadapinya (Elliot, 2005, h. 4 – 5).
MENYADARKAN PEMIMPIN YANG ZALIM
MELALUI SEMBAHYANG HAJAT
Drs.M.Rakib
Janib Jamari,S.H.,M.A.
Widyaiswara LPMP (Lembaga Pejaminan Mutu Pendidikan) Prov.Riau.
“Rumah dinas,“ ujar Aditya, “sudah
dipenuhi perabotan mewah. Seperti, mobil, tape, piano, kulkas, dan kursi tamu.”
Hoegeng sontak gusar dan langsung memerintahkan anak buahnya menaruh semua
perabotan itu di pinggir jalan.(Penulis/M.Rakib, pengagum berat Hoegeng Iman
Santoso. Dia adalah guruku, walaupun aku tidak pernah bertemu langsung
dengannya.)
1.Pantun Orang Zalim.
Coba lakukan, sembahyang hajat,
Pemimpin yang zalim, bisa bertobat,
Jangan disumpah, atau dilaknat,
Agar keberuntungan, di pihak rakyat.
Orang yang sangat jujur, memang
nekad,
Walaupun kepada kepala, sangat
hormat.
Tetap kritis, dalam urusan
masyarakat,
Tidak takut dipecat, dari pejabat.
Dirinya bahagia, hidup miskin,
Asalkan bersih, tegakkan
disiplin.
Kaya moral, indahnya bukan main,
Keselamatannya, Tuhan yang jamin.
Melawan Kepala yang zalim,
Dengan hukum, Tuhan yang Qadim.
Memakai cara, sopan dan alim,
Aturan pemerintah, setiap musim.
Di setiap kantor, seluruh dunia,
Baik negeri, maupun swasta.
Ada pegawai yang, teraniaya,
Oleh atasan, yang disebut kepala.
Dosa kepala, minta ampun,
Yang beruntung, siapa sekampung,
Sesuku dan sehobi,menjadi mumpung.
Yang lainnya, menjadi terkurung.
Dari kepala kantor, sampai kepala negara,
Orang yang, jujur mereka aniaya.
Jika terusik, kepentingan
kelompokya.
Peraturan dicampakkan,
semaunya.
Setiap orang jujur, pasti nekad,
Melawan kepala, apapun akibat.
Tidakkan pernah, menjadi penjilat,
Sampai nyawa, dicabut Malaikat.
Imam
Santoso, melawan kepala negara,
Yang
melanggar, aturan yang ada.
Jabatannya
ditarik, imam bahagia,
Mantan
Kapolri, tak punya harta benda.
Imam
Santoso, menutup toko kembang istrinya demi kepentingan negara. Menyamar jadi
pelayan restoran zaman agresi Belanda. Nyaris disantet karena membongkar
penyelundupan. Nekat melawan penguasa otoriter.
Hoegeng Iman Santoso.
Pemuda
berambut cepak itu tergesa-gesa memasuki pekarangan sebuah rumah kuno
peninggalan Belanda di kawasan Menteng, Jakarta, dan terus melangkah ke bagian
belakang. Wajahnya cemberut. Persis di depan bangunan mirip gudang, ia berhenti
sejenak, lalu perlahan membuka pintunya. Di situ terlihat sejumlah lukisan
menempel di dinding, juga beberapa kanvas yang masih polos. Ia lantas meraup
kuas-kuas yang berserakan dan mengunting habis bulu-bulunya.
Kejadian di
penghujung Oktober 1968 itu tak pernah lekang dari ingatan Aditya Soetanto,
pemuda itu. Ia waktu itu sangat kecewa lantaran pendaftaran calon taruna
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) sudah tutup. Ihwalnya, ia cuma perlu
tanda tangan bapaknya untuk surat keterangan bahwa dirinya putra tunggal dalam
keluarga. Tapi sang bapak menolak dan membiarkannya lama menunggu. Akibatnya,
ia terlambat mendaftar. Rasa kesal pun ia lampiaskan ke peralatan lukis
bapaknya: Hoegeng Iman Santoso.
Saat itu Hoegeng belum lama dilantik sebagai Kepala
Kepolisian Negara, pada 5 Mei 1968 (sejak 1969 disebut Kepala Kepolisian
Republik Indonesia atau Kapolri). Uniknya, ia tak ingin gara-gara putra
Kapolri, Aditya diluluskan dari ujian masuk AURI. “Kalau memang berprestasi,
kamu bakal lulus, nggak usah pakai katabelece segala, ya
sudah, kamu pergi saja sana mendaftar!” tutur Aditya menirukan ucapan bapaknya.
Itu hanyalah
satu dari banyak kisah tentang sosok Hoegeng yang termasyhur integritasnya
sebagai abdi negara. Sampai-sampai keluarganya tidak diberi celah sedikit pun
untuk memanfaatkan jabatan dan pengaruhnya. Ia sangat teguh berprinsip:
“Pemerintahan yang bersih mesti berawal dari atas, sebagaimana orang mandi,
guyuran air selalu dimulai dari atas kepala,” tulis Asvi Warman Adam
dalam Menguak Misteri Sejarah.
Sikap tegas
Hoegeng juga pernah menyasar istrinya, Merry. Sehari sebelum dilantik sebagai
Kepala Jawatan Imigrasi di masa Orde Lama, ia meminta Merry menutup toko
kembang miliknya yang terletak di sudut Jalan Cikini. Tentu saja ia
kebingungan, “Apa hubungannya toko kembang dengan jabatan Bapak?” Dengan kalem,
Hoegeng menjawab, “Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan
kembang di toko kita, dan tentu tidak adil bagi toko-toko kembang lainnya.”
Hoegeng
memulai kariernya di kepolisian sejak zaman Jepang dan bertugas di Pekalongan
dengan pangkat bintara, tulis Aris Santoso dalam Hoegeng: Oase
Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa. Ia lalu
hijrah ke Sukabumi demi mengikuti pendidikan kader polisi Jepang (Koto Kaisatsu
Gakko) untuk strata perwira.
Namun, bersama siswa lainnya, Hoegeng harus menanggung
kekecewaan. Pasalnya, saat kelulusan, pemerintahan Jepang malah menurunkan
pangkat semua siswa kembali menjadi bintara. Merasa tak puas, para siswa lalu
melancarkan aksi mogok belajar menentang kebijakan itu.
Saat Agresi Militer II Belanda yang ditandai penyerbuan
Yogyakarta, Hoegeng tetap bertahan di kota Kesultanan Hamengkubuwono IX. Ia
diperintahkan untuk memata-matai pasukan Belanda. Dalam tugas rahasia yang
kelak diakuinya sangat berkesan itu, ia menyamar sebagai pelayan Restoran
Pinokio di Jalan Jetis.
Insp.
Polisi Hoegeng mempersilahkan Wk. Kepala Polisi Sumarto memberikan wejangan.
No comments:
Post a Comment