BIAR MISKIN DI DUNIA, KAYA DI AKHIRAT
GIATKANLAH DIRI, HIDUP TIDAK MELARAT
DITAKDIRKAN MISKIN, TAPI TAAT IBADAT
KAYA HATI, LEBIH PUAS DAN HEBAT
KURIKULUM BARU HARUS MEMUAT Produktifitas. Produktifitas
adalah perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang
dikeluarkan. Semakin besar output yang dihasilkan dibandingkan biaya yang
dikeluarkan, dikatakan produktifitasnya semkin tinggi. Produktifitas Tenaga
Kerja secara riil akan diukur dari upah yang diterima atau balas jasa tehadap
barang modal yang dimiliki. Ketika seseoarang tidak bekerja tentu saja tidak
ada yang dihasilkan dan menjadi tidak produktif dan tidak akan ada
kesejahteraan baginya. Semakin produktif seseorang akan semakin tinggi tingkat
kesejahteraannya. Adanya korelasi positif antara produktifitas dan
kesejahteraan.
Kemiskinan terjadi apabila seseorang yang bekerja, tapi balas jasa yang ia terima tidak sesuai biaya yang ia keluarkan, ‘besar pasak daripada tiang’. Jika sebuah keluarga yang terdiri dari 5 anggota keluarga, hanya seorang bekerja dengan penghasilan yang sebenarnya hanya bisa untuk membiayai kehidupan dia sendiri atau satu orang lagi tambahan, jelas kemudian keluarga tersebut akan jatuh kemiskinan. Jadi, antara produktifitas, penganguguran, kemiskinan dan kesejahteraan sesuatu yang saling berkaitan.
Dari paparan yang telah disampaikan, disimpulkan bahwa kesejahteraan tidak bisa terwujud apabila: seseorang tidak bekerja (menganggur), atau dia bekerja tapi balas jasa diterima tidak bisa mencukupi kebutuhan anggota keluarga (kemisikinan). Idealnya untuk mencapai sejahtera, semua orang bisa bekerja dan bisa membiayai dirinya sendiri, atau ketika dia tidak bekerja (sekolah atau mengurus rumah tangga) ada anggota keluarga lain yang membiayainya. Artinya, Program pengentasan kemiskinan dan pengangguran harus didasarkan kepada’framework’ BAGAIMANA SEMUA ANGKATAN KERJA BISA BEKERJA (PRODUKTIF) DAN KELUARGA MISKIN BISA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PENGHASILANNYA (PRODUKTIFITAS). Pemahaman konseptual seperti ini perlu, agar program yang dimunculkan lebih terarah, terukur, efektif, dan efisien.
Apabila kita lihat disekeliling kita, bahkan dikeluarga sendiri, berapa banyak yang tidak bekerja atau bekerja tidak sesuai dengan kemampuan dan investasi pendidikan yang dikeluarkan. Lebih jauh, kalau kita lihat Demografi penduduk kita, sebagian besar penduduk Indonesia adalah balita, anak-anak, usia sekolah, belum bekerja dan mengurus rumah tangga. Secara rata-rata seorang pekerja di Indonesia harus membiayai 4 orang lainnya yang tidak bekerja. Dan mereka berpotensi untuk miskin ketika tidak bekerja atau biaya hidup meningkat. Ternyata, mewujudkan ‘sejahtera’ tidak segampang diucapkan oleh jargon-jargon politik, pidato-pidato, ataupun proposal-proposal program. Dibutuhkan, terobosan baru, inovasi dan kerja keras, agar bangsa ini tidak selalu terpuruk dengan masalah kemiskinan dan pengangguran.
Sebelumnya
saya minta maaf bila judul diatas terkesan extreem dan melecehkan, bukan tanpa
alasan saya menulis judul diatas, tapi lebih kepada kemirisan hati ketika
melihat sebuah liputan di sebuah televisi swasta pada acara news tanggal 22 Desember
2012, tentang air bersih , yang sebenarnya telah diulang dan diulang terus oleh
hampir semua media , yayasan dalam acara apa aja, dan juga tidak kurang oleh
pemerintah sendiri melalui himbauan spanduk, media iklan, sampai pada
undang-undang yang mempunyai sanksi berat, tapi tetap saja tidak ada hasilnya
malahan sampai dengan saat ini bertambah parah.
Sayang
sekali saya tidak bisa mencantumkan foto dari kejorokan warga Jakarta (daerah
dimana tempat saya tinggal, mungkin di daerah lain juga punya hal yang sama),
mulai dari pintu air yang tersumbat oleh sampah sampai kepada warganya sendiri
yang bodoh dengan melakukan pembuangan sampah secara sembarangan baik di jalan
ataupun kali bahkan di tempat-tempat publik yang lain seperti taman, rumah
sakit, kantor-kantor pemerintaha, dan tempat umum lainnya.
Berita
yang saya lihat dan dengar pada tanggal 22 desember 2012 itu adalah tentang
bagaimana pemerintah tidak bisa mengolah secara mandiri air bersih sehingga
harus bekerja sama dengan swasta asing, dan juga bagaimana pula harga air per
m3 bisa lebih mahal daripada malaysia yang dimana harganya lebih murah 5x dari
harga air di jakarta dengan standar langsung bisa diminum. Dari hasil
kesimpulan berita itu adalah mempertanyakan bagaimana pemerintah khususnya
pemda Jakarta bisa terlepas dari transaksi yang tidak menguntungkan dengan
swasta asing yang punya kontrak sampai dengan 2023.
Menurut
saya , pemerintah tidak bisa sepenuhnya bisa disalahkan tentang tata kelola
mandiri dan penetapan harga air untuk rakyat, karena disini juga ada peran
serta masyarakat yang tidak kecil bahkan mungkin berperan lebih besar daripada
pemda itu sendiri.Mari kita lihat asalnya kenapa air di Jakarta bisa mahal dan
kurang memenuhi standar kelayakan konsumsi serta kurang lancar dalam
penyalurannya, sedangkan bila menunggak sebentar saja aliran air bisa langsung
terhenti.
Dari
tahun ke tahun populasi manusia di jakarta terus meningkat , dan diikuti oleh
tingkat konsumsi para manusianya itu sendiri. Ketika populasi meningkat maka
masalah pun akan meningkat walaupun berarti untuk bisnis juga berarti bagus
karena potensial buyer akan lebih besar, tetapi hal ini tidak didasari oleh
kesadaran manusianya itu sendiri serta penegakan hukum yang tidak konsisten
serta aparat yang kurang tegas dan disiplin serta jumlah yang kurang memadai
(bahkan ada oknum aparat yang juga berlaku sama dengan warganya yang suka
nyampah sembarangan).
Seperti
yang selalu kita ketahui peraturan dibuat supaya suatu daerah bisa memberikan
kenyamanan dan keamanan untuk manusia yang berada di dalamnya. Tetapi yang saya
tahu di Indonesia ini kalau peraturan itu dibuat untuk dilanggar, karena kalau
tidak dilanggar berarti tidak gaul. Ini yang jadi masalah besar di negara ini.
Padahal kalau kita renungkan sebentar saja sebetulnya peraturan itu membantu
kita bahkan bisa menolong kita disaat tertentu yang sangat penting bagi kita.
Sebagai
contoh bila Yang Maha Kuasa tidak membuat peraturan dan tidak mendisiplinkan
aturannya maka dunia tempat kita tinggal ini bisa jadi apa, matahari selalu
terbit dan disebut pagi hari dan pada saat pagi itu angin dari laut ke darat,
nah kalau para nelayan mencoba melanggarnya dengan mencari ikan pada siang hari
karena lebih nyaman ,terang dan bisa liat ikan yang mau ditangkap maka hasilnya
adalah perlu tenaga ekstra karena melawan arus angin, dan ikan ada di dasar
laut karena suhu air di bagian atas sangat panas, memang ada yang bisa yaitu
dengan membuat keramba apung di laut sehingga bisa menangkap ikan setiap saat
tetapi untuk jenis ikan tertentu akan sulit diperoleh.
Sama
dengan peraturan “Tolong jangan buang sampah sembarangan” atau “Jaga agar kali
kita tetap bersih”, tujuannya adalah supaya lingkungan sekitar tetap bersih
sehingga polusi atau debu tidak mengganggu kesehatan kita , juga supaya
sungai/kali tidak jadi kotor dan terkontaminasi dengan cairan yang berbahaya.
Tetapi
yang lucu-nya di Jakarta (saya tidak tau di daerah lain, mungkin juga
bisa sama tetapi juga bisa pula berbeda), jumlah manusia yang “sadar”
kebersihan makin bertambah jumlahnya, bukan saja yang tinggal di bantaran kali
atau di perkampungan padat , tetapi merambah ke perumahan mewah atau lingkungan
eksklusif. Mereka seringkali membuang sampah sembarangan supaya “lingkungan”
mereka sendiri tetap bersih dan nyaman, padahal ini adalah tindakan yang bodoh
karena tidak disiplin juga tindakan yang bodoh untuk mengeluarkan biaya yang
lebih besar.
Ketika
suatu waktu di sebuah taman ada serombongan ibu2 beserta anak mereka yang masih
tk berjalan pulang setelah mengikuti sebuah acara tentang lingkungan hidup.”Bu
udah abis nich minumannya , dibuang kemana botolnya?”, tanya si anak, lalu si
ibu bilang”Udah lempar aja di rumput”, dan si anak langsung melakukkannya
dengan wajah innocence-nya . Kalau 1 orang tua saja sudah mengajarkan anak umur
7 thn melakukan hal seperti itu, bayangkan saja kalau 1000 orang tua yang
melakukan lalu ketika anak itu bertumbuh dan dia mempunyai anak lagi dan melakukan
yang sama bayangkan berapa kali lipat jumlah sampah yang tdk terangkut setiap
harinya.
Lalu kalau ada yang bilang bagaimana dengan pemda
dan dinas kebersihannya, jumlah petugas dan peralatan selalu lebih sedikit
dibanding dengan jumlah penduduk di suatu daerah, kalau tidak dibantu bagaimana
bisa menjaga daerah itu nyaman untuk ditinggali.
Makin jorok makin miskin,
Coba
telaah kata-kata ini , kok bisa begitu, begini contohnya, kalau ada 1 keluarga
kelas menengah tinggal di suatu lingkungan perumahan padat di tengah kota ,
dengan pendapatan diatas nilai umr 2013 dengan 1 mobil , 1 motor dan 2 lantai
rumah serta pembantu. Di dalam kesehariannya keluarga ini berlaku jorok, buang
sampah di luar rumah, bahkan dibuang ke got, lalu sebagian ada yang di masukan
ke tong sampah, di dalam rumah memang bersih dan selalu dijaga, tetapi di luar
ketika si ayah setelah selesai merokok lalu puntungnya dibuang ke jalan, si
anak ketika membeli es bungkusnya dibuang ke got, si ibu beserta pembantunya
setelah menyapu sebagian tidak diangkat tetapi dibuang ke got, begitu pula bila
ada tinta isi ulang atau cairan kimia non-food lainnya dibuang ke got bukan
dimasukkan ke tong sampah. Pada saat2 awal tidak akan terasa bahwa biaya
itu akan semakin meningkat , yang pasti terlihat adalah air minum yang pada
tahun-tahun sebelumnya cukup bersih dan biayanya murah tetapi pada saat2
sekarang ini mulai meningkat dan airnya pun tidak selancar sebelumnya, warnanya
suka keruh bahkan terkadang ada cacing2 kecil yang terselip masuk ke bak
tampungan, sehingga keluarga ini harus membeli saringan air lagi untuk
menyaring airnya supaya lebih bersih, hal ini berarti menambah biaya lagi.
Bila
kita lihat saja contoh kecil ini dan kalkulasi dengan baik, bagaimana kita bisa
mandiri dalam pengelolaan air bersih, bagaimana kita bisa mendapatkan air
bersih dengan biaya murah, bagaimana kita bisa menjadi keluarga sejahtera,
bagaimana kita bisa mendapatkan biaya lebih untuk ditabung untuk masa tua kita,
atau bahkan bagaimana kita bisa menyekolahkan anak-anak kita di perguruan
tinggi? dan masih banyak bagaimana lagi bila kita tidak merubah sikap hidup
kita untuk merawat air.
Lalu
siapa yang diuntungkan bila kita tidak mengubahnya? Yang pasti si Swasta asing
itu, karena dengan alasan bahan baku air yang makin kotor sehingga harus
ditambah cairan pemurni airnya lebih banyak dan disini seperti kita ketahui
banyak celahnya untuk mengeruk keuntungan lebih besar, lalu kita salahkan si
Swasta itu? Sulit untuk membuktikannya, kemudian siapa lagi, ya oknum-oknum
pejabat yang dekat dengan perusahaan itu , lalu siapa lagi, ya yang terakhir
adalah para pengusaha yang melihat ada peluang usaha dari kesulitan akan air
bersih ini.
Lalu
rakyat banyak bagaimana? Ya kesimpulannya adalah bila rakyat selalu menuntut
untuk ditingkatkan kesejahteraannya, coba untuk membaca artikel ini, dan
lakukan tindakan untuk jaga kebersihan dan tegur yang melakukan pelanggaran.
Dan lihat hasilnya, bila air sungai telah bisa terlihat dasarnya dan sampah
tidak menumpuk lagi di pintu-pintu air, tetapi biaya air masih mahal maka
rakyat bisa menuntutnya dan bila biaya ini bisa turun, bayangkan kesejahteraan
yang bisa diperoleh. Bahkan bisa dinikmati oleh rakyat kalangan bawah karena
mereka pun akan dapat kesehatan lebih baik sehingga taraf hidup mereka akan
lebih meningkat, yang tadinya kesehatan mereka buruk tetapi ketika lingkungan
dan air telah bersih maka hidup mereka lebih sehat dan lebih produktif sehingga
hasil yang diperoleh dari pekerjaan mereka pun lebih meningkat. Makin Bersih
Makin Kaya.
Makin Disiplin Makin Pintar, Setelah
kita bisa membuat lingkungan bersih maka selanjutnya yang kita lakukan adalah
mendisiplinkan diri supaya tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Ketika hidup
kita semakin disiplin maka kita pun akan semakin pintar terutama pintar
menggunakan waktu. Contohnya ; Ketika kita sudah disiplin tidak membuang sampah
sembarangan , maka sampah yang telah dibuang ditempatnya itu akan dibawa ke TPA
(tempat pembuangan akhir) dan disana mulai disapih dan sisanya akan dikubur,
yang telah disapih itu akan didaur ulang , dan hasil dari daur ulangnya adalah
kesejahteraan dan mengurangi barang sisa. Kita juga bisa disiplin dalam
penggunaan kertas bungkus atau plastik bungkus , semakin kita bisa menguranginya
maka akan semakin dikit sampah yang dikeluarkan.
Lalu
makin pintarnya dimana? Nah disinilah makin pintarnya, setelah kita tidak
membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan pembungkus, maka kita
akan semakin kreatif dan pintar dalam cara menghemat pengeluaran kertas
pembungkus, dan kita pun akan semakin pintar dalam mengatur keuangan kita baik
dalam menghemat ataupun dalam pengeluaran. Setelah itu hal-hal pintar lainnya
akan menyusul, karena polusi yang semakin menurun sehingga udara juga semakin
bersih dan air pun semakin baik, maka hidup kita akan semakin sejahtera dan
sehat.
Buku ini ditulis karena saya
merasa terbeban untuk menyampaikan kepada masyarakat luas, bahwa kemiskinan dan
kebodohan bukan hanya dari pengaruh atau tekanan luar , tetapi lebih daripada
prilaku pribadi dan gaya hidup yang tidak tepat. Bila pemerintah selalu
dituntut itu sudah merupakan tugas rakyat, tetapi rakyat yang Smenuntut juga
harus menjadi rakyat yang tau tanggung jawab dan kewajibannya. Karena pemerintah
tidak akan pernah ada tanpa adanya rakyat.
Marilah
mulai saat ini kita bersama mensejahterakan diri kita dan orang sekitar kita
dimulai dengan merawat lingkungan kita, dengan membuang sampah ditempatnya dan
tidak mengotori sumber-sumber bahan baku air dengan bahan2 kimia yang
beracun.Semoga buku ini bisa membantu dan bersama kita akan mampu menolong diri
sendiri dan orang lain.
Salam Sejahtera. God Bless You All. Assalamu’alaikum.
No comments:
Post a Comment