ADAT DIJAGA, HUKUM DIJUNJUNG
BARULAH TERPELIHARA NEGARA MERDEKA
M.RAKIB S.H. M.Ag….Jl.Ciptakarya
Panam Pekanbaru Riau Indonesia.2015.
Rendang ketupat, baunya harum,
Harum tersebar, segala arah.
Adat sejalan, dengan
hukum
Hukum bersandar, di
Kitabullah
Kurusnya ikan, berenang, ke lubuk
Kurusnya belida, dadanya panjang
Seharunya pinang pulang ke tampuk
Seharusnya sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga, hukum dijunjung
Barulah terpelihara negara merdeka.
Mungkin
pantun, sekarang dianggap tidak ada gunanya. Kita
mempelajarinya hanya sekedar untuk menambah pengetahuan saja. Pendapat seperti
itu justru salah besar.
Pantun merupakan hasil karya sastra asli
bangsa Indonesia. Dimasa dahulu hampir kehidupan sehari-hari berkomunikasi
sesama manusia dilakukan dengan berpantun. Ketika anak-anak bermain, mereka
menggunakan pantun. Ketika para remaja berkumpul mereka selalu berpantun. Orang
tua memberi nasihat pada anak-anaknya, mereka mengungkapkannya menggunakan
pantun. Ketika menawarkan barang dagangannya, mereka pun menggunakan pantun.
Hal ini menunjukan bahwa pantun merupakan hasil budaya masyarakat yang bernilai
seni tinggi. Lewat pantun mereka dapat mengungkapkan perasaan gembira, sedih,
kecewa, petuah, bahkan untuk menghibur hati.
Sebagai bangsa yang menghargai kebudayaan, maka kita wajib melestarikan
semua kebudayaan Indonesia dari manapun asalnya. Kebudayaan itu tidak ternilai
harganya. Oleh sebab itu, kita sebagai pewaris kebudayaan wajib melestarikan
kebudayaan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan sampai budaya kita
di curi oleh bangsa lain atau diakui bangsa lain.
Kita dapat menggunakan pantun dalam situasi dan kondisi masyarakat kita
sekrang. Sebagai contoh pada acara pernikahan. Pernahkah andamemperhatikan
ketika pihak pengantin pria menyerahkan pengantin pada pihak wanita? Kalau anda
cermati, pembawa acara selalu menggunakan pantun dalam berbahasa. Meskipun
bahasa pantun yang sekarang digunakan tidak sama persis dengan bahasa pantun
waktu dulu. Akan tetapi, ciri-ciri pantun tetap harus dipenuhi.
Pantun yang digunakan dalam
acara-acara biasanya saling menyambung. Artinya isi pantun yang pertama akan
mendapat jawaban pada isi pantun yang kedua. Begitu seterusnya. Pantun yang
seperti ini dinamakan berbalas pantun.
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan salah sembarang salah
Pengacara kondang, rubuh dan runtuh.
Pohon nangka berbuah lebat
Menunggu masak,
terasa lama.
Berumpun pusaka, agama dan adat
Daerah beraturan, negaranya ada ulama.
- PANTUN AGAMA
Banyaklah harum bunga yanng harum,
Tidak seharum, bunga nilam.
Banyak hukum, di dunia hukum,
Tidak semulia hukum Islam.
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kitab ada terlarang
Menyogok hakim, jangan dicoba
Bunga kenanga di atas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
- Pantun Budi
Bunga cina di atas batu
Daunnya lepas ke dalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Di antara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Biarlah orang bertanam
buluh
Mari kita bertanam
padi
Biarlah orang bertanam
musuh
Mari kita menanam budi
Ayam jago, si ayam jalak,
Jago siantan, nama diberi
Segala sogok, saya tolak.
Hanya keadilan, yang saya
cari
Jikalau kita, bertanam
padi
Senanglah makan
adik-beradik
Hukum ditegakkan, akhlak
dan budi
Penjahat diubah, menjadi baik
No comments:
Post a Comment