Kesyirikan pada BULU PERINDU
BY M.RAKIB LPMP
PEKANBARU RIAU INDONESIA 2015
BULU
PERINDU, MAINAN JIN DAN SETAN
MEMINTA
TUMBAL, KEPADAMU TUAN
SEDAPAT
MUNGKIN, HARUIS JAUHKAN
POTENSI
SYIRIK, SANGAT RENTAN
Allah tidak akan
membiarkan seseorang mengatakan bahwa ia telah beriman sebelum diuji dengan
berbagai cobaan dan penderitaan. Allah menguji manusia dengan kejadian baik dan
buruk. Ada orang yang tahan diuji dengan kenikmatan namun tidak tahan diuji
dengan kesulitan dan kesengsaraan. Sebaliknya adapula orang yang tahan diuji dengan
kesengsaraan namun tidak tahan diuji dengan kenikmatan. Allah mengingatkan ini
dalam surat Al Ankabut ayat 2-3
2- Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? 3- Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. (Al Ankabut 2-3)
Diantara manusia ada yang tidak tahan
diuji dengan penderitaan dan kemiskinan, mereka berusaha mencari kekayaan
dengan mecari jalan pintas seperti mencuri, merampok , mengurangi timbangan ,
menipu, korupsi dan lain sebagainya. Ada pula yang menempuh cara ghaib dengan
membuat perjanjian dan persekutuan dengan syetan dan Jin pesugihan. Berikut ini
kami sampaikan kisah atau pengalaman orang yang mengambil jalan pintas
mengatasi kesulitan ekonominya dengan mengadakan perjanjian dengan syetan.
Kisah ini kami kutip dari sumbernya “Kisahmistis.blogspot.com”. Mudah
mudahan kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita , betapa buruknya akibat
yang diderita bagi orang yang mengikuti bujuk rayu syetan.
Dikutip dari Muhammad Abduh Tuasikal,
MScAqidah3 Komentar
Pelet
dan susuk adalah solusi yang telah dicoba oleh beberapa orang untuk membuat
wanita yang mereka sukai menjadi jatuh cinta kepadanya. Tips cinta ini katanya
telah terbukti dan bisa dihandalkan. Ilmu pelet pemikat hati wanita ini juga
bisa dipakai saat ikut casting sinetron dan iklan agar bisa terpilih menjadi
bintang di kemudian hari. Lihat bagaimana penuturan orang yang mengenakan pelet
dari seorang dukun berikut ini:
“Awalnya
saya takut mau pasang susuk,tetapi setelah saya konsultasi panjang lebar
problem yang saya alami saat ini dengan pak Supri,saya jadi mantap,karena saya
di beri penjelasan tentang kasiat dan manfaat setelah menggunakan susuk. Dan
alhamdulilah puji tuhan pacar saya yang tadinya sudah berpaling dengan
saya,setelah saya pasang susuk di tempat pak supri. Kurang dari satu bulan
pacar saya kembali lagi ke saya.Anehnya dia semakin lengket seperti kena pellet
saja,aku jadi heran sendiri sepertinya dia takut kalau kehilangan saya,saya
ucapkan trimakasih pada pak supri yang telah berkenan membantu.salam sukses
selalu thx….”
Kesyirikan pada Susuk dan Pelet
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرُّقَى
وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya
mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik” (HR. Abu Daud no.
3883, Ibnu Majah no. 3530 dan Ahmad 1: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih).
Tiwalah
yang dimaksud dalam hadits ini adalah sesuatu yang dibuat dan diklaim bisa
membuat perempuan lengket pada suami dan sebaliknya (Lihat Kitab Tauhid,
Syaikh Muhammad At Tamimi). Jadi bisa saja tiwalah itu berupa pelet, jimat,
susuk, dan bulu perindu. Namun sebagian ulama mengatakan bahwa tiwalah yang
dimaksud adalah jika berasal dari sihir (Lihat Syarh Kitab Tauhid, hal.
62). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa tiwalah ini diperoleh dari jalan
sihir (Fathul Bari, 10: 196). Sehingga jika pemikat hati atau pemikat
cinta berupa susuk, jimat dan bulu perindu, maka termasuk dalam kategori
tamimah (jimat-jimat). Dan jimat-jimat itu terlarang sebagaimana telah
disebutkan pula dalam hadits di atas.
Memakai
pelet termasuk syirik karena di dalamnya ada keyakinan untuk menolak bahaya dan
mendatangkan manfaat dari selain Allah Ta’ala (Lihat Fathul Majid, 139).
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berkata, “Tiwalah tergolong syirik
karena tiwalah bukanlah sebab syar’i (yang didukung dalil) dan bukan pula sebab
qodari (yang dibuktikan melalui eksperimen).”
Cincin Kawin yang Berbuah Petaka
Cincin
kawin bisa termasuk terlarang jika diyakini bahwa jika cincin tersebut jika
dilepas dari pasangan bisa mendatangkan bahaya. Artinya, cincin kawin bisa jadi
masalaha besar jika disertai keyakinan keliru. Rumah tangga bisa abadi atau
tidak tergantung dikenakannya cincin tersebut, ini keyakinan keliru.
Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika cincin
kawin tersebut diyakini bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Jika ada
keyakinan bahwa cincin tersebut masih ada di tangan suami, maka ikatan
pernikahan akan terus terjalin. Jika tidak dikenakan, maka akan rusak. Jika
niat seperti ini yang ada ketika menggunakan cincin kawin, maka termasuk syirik
ashgor (kecil).
Jika
niat seperti ini tidak ada –dan tidak mungkin ia berniat seperti itu (artinya:
cuma sekedar memakai cincin kawin), maka cincin kawin masih tetap terlarang
karena termasuk bentuk tasyabuh (meniru-niru adat non muslim).
Jika
cincin kawin yang dikenakan berasal dari emas, maka terlarang dikenakan oleh
pria. Ini sisi terlarang ketiga dari cincin tersebut.
Intinya
cincin kawin bisa berbuah masalah yaitu bisa termasuk syirik, bisa menyerupai
adat Nashrani (non muslim), atau bisa terlarang karena berasal dari emas dan
digunakan oleh pria. Jika terlepas dari tiga masalah tadi (tidak ada unsur
syirik, tidak ada unsur tasyabbuh, tidak menggunakan cincin dari emas
tetapi dari logam lainnya), maka boleh.” (Al Qoulul Mufid, 1: 182).
Jodoh Tak Kan Ke Mana
Jodoh
jelas tidak akan ke mana. Yang Allah telah takdirkan, itulah yang kita peroleh
dan tidak akan luput dari kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ
مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah
telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al
‘Ash).
Dalam
hadits dalam kitab Sunan disebutkan,
أَنَّ مَا أَصَابَكَ
لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
“Apa
saja yang ditakdirkan akan menimpamu, maka tidak akan luput darimu. Apa saja
yang ditakdirkan akan luput darimu, maka tidak akan menimpamu” (HR. Abu
Daud no. 4699. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Beriman
kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin
ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan
adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan
setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi”
Lantas
mengapa mesti memikat pasangan atau jodoh dengan pelet dan susuk? Ini tanda
kurang percaya pada takdir ilahi. Cuma kita saja yang berusaha dengan cara yang
halal.
Bagaimana Memikat Hati Pasangan?
Cara
ampuh bagi yang sudah memiliki pasangan agar tetap lengket kayak perangko
dengan pasangannya tidak ada jalan lain selain melakukan kewajibannya sebagai
suami atau istri. Mengapa mesti ke dukunn untuk minta suami dipelet, tetapi di
rumah tidak pernah berdandan cantik di hadapan suami dan tidak pernah melakukan
kewajiban lainnya. Cobalah jadi istri yang taat, maka ia akan mendapatkan
keutamaan berikut ini.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ
خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ
لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika
seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di
bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina)
dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki
sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”
(HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
Dalam
hadits lain disebutkan mengenai perintah bagi wanita untuk selalu berpenampilan
cantik di hadapan suaminya,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي
تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah
ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita
yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika
dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami
pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231
dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). Cobalah
lihat bagaimana jika istri taat pada Allah dengan rajin ibadah dan selalu
berpenampilan istimewa di hadapan suami, tentu akan membuat suami semakin
lengket.
Sedangkan
bagi yang belum dapat jodoh, teruslah perbaiki diri menjadi lebih baik. Dan
perbanyaklah do’a, maka jodoh pun tak kan ke mana. Do’a yang bisa dipanjatkan
untuk mendapatkan jodoh adalah do’a sapu jagad, karena do’a ini mencakup
kebaikan dunia dan akhirat. Termasuk di dalamnya adalah jodoh. Do’a tersebut
adalah,
رَبَّنَا آَتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al Baqarah: 201).
Walau Ampuh, Tidak Bisa Dikatakan Halal
Ibnu
Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (1: 264) memberikan pelajaran bahwa walau
tercapainya tujuan dalam sebagian cara, tidak bisa menghalalkan cara tersebut.
Begitu pula dalam hal ini, walau pelet dan susuk terlihat ampuh dan terbukti
bagi sebagian orang, maka tidak menunjukkan perbuatan tersebut halal. Syirik
jelas saja terlarang walaupun tercapai maksud.
Seperti
dicontohkan oleh Ibnu Taimiyah mengenai tercapainya tujuan tidak menunjukkan
halalnya cara yang dilakukan,
. وَلَيْسَ
مُجَرَّدُ كَوْنِ الدُّعَاءِ حَصَلَ بِهِ الْمَقْصُودُ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ
سَائِغٌ فِي الشَّرِيعَةِ فَإِنَّ كَثِيرًا مِنْ النَّاسِ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مِنْ الْكَوَاكِبِ وَالْمَخْلُوقِينَ وَيَحْصُلُ مَا يَحْصُلُ
“Tidaklah
tercapainya do’a yang dimaksud menunjukkan sesuatu itu boleh menurut syari’at.
Lihatlah tidak sedikit yang berdo’a pada selain Allah, seperti meminta pada
bintang-bintang dan meminta do’a pada makhluk (bukan pada Allah), do’anya
terkabul (padahal perbuatannya keliru dan termasuk syirik, pen)” (Majmu’
Al Fatawa, 1: 264).
Semoga
Allah menyelamatkan kita dan keluarga kita dari berbagai macam bentuk
penghambaan kepada selain Allah serta menjauhkan kita dari berbagai kesyirikan.
Wa
billahit taufiq.
Referensi:
- Al Qoulul Mufid, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, tahun 1424 H.
- Fathul Majid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta’, cetakan ketujuh, 1431 H.
- Syarh Kitab Tauhid, Syaikh Hamd bin ‘Abdillah Al Hamd, terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan kedua, 1431 H.
No comments:
Post a Comment