LGBT LAKNAT UMAT NABI LUTH
MUNCUL LAGI
M.RAKIB Jl.Ciptakarya Panam PEKANBARU RIAU INDONESIA
Kejadian 19:30-38
Lot dan kedua anaknya perempuan
19:30 Pergilah Lot dari Zoar l dan ia menetap bersama-sama dengan
kedua anaknya perempuan di pegunungan, m sebab ia tidak berani tinggal di
Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. 19:31 Kata
kakaknya kepada adiknya: "Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di
negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan
Femininitas dan maskulinitas dalam Qur’an
Seperti contohnya
terjemahan surat al falaq ayat 4 yang artinya “dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul” Mengapa dalam bahasa
Indonesia kemudian kita harus mengartikannya “wanita”? Padahal tata bahasa arab
mengenal gender berbeda dengan kita.
Kata naffaatsati bermakna
menghembuskan atau meniup yang memiliki gender feminine dan tidak ada kata
nissa yang artinya wanita di ayat tersebut.
Berawal dari kebimbangan inilah, maka kami ingin
mempertanyakan aplikasi sebuah ayat mengenai cerita Nabi Luth dengan perihal
dosa yang ditujukan kepada kelompok homoseksual dalam konteks masa
kini. Pernahkah kita menafsirkan ayat tersebut ketika mempelajari Qur’an?
Kami mempertanyakan ini tidak dengan tanpa
alasan. Kebanyakan kegiatan mengaji adalah membaca Qur’an dengan memperhatikan
tajwidnya saja. Karena dikaitkan dengan keta’atan dan kepercayaan kita pada
ayat-ayat Allah inilah yang menyurutkan niat kita untuk mendiskusikan makna.
Mempelajari tajwid (tata bahasa) memang penting untuk menghindari kesalahan
makna. Namun, hal-hal yang perlu kita perhatikan dan sangat penting dalam
mempelajari Qur’an sebagai kitab suci adalah:
1. Keotentikan Qur´an atau kitab suci dijamin
langsung oleh Tuhan. 2. Masih ada bahasa aslinya yang sesuai dengan sewaktu
kitab suci tersebut diturunkan kepada nabi yang menerimanya. 3. Mudah dihafal
karena Tuhan memberikan kemudahan bagi umat-Nya untuk menghafalkan wahyunya. 4.
Umat yang meyakininya banyak yang hafal kitab suci tersebut diluar kepala. 5.
Tidak mengandung pornografi. 6. Tidak ada kontradiksi antar ayat. 7. Relevan
sepanjang zaman.
Ketertarikan seksual
Kisah Nabi Luth dalam Qur’an dimulai dengan kata Qawn yang
dalam bahasa Inggris berarti Tribe (kaum atau kelompok
etnis). Seperti yang kita ketahui, suatu kaum terdiri dari pria, wanita dan
anak-anak. Namun kemudian ada ayat yang berbunyi “kaum yang meninggalkan
pasangan (istri atau wanita) dan mendatangi pria.”
Dalam arti dan tafsirannya, ada keganjilan dalam
ayat ini. Terutama kita yang terbiasa untuk berporos kepadabinary
opposition system (laki-laki pasangannya adalah perempuan, dan
sebaliknya), yang oleh banyak ahli ilmu sosial dan gender disebut
heteronormativitas. Bila kaum itu hanya terdiri dari pria, maka bisa jadi ayat
ini membahas mengenai homoseksual atau biseksual.
Namun, kemungkinan, ayat ini lebih mendekati
kepada perilaku biseksual dan bukan homoseksual. Karena laki-laki homoseks
tidak menikah dengan perempuan. Kemudian bagaimana jika yang dimaksud
meninggalkan adalah kaum perempuan? perempuan yang meninggalkan pasangan
(perempuan/istri) dan mendatangi laki-laki? Apakah artinya lesbian
diperbolehkan dan bahkan pasangan lesbian dilarang meninggalkan pasangan
perempuanya untuk mendatangi laki-laki.
Gender dengan berbagai variasinya dibahas dalam
Qur’an
Surat an nur 31 dan
asy syuura 49-50.
Pada surat an nur 31 ada
bagian yang mengatakan, perempuan boleh membuka perhiasannya pada …..suami-suami
mereka….sampai pada bagian ….atau laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap perempuan).Lalu siapakah yang dimaksud lelaki yang
tidak mempunyai keinginan itu, hal itu merujuk pada laki-laki yang secara
psikologis tidak tertarik pada perempuan (ayat ini jelas membahas mengenai
ketertarikan seksual, bukan perilaku seksual).
Kemudian surat asy syuura ayat 49
berbunyi
“ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki
kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Ayat ini menyebutkan dua jenis kelamin yang
bersifat oposisi binaer yaitu laki-laki dan perempuan. Pasangan yang berlawanan
jenis secara gender dengan tujuan reproduksi atau meneruskan keturunan.
Ayat selanjutnya (50)
“atau Dia menganugerahkan kedua jenis
laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan
mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.”
Pada ayat ini, pertama Allah menjelaskan dua
gender yang menjadi satu (laki-laki, perempuan) yang lebih kita kenal
transgender/hermaprodite. Sedangkan bagian akhir merujuk pada “yang tidak
bereproduksi” (‘aqim) yang merujuk pada gay dan lesbian yang
tidak menghasilkan reproduksi. Ini artinya, ayat mengenai transgender dah
homoseksual dipisah di ayat selanjutnya sesudah ayat yang membahas mengenai
heteroseksual.
Lalu bagaimana dengan perkataan nabi Luth
yang mengatakan di surat Huud 78,
“Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan
bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan
yang keji[730]. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih
suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan
(nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”
Bagaimana mungkin seorang nabi menawarkan
putrinya untuk diperkosa, padahal baik perkosaan pada laki-laki ataupun
perempuan sama bejadnya. Dengan memberikan anaknya yang bukanlah berarti lebih
suci. Perkataan Luth memiliki makna sarkasme terhadap kaumnya yang hendak
memperkosa tamu nya.
Dengan usaha untuk mengaji ini, kamipun menyadari
pentingnya mempelajari kisah Nabi Luth secara keseluruhan. Tidak adil jika kita
hanya menitikberatkan pada ayat yang membahas dan menyebut “mendatangi
laki-laki dan meninggalkan perempuan, bukan laki-laki,” untuk pelarangan
ketertarikan dan cinta antara sesama laki/laki atau perempuan. Karena cerita
Nabi Luth ini terbagi dari beberapa ayat di surat yang berlainan.
Kebejatan lain dari kaum Luth contohnya adalah
merampok musafir dan menunjukan kemesuman di muka umum.
Benang merah dari semua cerita nabi ini adalah
kisah tentang kaum yang meninggalkan Tuhan dan rasulnya. Akan tetapi hal ini
kurang diperhatikan. Penitikberatan para ulama agama diarahkan kepada larangan
untuk melakukan tindakan seksual antar sesama laki-laki.
Pembahasan mengenai praktek seksual (sexual
practice) dalam Qur’an.
Seks bukan hanya menyangkut masalah keinginan
atau kewajiban manusia dalam meneruskan keturunan. Seks juga persoalan rekreasi
(ketentraman dan kasih sayang).
Hal inipun termaktub dalam surat ar rum
21
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Kata azwaja mengacu pada
gender ambigu jamak, bukan istri (zauja) tetapi “mates” (pasangan). Tujuannya
adalah ketentraman dan kasih sayang bukan reproduksi semata, jadi Allah menjamin
setiap manusia memiliki pasangan yang seperti kita tau sepasang adalah berisi
dua (2) dan tidak bisa lebih dari dua, dan di akhir ayat lagi-lagi Allah
menyuruh kita untuk berfikir bukan sekedar menelan mentah-mentah arti dan
tafsiran, karena jaman dulu ilmu psikolog dan genetik belum semaju saat ini.
Oleh sebab itu, orientasi, gender dan perilaku menjadi hampir mirip dan tidak
dibeda-bedakan. Dalam ayat ini, tidak juga ada pembahasan secara merinci
tentang larangan hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki, laki-laki
dengan perempuan atau perempuan dan perempuan.
Kebejatan kaum Luth, seperti juga yang dapat kita
aplikasikan pada konteks masa sekarang, bukan hanya kebejatan dalam perilaku
dan tindakan seksual. Kebejatan yang dimaksud juga berlaku untuk nafsu dan
keserakahan manusia pada harta dan kekuasaan. Dari kisah Nabi Luth ini, nissa bisa
diartikan kaum lemah, sedangkan rijaal berarti kaum
berkuasa. Maka dengan mengacu pada Qur’an mengikuti zaman, bisa ditafsirkan
kaum luth (pria-wanita) yang meninggalkan kaum lemah dan mendatangi kaum
penguasa. Bisa kita lihat implikasinya pada zaman ini dimana orang yang tidak
memiliki kekuasaan, dianggap lemah. Mereka ini akan ditinggalkan dan diabaikan
dan memilikih untuk mendatangi kaum penguasa (istilahnya kaum yang menjilat
pada penguasa).
Kesimpulan
Dengan tulisan ini, kami ingin mengajak pembaca
untuk berfikir, benarkan kisah Nabi Luth hanya bercerita mengenai dosa kaum
homoseksual semata? Bukankah Allah menyuruh kita berfikir? Sementara ilmu di
jaman nabi hingga sebelum abad 21 masih kuno dan penuh dengan takhayul.
Haruskah kita abaikan ilmu pengetahuan, padahal Allah sudah mengatakan
ayat-ayat Ku tidak hanya ada didalam Qur’an. Ayat-ayatku berada dalam alam,
dimana beberapa hewan juga melakukan hubungan seksual, antar lelaki, antar
perempuan dan antara perempuan dan lelaki. Kami tidak bermaksud untuk menolak
penafsiran ulama agama terdahulu terhadap Qur’an. Namun, bukankah Qur’an
merupakan kitab yang diwariskan nabi untuk umatnya dan bukan hanya ulama
agamanya saja.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan sudah saatnya
umat Allah menggunakan akal dan nurani untuk berfikir. Sekali lagi, kebenaran
mutlak hanyalah milik Allah semata. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan
bahwa saya sebagai penulis dapat melakukan kesalahan. Namun ijtihad diperlukan
untuk masalah ini, karena menyangkut kebenaran. Sehingga tidak menjadikan
pernikahan hetero untuk menutupi kebenaran bagi kaum gay yang sebenarnya tidak
bisa mencintai perempuan secara romantis dan seksual.
[Ada Lagi] Ade Armando: Allah tidak
Mengharamkan LGBT! JAKARTA -- Pakar
komunikasi Universitas Indonesia dan Paramadina, Ade Armando mempertanyakan
status haram dalam Islam terkait kelompok lesbian, gay, biseksual, dan
transgender (LGBT)."Apapun sikap kita, dalam dunia yang mengalami
globalisasi isu LGBT memang secara tak terhindarkan akan mempengaruhi perilaku
masyarakat Indonesia. Karena itu menjadi penting bagi umat Islam untuk
membicarakan kembali cara pandang terhadap LGBT, termasuk bilamana perlu
meninjau kembali sikap yang sudah tertanam selama ini," kata Ade Armando
dalam artikel yang diunggah Madinaonline.id.
Dia menggugat ajaran agama Islam yang tidak menoleransi umat yang terlibat LGBT. Selama ini, kata dia, ada persepsi kuat bahwa Islam menolak sama sekali LGBT."Karena itu, kendatipun LGBT ada di Indonesia, kalangan tersebut tetap dipandang dengan sebelah mata, dijauhi atau bahkan dibenci oleh para pemeluk taat Islam. Ada anggapan kuat bahwa LGBT adalah penyakit masyarakat, kejahatan atau sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan," kata Ade.
Dia pun secara yakin menyebut, LGBT termasuk golongan pecinta sesama jenis bukan lah penyimpangan. Dia malah berargumen, rasa itu datang dari Sang Pencipta."Pertanyaannya: dari manakah datangnya perasaan tersebut selain bahwa memang Allah menciptakan manusia dengan potensi perasaan itu? Dengan kata lain, bisa jadi ketertarikan terhadap sesama jenis itu adalah suatu hal yang alamiah dan memang diciptakan Tuhan."Ade melanjutkan argumennya melalui akun Twitter, @adearmando1.
Merasa banyak yang menyerangnya, ia malah menantang balik para pihak yang tak setuju dengan pendapatnya. "Mereka marah karena saya bilang Allah tidak mengharamkan LGBT. Kalau tidak sepakat, bantah saya dengan bukti. Jangan maki2," kata Ade.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/04/nqyqw2-ade-armando-allah-tidak-mengharamkan-lgbt#
Susah deh, kalo pakar komunikasi malah bahas hukum islam soal LGBT
Masih belum kapok juga, setelah kemaren bikin kontroversi tentang islam
Ntah knp era ini, islam sbg mayoritas sering diganggu2 ya
Dia menggugat ajaran agama Islam yang tidak menoleransi umat yang terlibat LGBT. Selama ini, kata dia, ada persepsi kuat bahwa Islam menolak sama sekali LGBT."Karena itu, kendatipun LGBT ada di Indonesia, kalangan tersebut tetap dipandang dengan sebelah mata, dijauhi atau bahkan dibenci oleh para pemeluk taat Islam. Ada anggapan kuat bahwa LGBT adalah penyakit masyarakat, kejahatan atau sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan," kata Ade.
Dia pun secara yakin menyebut, LGBT termasuk golongan pecinta sesama jenis bukan lah penyimpangan. Dia malah berargumen, rasa itu datang dari Sang Pencipta."Pertanyaannya: dari manakah datangnya perasaan tersebut selain bahwa memang Allah menciptakan manusia dengan potensi perasaan itu? Dengan kata lain, bisa jadi ketertarikan terhadap sesama jenis itu adalah suatu hal yang alamiah dan memang diciptakan Tuhan."Ade melanjutkan argumennya melalui akun Twitter, @adearmando1.
Merasa banyak yang menyerangnya, ia malah menantang balik para pihak yang tak setuju dengan pendapatnya. "Mereka marah karena saya bilang Allah tidak mengharamkan LGBT. Kalau tidak sepakat, bantah saya dengan bukti. Jangan maki2," kata Ade.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/04/nqyqw2-ade-armando-allah-tidak-mengharamkan-lgbt#
Susah deh, kalo pakar komunikasi malah bahas hukum islam soal LGBT
Masih belum kapok juga, setelah kemaren bikin kontroversi tentang islam
Ntah knp era ini, islam sbg mayoritas sering diganggu2 ya
No comments:
Post a Comment