YANG TUA TIDAK SADAR
M.Rakib Ciptakarya Pekanbaru Riau Indonesia
Yang tua tidak sadar akan tuanya.
Minta dipanggil abang, padahal rambut sudah putih
Gemar pesta pora, padahal umur sudah lanjut
Pengaruh novel yang menyesatkan
Seharusnya bercerita tentanng alam kubur.
Bukan tentang pelangi yang akan muncul setelahnya menderasi
bumi
Bukan tentang warna-warni pelukis yang Agung telah
dititipkan pada pelupuk mata
Bukan tentang kisah hijau yang berawal dari setetes demi
tetes air hujan…
Tentang kamu…
Yang juga menyukai cerita hujan
Yang
tua tak sadar diri, cendrung mengatakan
“Kau mungkin mendengar rintik hujan yang sama di sana”
Kau
mungkin merasakan rindu yang sama di sana
Kau
mungkin melihat hujan yang sama di sana
Namun
sayangnya,masa muda tidak bisa kembali lagi.
Masa
muda kita tak pernah lagi sama
Semua
sudah berubah
Mengikuti
alur waktu…
Mungkin
benar katamu
Perubahan
adalah awal dari perbaikan
Semoga
benar,
Kau
baik-baik
Selalu
lebih baik dari sebelumnya
di
sana…
Hujan
telah habis
Rintiknya
sudah pulang
Maafkan
kami yang tua-tua tidak bisa menjadi contoh teladan.
Kurikulum
yang kami sajikan, terlanjur mubazir
Kalian tak
akan bias menjadi penemu yang ulung
Kalian
terdorong menjadi menjiplak, yang manja.
Kami tahu
kalaian menghadapi tantangan lebih berat
Tapi
kalaian dapatkan cukup bekal.
Kalian
dapat katakan, segala pinta
Kalian dapat teriakkan, segala emosi jiwa
Kalian dapat teriakkan, segala emosi jiwa
Namun
kkalian tak dapat lakukan segalanya
Karena kalian telah didahului orang asing,walau mereka sendiri di sini,
seorang diri
Karena kalian telah didahului orang asing,walau mereka sendiri di sini,
seorang diri
Hari ini
belum menjemput masanya
Langit belum ada lagi bintang
Kilau senja yang ‘kan menjelang, ia takkan ada,
bila mendung masih kian meraja
Langit belum ada lagi bintang
Kilau senja yang ‘kan menjelang, ia takkan ada,
bila mendung masih kian meraja
Harus
kukatakan lagi pada siapa
No comments:
Post a Comment