Kampung di Atas Awan
(DESA DI ATAS AWAN)
From Bedugul or Baturiti just follow
the wooden signs with golden letters saying “Atas Awan” View desa atas
awan[...]
Posted by Mansur Amriatul Posted on
10.22 with No comments
Manggarai - Wae Rebo merupakan
sebuah kampung tradisional disebuah dusun terpencil di desa Satar Lenda,
Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Terletak di ketinggian 1000 diatas permukaan laut, dekelilingi bukit-bukit dan
hutan-hutan asri, kampung ini sering diselimuti kabut jika dilihat dari
kejauhan. Pantaslah jika disebut kampung di atas awan.
Untuk
mencapai Wae Rebo, harus melintasi kawasan hutan yang masih asli. Hutan rimbun
disertai dengan satwanya yang lengkap. Ketika anda memasuki hutan, akan
disambut dengan kicauan burung Pacycepal yang seolah turut mengiringi langkah
anda.
Rumah
adat Wae Rebo ini dikenal dengan sebutan ‘ Mbaru Niang ‘ (rumah bundar
berbentuk kerucut ). Mbaru niang terdiri dari 5 tingkatan. Masing-masing
tingkatan memiliki fungsinya sendiri. Tingkat pertama adalah ‘Lutur‘ yang
berarti tenda. Tingkatan ini digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat.
Tingkat kedua adalah ‘Lobo’ yakni loteng yang berfungsi menyimpan bahan makanan
dan barang – barang lainnya. Tingkat ketiga adalah ‘lentar’ yang digunakan
untuk menyimpan benih – benih seperti jagung, padi dan kacang – kacangan, dan
lain-lain. Tingkat keempat ‘Lempa Rae’ sebagai tempat stok makanan cadangan
yang digunakan ketika terjadi gagal panen atau musim kemarau berkepanjangan.
Tingkat kelima adalah ‘Hekang Kode‘ yang digunakan untuk menyimpan langkar,
yakni semacam anyaman dari bambu berbentuk persegi guna menyimpan sesajian
untuk dipersembahkan pada leluhur.
Menuju
Wae Rebo melalui Ruteng
Dari
Ruteng, perjalanan dengan kendaraan selama 4 jam yang berkelok sehingga
penumpang tak henti bergoyang. Sampailah di sebuah desa pesisir bernama Dintor.
Jalan terus dilanjutkan menuju tanjakan ke pedalaman pulau menempuh pematang
sawah dan jalan setapak di Sebu sebelum sampai di Denge. Dari Denge langkah
terus dihentakkan melalui hutan kecil, melalui Sungai Wae Lomba. Setelah
mengatur kerja paru-paru di sepanjang jalan setapak, dari Ponto Nao, terlihat
pusat Wae Rebo, sebuah dusun yang mengepul asap dari kerucut-kerucut aneh yang
berkumpul di sebuah lapang hijau. Itulah sisa-sia mbaru niang yang hampir
punah.Wae Rebo merupakan negeri diatas awan tempat dimana masyarakat hidup
harmoni dengan alam dan gemanya ditiupkan keseluruh penjuru daerahnya. Masyarakat
hidup rukun dan harmonis meskipun dengan kondisi sederhana. Wae Rebo menjadi
salah satu tempat untuk menjaga dan melestarikan salah satu kekayaan bumi
nusantara ini.
Dalam kitab suci Al-Quran banyak
referensi mengenai gunung-gunung dengan deskripsi yang bersifat grafis tentang
fitrat dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Tujuan artikel ini adalah untuk
mengemukakan telaah singkat atas beberapa ayat tentang gunung-gunung dikaitkan
dengan hasil investigasi ilmiah masa kini tentang asal mula dan pembentukannya.
Mengingat topik ini secara langsung terkait dengan penafsiran dari ayat-ayat
Al-Quran tentang penciptaan alam semesta serta phenomena alamiah secara umum,
maka kami akan memulainya dari masalah konformitas ayat-ayat Al-Quran dengan
pengetahuan ilmiah.
Al-Quran Dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran menyebut dirinya sebagai buku yang membawa petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa sebagaimana diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad saw lebih dari 1400 tahun yang lalu. Kitab ini mengemukakan ajarannya secara rasional dan filosofis agar tercipta keimanan yang teguh pada eksistensi Tuhan dan segala Fitrat-Nya:
‘Inilah kitab yang sempurna, tiada
keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.’ (S.2
Al-Baqarah:3)
Kitab ini mengakui superioritas atau
kelebihan dari mereka yang berpengetahuan di atas mereka yang tidak
berpengetahuan (S.39 Az-Zumar:10) dan mengajak manusia agar merenungi phenomena
alam yang luas di sekitar kita sebagai bukti tentang eksistensi sang Maha
Pencipta dan Maha Pemelihara. Ada 750 ayat dalam kitab ini menyuruh pembacanya
untuk merenungi dan meneliti phenomena alam di sekeliling kita dalam berbagai
bidang pengetahuan termasuk astronomi, kosmologi, fisika dan biologi.
Dinyatakan Al-Quran bahwa:
‘Dalam kejadian seluruh langit dan
bumi dan pertukaran malam dan siang sesungguhnya ada tanda-tanda bagi orang
yang berakal.’ (S.3 Ali Imran:191)
Salah satu dari premis dasar dalam
ajaran Al-Quran adalah tentang telaah mendalam mengenai hakikat bumi,
benda-benda langit, asal mula alam semesta serta asal mula kehidupan, dimana
semua itu menggiring manusia kepada pembuktian melimpah akan eksistensi Tuhan.
Tambah mendalam seseorang mempelajari proses penciptaan dan phenomena alamiah
di alam semesta, tambah banyak alasan dan pembuktian yang mendukung keyakinan
pada eksistensi Tuhan dan segala Fitrat-Nya. Asumsi dasar yang digunakan ialah
tidak ada konflik atau pertentangan di antara temuan kita mengenai hukum alam
atau ilmu pengetahuan, dengan wahyu Ilahi atau ajaran dan deskripsi Al-Quran mengenai
phenomena alam.
Sambil mendorong pembacanya untuk merenungi ciptaan Tuhan berupa alam semesta dan segala sesuatu yang berada di dalamnya, kitab suci Al-Quran memberikan deskripsi grafis dan wacana tentang penciptaan bumi, benda-benda langit serta keragaman phenomena alam. Sebagian dari ayat-ayat itu bisa ditafsirkan secara harfiah, sedangkan yang lainnya harus ditafsirkan secara metaforika berkenaan dengan keruhanian atau nubuatan masa depan. Seringkali ayat-ayat Al-Quran ini bisa ditafsirkan secara harfiah dan sekaligus juga secara ruhaniah. Jika mengutarakan topik yang tidak terlaku dipahami atau pengetahuan manusia pada saat itu masih bersifat spekulatif, maka penafsiran harfiah hanya bisa diterima jika sejalan dengan tingkat pengetahuan di tiap zaman. Dengan diperolehnya pengetahuan baru, penafsiran biasanya direvisi menurut wacana yang lebih mendalam tentang subyek bersangkutan.
Hanya saja jelas bahwa penafsiran Al-Quran tidak bisa dilakukan seenaknya saja. Petunjuk umum dan ketentuan cara penafsiran telah diatur oleh Al-Quran(1) sendiri dengan cara menentukan adanya dua kategori jenis ayat-ayat yaitu yang jelas dan bersifat desisif dalam maknanya, sedangkan bentuk ayat yang lainnya tidak bersifat definitif dan bisa ditafsirkan secara berbeda. Mengenai ini dinyatakan:
‘Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab
kepada engkau, di dalamnya ada ayat-ayat yang muhkamat (bersifat desisif),
itulah dasar-dasar Al-Kitab dan yang lain adalah ayat mutasyabihat (alegoris).
. .’ (S.3 Ali Imran:8)
Ayat-ayat yang bersifat alegoris
masuk dalam kategori kedua dan biasanya menyangkut analogi keruhanian atau bisa
jadi nubuatan yang bentuk dan saatnya masih belum jelas. Petunjuk umum yang
diberikan Al-Quran untuk menafsirkan ayat-ayat yang tidak desisif atau bisa
ditafsirkan bermacam-macam demikian, ialah maknanya harus dikoroborasikan atau
didukung oleh ayat-ayat yang desisif serta tidak bertentangan dengan ayat-ayat
lain dalam Al-Quran. Kitab suci ini menjadi penafsir dan penterjemah dirinya
sendiri.
Ayat-ayat Al-Quran Tentang Hakikat Gunung-gunung
Tujuan artikel singkat ini adalah untuk membahas beberapa ayat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan hakikat dari gunung-gunung, terkait dengan hasil temuan ilmiah terkini tentang asal mula dan evolusinya. Dalam Al-Quran banyak referensi tentang hakikat dan kegunaan gunung-gunung, khususnya ayat-ayat berikut di bawah ini yang mengandung deskripsi grafis dan adanya berbagai penafsiran berbeda tentang hal itu.
‘Dan Dia telah menegakkan di bumi
gunung-gunung, supaya jangan sampai berguncang bersama kamu dan sungai-sungai
serta jalan-jalan, supaya kamu dapat menemukan jalan ke tempat yang dituju.’
(S.16 An-Nahl:16)
‘Tidakkah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan
dan gunung-gunung sebagai pasak?’ (S.78 An-Naba:8)
‘Dan apabila gunung-gunung digerakkan.’ (S.81 At-Takwir:4)
‘Dan Kami telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan
gunung-gunung yang kokoh di dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala
sesuatu dengan perimbangan yang tepat.’ (S.15 Al-Hijr:20)
‘Dan Dia menetapkan di dalamnya gunung-gunung yang
menjulang di atas permukaannya dan memberkatinya dengan berlimpah-limpah dan
Dia menyediakan di dalamnya kadar makanan-makanan dalam empat periode sama rata
bagi semua pencahari.’ (S.41 Ha Mim Sajdah:11)
‘Dan engkau melihat
gunung-gunung yang engkau anggap terpancang kokoh kuat, berlalu bagaikan
berlalunya awan. Itulah karya Allah yang telah menjadikan segala sesuatu
sempurna. . .’ (S.27 An-Naml:89)
Ayat-ayat Al-Quran di atas bisa
ditafsirkan menurut pengertian ruhaniah dimana makna dari gunung-gunung adalah
kekuatan duniawi atau pribadi-pribadi ruhaniah yang akbar seperti para rasul
Tuhan dan karena itu merupakan nubuatan yang sebagian sudah mewujud dan yang
lainnya akan merupa pada saatnya. Penafsiran phisikal juga ada diberikan
berkaitan dengan pandangan ilmu pengetahuan di suatu masa serta sudah dibahas
secara rinci dalam beberapa tafsir akbar Al-Quran(2 – 4).
Dalam artikel ini kami akan memfokus pada ruang lingkup tafsir phisikal atau harfiah dikaitkan dengan tingkat ilmu pengetahuan di masa kini. Telaah mendalam serta renungan atas ayat-ayat di atas membawa kita kepada konsep umum Al-Quran tentang gunung-gunung yang telah diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu, yaitu:
- Permukaan bumi dimana kita hidup selalu terpengaruh oleh gerakan yang ada di bawah kita.
- Gunung-gunung berperan sebagai pasak bumi atau pancang yang menahan gerakan benda.
- Formasi dan eksistensi dari gunung-gunung mempunyai peran dalam terciptanya jalan-jalan, sungai-sungai, air minum, makanan manusia dan sarana kebutuhan eksistensi mahluk hidup lainnya.
- Gunung-gunung di mata kita terlihat stasioner dan terhunjam teguh di permukaan bumi, padahal mereka sebenarnya bergerak dan gerakan mereka itu mirip dengan awan.
Tinjauan Al-Quran seperti yang
digariskan di atas, khususnya ayat surah An-Naml:89, kelihatannya seperti
bertentangan dengan pandangan umum tentang kekakuan atau rigiditas bumi dan
gunung-gunungnya dan telah menjadi suatu hal yang menyulitkan bagi para juru
tafsir di masa lalu. Namun dalam beberapa dasawarsa terakhir banyak sekali
informasi yang telah terungkap tentang formasi, struktur, sejarah geologis dan
proses internal daripada bumi. Bumi sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai
suatu wujud badan yang solid dan rigid lagi, tetapi sebagai planet yang
dinamis, hidup dan selalu berubah. Akibat dari itu adalah munculnya bidang
studi yang disebut plate tectonics (tektonika lempengan bumi). Temuan di bidang
studi ini nyatanya sejalan dengan subyek Al-Quran yang kita bahas di atas dan
kami akan mengulas dasar-dasar sifat teori tersebut yang sekarang sudah sama
diterima oleh komunitas ilmu pengetahuan. Meski telah diusahakan untuk
menyederhanakan ulasan ini, pembaca yang tidak tertarik pada rincian ilmiah
bisa langsung beralih ke topik berikutnya.
Plate tectonics
Plate tectonics
Suatu hal yang tadinya tidak masuk akal dikemukakan sekitar tiga abad yang lalu bahwa massa daratan raksasa seperti Asia, Eropah dan Amerika nyatanya tidak terpancang teguh di permukaan bumi dan sebenarnya bergerak ke beberapa arah. Tetapi baru pada tahun 1912, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mempublikasikan pandangannya yang kontroversial tentang pergeseran benua dimana menurutnya 300 juta tahun yang lalu semua benua-benua besar sebenarnya bersatu dalam satu massa daratan, yang kemudian bergeser menjauh satu sama lain. Satu-satunya bukti yang signifikan dari pandangannya pada saat itu adalah pencocokan jigsaw dari struktur-struktur geologis massa daratan benua-benua yang berbatasan serta persamaan tanaman dan kehidupan hewannya.
Selama masa hayatnya, teorinya ini
dianggap sebagai suatu yang absurd dan baru pada tahun 1960-an mendapat
perhatian serius orang. Melalui investigasi yang melibatkan beberapa disiplin
keilmuan, termasuk observasi satelit angkasa, muncullah bidang studi baru yang
disebut plate tectonics tersebut. Rangkuman dari sifat-sifat dasar teori
tersebut dan pengetahuan yang dimiliki manusia sekarang ini tentang proses
geologis bumi akan dirinci di bawah ini. Deskripsi yang lebih rinci bisa
dilihat dalam referensi(5 – 8).
1. Bagian dalam bumi terdiri dari dua inti dalam dan luar berbentuk besi dan nikel cair dengan temperatur 5500o. Daerah ini dikitari oleh bagian yang lebih dingin dan lebih tebal dari bahan bebatuan dengan ketebalan 3000 kilometer yang disebut sebagai mantel bumi. Daerah paling luar adalah bagian tipis yang disebut sebagai kerak bumi. Bagian ini mengapung di atas mantel laiknya rakit di atas air danau. Kerak ini terdiri dari kerak benua (continental crust) di atas mana kita hidup, sifatnya ringan dan tebalnya sekitar 100 kilometer, sedangkan yang lainnya adalah kerak samudra (oceanic crust) yang terdiri dari material bebatuan yang lebih padat dan berada di bawah lautan.
2. Kerak bumi terdiri 12 lempengan seperti Eurasia, Afrika dan Amerika yang mengambang di atas mantel dalam. Lempengan tersebut terdorong bergerak dalam suatu pola lingkaran yang kompleks, dimana ada lempengan yang bergerak mendekat, ada yang bergerak menjauh dan ada pula yang saling menggeser dengan lempengan lain. Meski kecepatan gerak lempengan itu terlalu kecil untuk bisa dilihat mata karena hanya beberapa sentimeter per tahunnya, tetapi dalam jangka waktu ratusan juta tahun maka jaraknya menjadi amat besar seperti yang kita jumpai antar benua sekarang ini.
3. Jika dua lempengan benua bergerak tepung satu sama lain maka bahan yang terdapat di tepian lempengan akan naik mencuat permukaannya dimana terciptalah gunung-gunung pada saat itu. Adapun lempengan samudra bila mendekat atau bergerak menjauh satu sama lain, akan mencipta palung-palung di dasar samudra. Dengan demikian gunung-gunung nyatanya mewujud akibat dari gerakan dan benturan lempengan benua. Lempengan India terlepas dari lempengan Afrika sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian bertumburan dengan lempengan Eurasia dengan akibat terbentuknya dataran tinggi pegunungan Himalaya yang besar itu. Lempengan benua raksasa ini masih tetap bergerak dan karena itu pegunungan Himalaya masih terus bertambah tinggi sampai dengan hari ini.
4. Apa yang menjadi hakikat dari daya yang menggerakkan lempengan tektonik raksasa itu masih belum dipahami sepenuhnya dan masih terus diteliti secara intensif. Namun pada umumnya disepakati bahwa daya gerak itu muncul dari proses konfeksi dan sirkulasi bahan mantel yang terdorong dari inti bumi yang panas. Prosesnya mirip dengan air panas di dalam teko yang dipanasi dari bawah. Meski terlihat ajaib, sebenarnya kaidah fisika dan proses dasar yang terdapat dalam sirkulasi mantel di dalam bumi adalah sama dengan sirkulasi udara di atmosfir yang naik di daerah tropis dan turun di daerah bujur yang lebih dingin. Proses itu juga yang membentuk awan-awan di atmosfir bumi.
5. Bagian dalam bumi selama ini berubah terus menerus, dan merupakan media yang hidup dan dinamis sejak mewujudnya sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Gerak dari lempengan tektonik mengarah pada pembentukan atau penghancuran dari massa daratan, gunung-gunung di permukaan bumi serta palungan di dasar samudra. Tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik maka massa daratan beserta semua gunung-gunungnya sudah lama sirna sejak dulu akibat dari proses erosi yang berkelanjutan. Seluruh bumi tentunya sudah tertutup oleh lautan. Mahluk daratan dan kehidupan manusia seperti yang sekarang ada di muka bumi yang memiliki sungai, air minum, sumber makanan dan kebutuhan lain bagi eksistensi manusia, jadinya tidak mungkin tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik serta keberadaan gunung-gunung.
Apakah konsep dan proses luar biasa yang diuraikan di atas itu hanyalah reka-rekaan berdasar suatu teori baru yang masih harus diuji? Apakah kita memiliki bukti telaah yang cukup untuk membenarkan ide yang revolusioner demikian? Jawaban singkatnya adalah sekarang ini banyak bukti meyakinkan yang diperoleh dari berbagai bidang studi (seperti struktur geologi, magnetit, fosil-fosil, hayati tumbuhan dan hewan dan lain sebagainya) yang membuktikan bahwa teori lempengan tektonik itu memang benar adanya. Semua ini marak sekitar 50 tahun terakhir. Bukti yang paling persuasif diperoleh dari telaah langsung atas gerakan benua-benua melalui instrumen berbasis daratan dan yang dibawa satelit angkasa. Semua observasi yang dilakukan secara amat presisi itu mengindikasikan bahwa benua-benua bergerak satu sama lain. Benua Amerika Utara contohnya, bergerak menjauh dari Eropah sekitar 3 sentimeter setiap tahunnya. Meski gerakan itu sepertinya amat kecil, tetapi nyatanya telah mencipta samudra Atlantik dalam kurun waktu 300 juta tahun. - See more at: http://tamanjati.blogspot.com/2012/06/tafsir-alquran-tentang-gunung-bergerak.html#sthash.UbTWEB7X.dpuf
No comments:
Post a Comment