KESIALAN
ITU ADA ATAU TIDAK?
Cara
pandang terhadap kesialan
HM.RAKIB
Terus terang, penulis pribadi punya cara pandang lain,
terhadap konsep kesialan. Kesialan atau
keberuntungan yang dikenal selama ini, menururt penulis bagaian “Uruf atau al-adah atau experience, atau pengalaman.
Pengalaman itu adalah guru yang berharga..Kalau di Jawa ada namanya primbom,
juga pengalaman yang tua-tua masa lalu. Jangan diimani, cukup dihargai. Jika
tidak bertentangan dengan Quran dan hadist, harus dihargai..asalkann tidak
termasuk tathoyyur.
Penulis
tertarik dengan tulisan: Abu Akmal Mubarak,
kesialan..
Dalam adat masyarakat jawa dikenal
adanya ruwatan, yaitu sebuah prosesi atau upacara untuk menghilangkan kesialan
seseorang. Walaupun berbeda nama, namun prosesi semacam ini ada di berbagai
suku di Indonesia. Ada yang ruwatan (membuang sial) dengan cara menggelar wayang
kulit 3 hari 3 malam, ada yang dengan berendam atau mandi air kembang, ada yang
puasa mutih, bahkan ada yang dengan mengambil sebagian darah dilarung
(dihanyutkan) ke laut berikut sesajen kelapa, bunga 7 rupa, ayam dan
lain-lain.
Pertama yang perlu kita bahas adalah
apa sih yang dimaksud kesialan itu? Sial adalah selalu merasa tidak beruntung
misalnya tidak beruntung dalam pekerjaan, rejeki, jodoh, sakit-sakitan terus
dll. Dalam berbagai kepercayaan, penyebab kesialan itu bermacam-macam. Dalam
masyarakat jawa kesialan dikaitkan dengan perhituangan weton (hari kelahiran).
Misal sang anak akan sial karena hari kelahiran anak sama dengan hari kelahiran
ayahnya. Sedangkan dalam kepercayaan Tionghoa dikenal adanya feng shui yaitu
kesialan karena tata letak dan bentuk bangunan.
Lalu bagaimanakah kesialan ini
menurut pandangan Islam? Adakah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
menjadi sial atau kurang beruntung terus menerus? Jawabannya bisa Ya bisa
Tidak.
Secara umum, Islam melarang kita
mempercayai kesialan karena kejadian atau peristiwa tertentu seperti jika ada
burung gagak hitam pasti akan ada kematian, jika kejatuhan cicak pasti sial,
jika menabrak kucing akan sial (tapi kalau menabrak kambing tidak sial). Maka
ini termasuk kepercayaan kesialan yang diharamkan dalam Islam.
“Tidak ada pengaruh jahat karena
burung. Dan yang paling baik adalah Al Fa’l. lalu beliau ditanya; ‘Apa itu Al
Fa’l ya Rasulullah? ‘ Jawab beliau: ‘Yaitu kalimat thayyibah.” (H.R. Muslim No 4124)
Telah bercerita kepada kami Hasan
telah bercerita kepada kami Zuhair dari Abu Az Zubair dari Jabir berkata;
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada thiyarah (Berfirasat memperoleh sial
karena melihat hewan tertentu sehingga tidak jadi melakukan amal), Tidak ada
‘adwa (keyakinan bala / wabah menular sendiri tanpa takdir Allah), dan tidak
ada ghul (keyakinan jahiliyah bahwa roh orang yang mati berada dalam burung
hantu, dan bisa menyesatkan perjalanan) “. (H.R. Ahmad dalam Musnadnya No.
13829)
Demikian juga termasuk diharamkan
percaya kepada hari baik dan hari buruk, misalnya hari selasa adalah hari buruk
dan tidak baik untuk berdagang. Kenyataanya banyak pedagang buka pada hari
Selasa dan menangguk keuntungan. Demikian pula diharamkan percaya pada hari
tertentu dan arah tertentu dikaitkan dengan weton, shio atau zodiak.
Dari Mu’awiyah bin Hakam As-Sulamiy,
ia berkata : Aku (Mu’awiyah) berkata, “Kami (dahulu) percaya pada
tanda-tanda kesialan”. Rasulullah SAW bersabda, “Itu sesuatu yang tidak disukai
oleh seseorang diantara kalian, maka hal itu jangan sampai menghalangi
kamu sekalian“. (H.R. Muslim juz 4, hal. 1748)
Dari ‘Imran bin Hushain r.a. ia
berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak termasuk golongan kami orang
yang percaya tanda-tanda kesialan atau datang bertanya kepada orang yang
mempercayai tanda-tanda kesialan,atau orang yang melakukan perdukunan atau
orang yang datang berdukun,atau orang yang melakukan sihir atau orang yang
datang meminta tolong kepada tukang sihir, dan orang yang membuat ikatan buhul
atau ia berkata: Barangsiapa membuat ikatan buhul, dan barangsiapa yang datang
kepada dukun dan membenarkan apa yang dikatakan dukun itu, makasungguh ia telah
kufur kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW”. (H.R. Al-Bazzar
juz 9, hal. 52, no. 3578).
Telah menceritakan kepadaku Abdullah
bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar telah menceritakan
kepada kami Yunus dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Tidak ada ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit)
tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), (H.R.
Bukhari No. 5312)
Rasulullah mengatakan bahwa rasa
sial itu adalah suatu prasangka yang ada dalam diri manusia sendiri, dan hal
itu bisa menjadi kenyataan karena terus menerus terfikirkan hal itu sehingga
secara tidak disadari diri kita akan menuju ke arah itu.
Dari ‘Atho` bin Yasar dari Mu’awiyah
bin Al Hakam As Sulami berkata: “Diantara kami ada kaum yang biasa merasa
sial. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan di
hati mereka (saja), karena itu jangan sekali-kali ia (merasa sial) menghalangi
mereka (dari melakukan suatu pekerjaan).” (H.R. Ahmad No. 22644)
Dalam ilmu psikologi dikenal adanya
self fullfillment prophecy yaitu perilaku seseorang yang didasari oleh
prasangka / ramalan lalu secara tidak sadar karena terus menerus berfikir akan
hal itu sehingga akhirnya hal itu menjadi kenyataan.
Dari Abu Salamah dari Mu’awiyah bin
Al Hakam As Sulami berkata: Ia (Mu’awiyah) berkata: Dulu kami biasa merasa
sial. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Itu adalah sesuatu yang didapatkan oleh
salah seorang dari kalian didalam jiwanya, jangan sekali-kali ia (kesialan)
menghalangi kalian.” (H.R. Ahmad No. 22646)
Hal ini juga bisa terjadi pada
histeria massa. Misalnya diramalkan harga barang akan naik, dan semua orang
akhirnya meyakini hal itu maka akhirnya semua orang memborong barang di pasar,
sehingga akhirnya harga benar-benar naik karena permintaan lebih besar dari
suplai barang, dan barang menjadi langka di pasaran sehingga harga menjadi
naik. Akhirnya orang berkesimpulan bahwa ramalan itu benar adanya.
“Yang demikian itu hanyalah
dugaan belaka. Maka janganlah hal itu sampai menghalangi urusanmu.” (H.R. Muslim No. 4133)
Rasulullah memerintahkan untuk tidak
membatalkan pergi ke suatu tempat atau batal melakukan sesuatu karena
mempercayai hari sial atau ramalan.
Barangsiapa membatalkan maksud
keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah bersyirik kepada Allah.
Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan
kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada ilah (tuhan / yang disembah) kecuali
Engkau.” (H.R. Ahmad)
Sebagai muslim kita diperintahkan
untuk beriman bahwa kalaupun terjadi musibah atau kesialan, itu tidak lain
telah ditetapkan oleh Allah dan telah menjadi takdir Allah, bukan karena hari
sial atau pertanda sial.
“Jika Allah menimpakan kepadamu
kemudaratan maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan bila Da
menghendaki kebaikan bagimu maka tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.”
(Q.S. Yunus: 107)
Tidak boleh juga mempercayai akan
terjadinya suatu peristiwa besar atau akan terjadinya musibah akibat terlihatnya
bintang berekor atau meteor di langit.
Dari ‘Ali bin Husain bahwa ‘Abdullah
bin ‘Abbas r.a. berkata; “Seorang sahabat Nabi s.a.w. dari kalangan Anshar
bercerita kepadaku; bahwa pada suatu malam ketika mereka sedang duduk-duduk
bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba mereka dijatuhi bintang (meteor) yang
bersinar. Maka Rasulullah s.a.w. bertanya kepada mereka: ‘Apa yang kalian
katakan pada masa jahiliyah apabila dijatuhi bintang seperti ini? ‘ Jawab
mereka; ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Dahulu kami berkomentar; ‘Malam
ini telah lahir orang yang besar dan telah meninggal orang yang besar pula.’
Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: ‘Sesungguhnya bintang (meteor) itu tidak jatuh
karena meninggalnya seseorang dan tidak pula karena lahirnya seseorang. Tetapi
Rabb kita, yang nama-Nya penuh berkah dan Maha Tinggi, apabila Dia memutuskan
suatu urusan, maka bertasbihlah pemikul ‘Arasy, kemudian bertasbih pula
penduduk langit setelah mereka, sehingga tasbih mereka terdengar pula oleh
penduduk langit dunia ini. Kemudian orang-orang yang dekat pemikul ‘Arasy
berkata kepada mereka; ‘Apa yang telah difirmankan Rabb kalian? ‘ Lalu mereka
ceritakan apa yang telah difirmankan Allah. Maka penduduk langit yang lainnya
pun saling mencari kabar tersebut sesama mereka, sehingga berita itu sampai
pula kepada penduduk langit dunia ini. Berita itu tertangkap oleh bangsa jin,
lalu dibisikkannya kepada pemimpin-pemimpin mereka, tetapi mereka dilempar
karenanya. Maka apa yang disampaikannya menurut berita yang sebenarnya, itu
benar. Tetapi biasanya mereka bohong dan beritanya mereka tambah-tambah.’
(H.R. Muslim No. 4136)
Pertanda Yang Dibolehkan
Menganggap sial berbeda dengan
memperhatikan pertanda. Sebagian pertanda itu adalah ilmiah dan dibolehkan
mempercayai. Sebagian pertanda lainnya seperti mimpi dan firasat tidak
bisa dibuktikan secara ilmiah namun masih boleh dipercayai asalkan berasal dari
orang muslim yang diyakini keshalihannya.
1. Pertanda
Dari Kondisi Alam
Para pendaki gunung yang
berpengalaman tahu jika mata air di pegunungan mulai beracun atau muncul gas
beracun adalah pertanda gunung tersebut akan meletus. Demikian pula ketika
suatu titik di atmosfir mengalami penurunan tekanan dan suhu 10% di
banding sekelilingnya adalah pertanda akan terjadi badai atau tornado.
Sebagaimana pula rawa-rawa akan mengeluarkan gas metan menjelang badai.
Tanda-tanda musibah atau bencana
dari alam ini adalah sesuatu yang ilmiah dan boleh dipercayai berdasarkan ilmu,
sebagaimana mendung adalah pertanda hujan. Maka mempercayai hal semacam ini
tidaklah termasuk hal yang terlarang.
2. Pertanda
Dari Binatang
Walaupun Rasulullah s.a.w. melarang
mempercayai pertanda sial dari binatang, namun hal ini tidak berlaku untuk
hal-hal yang secara ilmiah telah diketahui faktanya. Beberapa bencana alam
sebenarnya tidak datang secara mendadak melainkan diawali dengan proses.
Misalnya gempa bumi, gunung meletus dan badai, diawali dengan serangkaian
perubahan kondisi alam.
Sebagian binatang seperti anjing,
kucing, tikus dan kuda memiliki kepekaan terhadap suara, getaran dan pergeseran
di dalam tanah. Maka sangat masuk akal jika binatang tsb mampu merasakan
perubahan kondisi alam sementara manusia tidak merasakannya. Anjing, kucing,
tikus dan kuda akan bertingkah laku aneh dan gelisah jika akan ada gempa.
Demikian pula kodok dan beberapa serangga diketahui memiliki kepekaan terhadap
kelembapan, tekanan udara dan perubahan atmosfir sehingga mereka akan dapat
merasakan perubahan alam ketika menjelang datangnya badai. Maka mempercayai
pertanda dari perilaku binatang seperti ini diperbolehkan.
3. Pertanda
Dari Mimpi
Mimpi seorang Nabi adalah sebagian
dari wahyu. Maka mempercayai pertanda dari mimpi itu dibolehkan asalkan mimpi
itu berasal dari muslim yang sholeh/sholehah.
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah
s.a.w. bersabda : “ Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh
enam bagian kenabian Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh
lima bagian kenabian (H.R. Muslim No.4201)
Telah menceritakan kepada kami Ishaq
bin Ibrahim Al Aili telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari
Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma’bad bin ‘Abbas dari
ayahnya dari Ibnu Abbas dia berkata; “Ketika sakit, Rasulullah s.a.w.
membuka tirai jendelanya, sementara barisan orang-orang berada di belakang Abu
Bakar, lalu beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kabar
kenabian (wahyu) telah tiada, kecuali mimpi yang baik yang dimimpikan oleh
seorang muslim atau mimpi yang diperlihatkan kepadanya.” (H.R. Ibnu Majah
3889)
Rasulullah s.a.w. pun pernah
mengijinkan Abu Bakar r.a. mentakwilkan mimpi
Dari Ibnu Abbas ra.: Ia bercerita
bahwa seorang lelaki telah datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata:
“Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat segumpal awan yang
meneteskan minyak samin dan madu. Kemudian aku melihat orang-orang
menengadahkan tangannya pada tetesan tersebut mereka ada yang mendapat banyak
dan ada pula yang hanya mendapat sedikit. Lalu aku melihat seutas tali yang terentang
dari langit sampai ke bumi kemudian melihat engkau memegang tali tersebut lalu
engkau naik ke atas. Kemudian ada seorang lelaki memegang tali tersebut
setelahmu, dan naik ke atas. Ada juga seorang lelaki lain memegang tali
tersebut namun terputus, kemudian setelah disambung lagi, lelaki itu naik ke
atas. Abu Bakar berkata: Wahai Rasulullah! Untuk engkau aku mengorbankan
bapakku dan demi Allah, izinkan aku untuk mentakwil mimpi tersebut. Rasulullah
s.a.w. bersabda: Takwilkanlah! Abu Bakar berkata: Segumpal awan tersebut
berarti awan Islam. Tetesan yang berupa samin dan madu adalah Alquran dari segi
manis dan halusnya. Orang-orang yang menengadahkan tangannya pada tetesan
tersebut berarti orang-orang yang banyak menghayati isi Alquran dan yang hanya
sedikit penghayatannya terhadap Alquran. Adapun seutas tali yang tersambung
dari langit sampai ke bumi adalah kebenaran yang engkau bawa. Engkau memegang
tali tersebut lantas Allah mengangkat engkau dengan tali itu. Kemudian setelah
engkau, ada seorang lelaki yang memegang tali tersebut dan naik ke atas dengan
tali itu. Ada seorang lelaki lain yang memegang tali tersebut dan naik ke atas
dengan tali itu. Dan ada seorang lelaki yang lain lagi memegang tali tersebut,
namun terputus dan setelah disambung lagi baru dia naik ke atas dengan tali
itu. Ceritakan kepadaku, wahai Rasulullah! Untuk engkau aku mengorbankan
bapakku! Menurut engkau, apakah takwilku itu tepat atau tidak? Rasulullah saw.
bersabda: Sebagian yang kamu jelaskan itu ada yang tepat dan sebagian ada yang
salah. (H.R. Muslim No.4214)
Yang menjadi masalah, takwil mimpi
itu tidak pasti dan sebagian dari takwilnya bisa jadi salah. Sebagaimana contoh
Abu Bakar r.a. di atas juga dibolehkan melakukan takwil oleh Rasulullah s.a.w.
namun ternyata takwilnya ada yang benar dan ada yang salah. Maka pertanda dari
mimpi ini tidak bisa menjadi kepastian.
4. Pertanda
Dari Firasat
Waspadalah terhadap firasat seorang
mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah.” (H.R. Tirmidzi dan Ath-Thabrani)
Namun firasat yang dibolehkan di
sini adalah firasat yang benar dan bukan dilandasi oleh kepercayaan atau mitos.
Telah menceritakan kepada kami Abu
Sa’id telah menceritakan kepada kami Za`idah telah menceritakan kepada kami
Simak dari Ikrimah dari Ibnu Abbas; bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak
ada ‘adwa (penyakit menular), tidak ada tathayyur (berfirasat buruk karena
melihat burung atau kejadian tertentu), tidak ada shafar (yang menjadi penyebab
kematian seseorang) dan tidak ada haam (orang yang meninggal itu berubah
menjadi burung).” (H.R. Ahmad No. 2299)
Sebagai contoh 2 tahun sebelum
terjadinya pembantaian muslim Bosnia telah ada ulama yang memiiliki firasat dan
memperingatkan semua orang muslim namun tak ada yang mempercayainya. Demikian
pula sebelum terjadinya peristiwa Ambon ada ulama yang telah memperingatkan hal
ini namun tak ada orang yang mempercayainya. Maka firasat seorang ulama sholeh
adalah benar adanya dan mempercayai firasat orang yang sholeh adalah
dibolehkan.
Kesialan Yang Mungkin Ada
Walaupun telah dijelaskan di atas
bahwa kita tidak boleh mempercayai adanya kesialan karena pertanda burung,
tahayul, tradisi, dan mitos namun tidak berarti kesialan itu selamanya tidak
ada sama sekali. Jika kesialan itu diartikan sebagai selalu tidak beruntung, selalu
gagal, merugi terus atau kemiskinan, maka tak ada sesuatu di dunia ini yang
bersifat terus menerus. Namun jika kesialan itu diartikan bahwa seringkali
mengalami musibah, kerugian, sakit atau hal semacam itu, maka memang bisa saja
terjadi diantaranya disebabkan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu
Sial dan Miskin Akibat Dosa
Kadangkala ketidakberuntungan atau
kesialan itu disebabkan karena dosa yang kita lakukan. Dalam sebuah hadits
dikatakan :
“Perbuatan dosa mengakibatkan
sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa
terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia
menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya” (H.R. Ad-Dailami)
Seseorang bisa disempitkan
rezekinya, mengalami kebangkrutan usaha atau miskin karena dosa dosa yang
dilakukannya. Jika terjadi seperti ini berarti Allah masih menyayanginya karena
ia dijewer agar tidak lupa diri dan kembali ke jalan yang benar.
Tiada sesuatu yang dapat menolak
takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan.
Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang
diperbuatnya. (H.R. Tirmidzi dan Al Hakim)
Justru jika ia bermaksiat terus
namun Allah terus melimpahkan harta dan memberikan kenikmatan dunia, maka itu
pertanda istidraj (dijerumuskan agar semakin larut dalam dosa). Maka kesusah
payahan dan musibah itu sebagai penebus dosa. Maka sepintas lalu hal ini bisa
terasa sebagai kesialan. Namun hal ini akibat dari dosa nya sendiri.
Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada
yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun
hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah. (H.R. Ath-Thabrani)
2. Sial
Karena Durhaka Pada Orang Tua
Salah satu hal yang bisa membuat
Anda kurang beruntung dalam hidup ini adalah apabila durhaka pada orang tua.
Karena doa orang tua terhadap anaknya itu maqbul (dikabulkan Allah)
Tiga macam do’a dikabulkan tanpa
diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a
seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Sehingga apabila orang tua sakit
hati atau sedih akibat perbuatan anaknnya, bisa jadi ia akan mendoakan
keburukan atau mengutuki anaknya, maka jika Allah mengabulkan doa itu, akan
sulitlah hidup anaknya di dunia. Segala urusan menjadi gagal, rezeki sempit dan
perdagangan kurang beruntung.
Dari Anas bin Malik r.a. : Dua
peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk
zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (H.R. Hakim 4/177)
3. Sial
Karena Menzhalimi Orang
Salah satu doa yang dikabulkan
Allaha dalah doa orang yang terzhalimi. Hal ini tidak terbatas pada muslim
saja, melainkan orang non-muslim pun yang terzhalimi akan dikabulkan doanya.
Dari Abu Hurairah r.a. , Telah
berkata Rasulullah s.a.w. , ‘Ada tiga do’a yg dikabulkan oleh Allah SWT
-yang tidak diragukan tentang do’a ini-, yang pertama yaitu do’a kedua orang
tua terhadap anak yang kedua do’a orang yg musafir -yang sedang dalam perjalanan-,
yang ketiga do’a orang yg dizhalimi” (H.R. Bukhari, Abu Dawud, dan
Tirmidzi)
Sehingga apabila seseorang
menzhalimi orang lain dan orang itu mengutuki dan berdoa kepada Allah untuk
membalaskan kezhaliman yang ditimpakan padanya maka orang tersebut bisa ditimpa
kesulitan dan musibah terus menerus dalam hidupnya.
Barangsiapa mendo’akan keburukan
terhadap orang yang menzaliminya maka dia telah memperoleh kemenangan. (H.R. Tirmidzi dan Asysyihaab)
Oleh karena itu hendaklah jangan
mengambil hak orang lain secara zhalim, jangan pula menahan hak orang lain dan
tidak menunaikannya karena hal itu akan mengakibatkan musibah
4. Sial
Karena Memakan Harta Haram
Musibah dan ketidakberkahan juga
bisa datang akibat dari harta yang diperoleh secara tidak wajar dan tak halal.
Minimal akan terjadi ketidak berkahan seperti habis untuk hal-hal yang tidak
manfaat, semakin banyak harta malah anak dan istri semakin tidak taat dan tidak
beriman, keharmonisan rumah tangga hilang dan lain sebagainya. Dan sebagai
puncaknya Allah menghancurkan harta itu dengan kecurian, kebakaran, banjir dan
tanah longsor, sakit-sakitan atau meringkuk di penjara. Harta melimpah namun
tidak dapat menikmati harta tersebut karena hidupnya senantiasa kisruh.
Barangsiapa mengumpulkan harta
dengan tidak sewajarnya (tidak benar) maka Allah akan memusnahkannya dengan air
(banjir) dan tanah (longsor) (H.R.
Al-Baihaqi)
5. Kesialan
Karena Dosa Kolektif
Kadang kala suatu musibah beruntun
dan kesialan terjadi pada sebuah bangsa atau kaum dikarenakan dosa kolektif
kaum tersebut, terutama karena merebaknya kemaksiatan dan kezhaliman sementara
tidak ada yang berani menegur dan memperingatkan kaum nya dan pemimpinnya yang
bermaksiat pada Allah.
Bagaimana kamu apabila dilanda lima
perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak
menimpa kamu atau kamu mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum
sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit
yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak
mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan
karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali.
(3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan
paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. (4) Jika
penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan
menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan
mereka. (5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah
menjadikan permusuhan di antara mereka.
(H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dari Al Qasim bin Muhammad dari
Aisyah r.ah. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Akan terjadi pada akhir
ummat nanti longsor, perubahan bentuk dan angin kencang yang menghempaskan
manusia.” A’isyah r.ah. berkata: “aku bertanya: wahai Rasulullah, apakah
kita akan dibinasakan sementara di antara kami ada orang orang yang shalih”
Beliau menjawab: “Ya, jika kemaksiatan telah meraja lela.” (H.R. Tirmidzi
No. 2111)
Maka hendaklah orang yang melihat
kezhaliman atau melihat seseorang dizhalimi, sedangkan ia memiliki kemampuan
menolong, memiliki kekuasaan untuk berbuat sesuatu dan mengubah keadaan, tidak
berdiam diri saja, melainkan segera melakukan perubahan agar tidak ditimpa
musibah dan kesialan.
Aku akan membalas terhadap
orang yang melihat seorang yang dizalimi sedang dia mampu menolongnya tetapi
tidak menolongnya.” (H.R. Ahmad)
Maka boleh dikatakan musibah dan
adzab Allah akan menimpa bangsa atau kaum itu jika tidak ada orang yang
melakukan nahi munkar atau mencegak kezhaliman.
Bila orang-orang melihat seorang
yang zalim tapi mereka tidak mencegahnya dikhawatirkan Allah akan menimpakan
hukuman terhadap mereka semua. (H.R.
Abu Dawud)
6. Sial
Karena Rumah Yang Buruk
Telah menceritakan kepadaku Malik
dari Yahya bin Sa’id berkata; “Seorang wanita datang kepada Rasulullah s.a.w.
dan berkata; ‘Wahai Rasulullah, kami tinggal di sebuah rumah, jumlahnya
(penghuninya) banyak, dan harta melimpah. Kemudian jumlahnya (penghuninya
menjadi) berkurang dan hartapun habis, ‘ Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Biarkanlah rumah itu terhina.” (H.R. Imam Malik dalam Muwatha’ No. 1539)
Dari Abdullah bin Umar ra. : Bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda: Kesialan itu ada pada rumah, pada perempuan dan
pada kuda (kendaraan). (H.R. Muslim No.4127)
Kadang kala rumah yang tidak sehat
bisa membuat penghuninya sakit-sakitan, dan rancangan rumah yang buruk,
sirkulasi udara tidak lancar, sinar matahari tidak masuk serta lembab akan
membuat penghuninya stress sehingga tidak nyaman bekerja dan perdagangannya
tidak berhasil. Dalam batasan tertentu kepercayaan bangsa cina tentang Feng
Shui (keberuntungan dari bentuk dan tata letak rumah) bisa dibuktikan secara
ilmiah. Namun lebih banyak kepercayaan Feng Shui yang tidak berdasar seperti
dikaitkan dengan shio (semacam zodiak cina) atau bilangan tertentu (seperti
jumlah anak tangga yang membuat sial). Maka meyakini hal ini membawa kesialan
adalah terlarang.
Kadang kala yang dimaksud rumah itu
tidak baik adalah karena rumah tersebut membawa kemurungan dan kenangan pahit.
Misalnya orang tua atau istri atau anak meninggal di rumah tersebut. Jika
akibat kenangan kesedihan itu kemudian menyebabkan penghuninya senantiasa
dirundung sedih dan tidak bersemangat hidup, maka ada baiknya pindah rumah.
Ibnu Qutaibah berkata bahwa bila
terdapat kesialan sebuah rumah, maka sebaiknya pindah rumah. (Ta‘wil
Mukhtalifil Hadits hlm. 99)
7. Istri
Yang Buruk dan Kendaraan Yang Buruk
Dalam banyak hadits diriwayatkan
sabda Rasulullah s.a.w. yang menyatakan kesialan itu ada pada wanita dan kuda.
Dari ‘Umar bin Muhammad bin Zaid
bahwa dia mendengar Bapaknya bercerita; dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi s.a.w.
beliau bersabda: “Seandainya pengaruh jahat (kecelakaan atau kesialan)
benar, maka kadang terjadi pada pada kuda, dalam diri wanita dan dalam rumah
tangga.” (H.R. Muslim No. 4129)
Dari Sahal bin Saad ra. dia berkata
: Rasulullah saw. bersabda: Kalau memang kesialan itu ada, maka ia ada pada
perempuan, pada kuda (kendaraan) dan pada tempat tinggal. (H.R. Muslim
No.4131)
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya dia berkata; Aku membaca atas Malik dari Ibnu Syihab dari Hamzah dan
Salim Ibnu ‘Abdullah bin ‘Umar dari ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda: Terkadang pengaruh jahat (kecelakaan atau kesialan) itu
terdapat pada tiga perkara: “Di dalam rumah tangga, dalam diri wanita, dan pada
kuda.” (H.R. Muslim No. 4127)
Namun hadits tentang ucapan
Rasulullah s.a.w. tentang kesialan terhadap rumah, wanita dan kuda ini dibantah
oleh Aisyah r.ah.
Telah menceritakan kepada kami Bahz
telah menceritakan kepada kami Hammam telah mengabarkan kepada kami Qatadah
dari Abi Hassan bahwasanya ada seorang lelaki yang berkata kepada Aisyah, Abu
Hurairah r.a. pernah bercerita bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kalaulah
kesialan itu ada, maka terdapat pada wanita, rumah, atau binatang tunggangan.”
Serta merta Aisyah sangat marah hingga sebagian pakaiannya robek dan menghambur
ke udara dan sebagian lain ke tanah. Lalu (Aisyah) Berkata; “Hanyalah
orang-orang jahliyah yang merasa sial dengan hal itu.” (H.R. Ahmad No.
24013)
Sebagaimana kita ketahui bahwa
Aisyah r.ah. termasuk istri Rasulullah s.a.w yang paling cerdas pengetahuan
agamanya dan sering meluruskan periwayatan hadits yang salah dan sering menjadi
rujukan para sahabat dalam memahami maksud dari suatu ayat atau hadits
Rasulullah s.a.w. Dan tidak jarang Aisyarh r.ah. berbeda pendapat atau
meluruskan pandangan para sahabat.
Sebagian ulama sepakat dengan Aisyah
r.a. bahwa hadits-hadits mengenai kesialan wanita kuda dan rumah itu dimansukh
(dibatalkan atau dihapus) dengan hadits-hadits yang melarang thiyarah (merasa
sial) secara umum. (Lihat At-Tamhid 9/290 oleh Ibnu Abdil Barr)
Sebagian ulama ada yang menolak
dengan menjelaskan bahwa hadits tersebut diawali dengan kata “seandainya
kesialan itu ada atau kalaupun kesialan itu memang ada”. Artinya apa yang
diungkapkan Rasulullah s.a.w. itu hanyalah pengandaian saja yang pada
kenyataannya tidak ada. (Syarh Ma’anil Atsar 4/314 oleh Ath-Thohawi, Tahdzibul
Atsar 1/31 Ath-Thobari, At-Tamhid 9/283 oleh Ibnu Abdil Barr, Al-Ijabah li
Irodi Mastadrokathu Aisyah ’ala Shohabah hlm. 128 oleh az-Zarkasyi)
Sebagian ulama ada menjelaskan bahwa
yang dimaksud adalah dengan kesialan pada wanita adalah jika istri yang
berperangai buruk sehingga menjengkelkan suaminya akan membawa situasi yang
kisruh dan suami hatinya tidak tenang, otaknya tidak bisa fokus mencarai nafkah
sehingga akan membawa kesialan.
Demikian pula kuda yang lambat dan
tidak sehat akan menyebabkan terhambatnya pekerjaan tuannya. Pada konteks masa
kini, kuda bisa berarti kendaraan. Jika kendaraan yang kita miliki
rusak-rusakan terus, tentu ini akan merepotkan dan menyebabkan pekerjaan
menjadi terganggu.
8. Sial
Karena Tidak Bershodaqoh dan Berzakat
Salah satu sebab timbulnya musibah
dan musnahnya harta atau ketidak beruntungan dalam perniagaan adalah karena
kurang shodaqoh dan tidak menunaikan zakat. Maka Allah akan menarik paksa harta
itu dari tangan kita dengan menimpakan berbagai kesialan dan musibah.
Tiada suatu kaum menolak
mengeluarkan zakat melainkan Allah menimpa mereka dengan paceklik (kemarau
panjang dan kegagalan panen).
(HR. Ath-Thabrani)
Maka orang yang tidak menahan
hartanya dan tidak mau membelanjakan hartanya akan ditimpa musibah, dan Allah
akan memaksa mengambil hartanya dengan caraNya sendiri.
Tiap menjelang pagi hari dua malaikat
turun. Yang satu berdoa: “Ya Allah, karuniakanlah bagi orang yang menginfakkan
hartanya tambahan peninggalan.” Malaikat yang satu lagi berdoa: “Ya Allah,
timpakan kerusakan (kemusnahan) bagi harta yang ditahan (dibakhilkannya).” (H.R. Mutafaq’alaih)
9. Gangguan
Jin
Jin bisa merekayasa sesuatu sehingga
membuat perdagangan kita merugi terus. Salah satu nya adalah melalui sihir yang
dilancarkan oleh dukun dan tukang santet. Iblish dan kaki tangannya merekayasa
situasi menjadi tidak kondusif, timbul percekcokan, ketidaknyamanan sehingga
segala pekerjaan menjadi tidak sukses.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu (Q.S. Al-Maa’idah [5] : 91)
Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia (Q.S. Al-Israa’ [17] : 53)
Sihir dari jin memang dapat
menimbulkan bencana dan musibah dalam kehidupan manusia. Karena jin bisa
menyebabkan perceraian dan kemandulan.
Mereka mempelajari dari kedua
malaikat itu apa yang dengan sihir itu dapat memisahkan suami dari istrinya,
mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya itu kecuali
dengan izin Allah (Q.S. Al-Baqarah [2] :102)
Saya tidak membiarkan anak Adam
sampai menceraikan istrinya, lalu Iblish mendekat dan memujinya : Bagus sekali.
(H.R. Muslim dan Ahmad, shahih
menurut Imam Suyuthi)
telah dikatakan kepada mereka
‘sesungguhnya orang-orang Yahudi telah menyihir kalian, sehingga kalian tidak
akan memiliki anak’.” (H.R.
Bukhari No. 5047)
No comments:
Post a Comment