M.Rakib,S.H.,M.Ag.RIAU 2014
Demi Allah, jika nanti dia mencuri
di gudangmu lagi, maka bukan tangannya yang akan ku potong tapi tangan mu-lah
yang akan kupotong atas kekikiranmu kepada tetanggamu…
Catatan dari majelis Habib Riziq
Sihab (FPI)
Selasa, 18 Agustus 2009, Ba’da Isya
di Masjid Hidayatusholihin ¾ Ulu Palembang
Pada suatu waktu ada seorang yang mengadu kepada khalifah Umar bin Khotob bahwa dia telah kecurian.
Korban : “Wahai khalifah sesungguhnya aku telah kecurian barangku !”
Umar : “Benar engkau telah kecurian ?”
Korban : “Benar khalifah”
Umar : “Kau tahu siapa pencurinya ?”
Korban : “Tahu khalifah”
Umar : “Siapa dia?”
Korban : “Dia bukan orang jauh, dia tetanggaku sendiri”
Umar : “Kau punya bukti ? kau punya saksi ?”
Korban : “Hamba punya bukti dan saksi wahai khalifah”
Umar : “Baiklah, Kalau begitu panggil dia”
Lalu dipanggilah si pencuri tadi ke hadapan Khalifah Umar bin Khotob
Umar : “Engkau mengenal dia ?” Tanya umar kepada si pencuri
Pencuri : “Ya, Aku mengenal dia wahai khalifah”
Umar : “Siapa dia ?”
Pencuri : “Dia tetanggaku”
Umar : “Bagus. Dia mengadu kepada ku bahwa barang miliknya telah dicuri. Benar engkau telah mencuri barang miliknya ?”
Pencuri : “Benar khalifah”
Umar : “Hmmm…Kau tahu itu perbuatan itu salah ?”
Pencuri : “Ya hamba tahu itu salah wahai khalifah”
Umar : “Kau tahu mencuri itu hukumannya berat apalagi yang kau curi itu tetanggamu sendiri ?”
Pencuri : “Hamba tahu khalifah”
Umar : “Kau tahu hukuman bagi pencuri? Tanganmu akan dipotong”
Pencuri : “Hamba tahu khalifah”
Umar : “Dari pembicaraab kita ini, sepertinya engkau ini orang yang baik, engkau jujur, engkau jawab semua pertanyaan ku dengan jujur. Lalu kenapa engkau mencuri?”
Dengan tertunduk malu sipencuri itu menjelaskan kepada umar
Pencuri : “Hamba malu ya khalifah menjawab ini, tapi akan hamba katakan dengan jujur kenapa hamba mncuri di rumahnya. Hamba ini seorang yang misksin, sebenarnya hamba mencuri karena hamba dan keluraga hamba sudah tidak makan selama 3 hari. Hamba mempunya istri, beberapa orang anak, bahkan hamba mempunyai seorang bayi. Bayi hamba selalu menangis karena tiga hari ini dia tidak menyusu kepada ibunya karena susu ibunya kering karena tidak ada asupan makanan untuk mendapatkan air susu untuk bayi hamba. Hamba tidak tahan melihat anak bayi hamba menangis terus, hamba sudah meminta pekerjaan kepada orang-orang tapi tidak diberi pekerjaan, hamba sudah mohon bantuan ke sekeliling kampung tapi tidak ada yang membantu bahkan hamba memohon hutang pun mereka tidak ada yang membantu, hamba kasihan dengan keluarga hamba ya khalifah, dengan si bayi khalifah, hamba tidak tahan lagi. Hamba selalu memohon bantuan kepada mereka namun tidak ada yang bersedia membantu. Maka pda malam ke-empat hamba masuk ke gudangnya dan mencuri makanan dari gudangnya dan hamba beri kepada istri dan anak-anak hamba, bahagialah mereka, dan bayi hamba pun dapat meminum susu ibunya kembali.
Lalu khalifah umar pun menangis mendengar cerita ini. Dan setelah itu khalifah umar berkata dengan lantang kepada si korban pencurian tadi
Umar : “Wahai engkau, pihak korban pencurian, benarkah engkau tidak memberi bantuan kepadanya (lantang umar kepada si korban tadi). Demi Allah, jika nanti dia mencuri di gudangmu lagi, maka bukan tangannya yang akan ku potong tapi tangan mu-lah yang akan kupotong atas kekikiranmu kepada tetanggamu.
Selasa, 18 Agustus 2009, Ba’da Isya
di Masjid Hidayatusholihin ¾ Ulu Palembang
Pada suatu waktu ada seorang yang mengadu kepada khalifah Umar bin Khotob bahwa dia telah kecurian.
Korban : “Wahai khalifah sesungguhnya aku telah kecurian barangku !”
Umar : “Benar engkau telah kecurian ?”
Korban : “Benar khalifah”
Umar : “Kau tahu siapa pencurinya ?”
Korban : “Tahu khalifah”
Umar : “Siapa dia?”
Korban : “Dia bukan orang jauh, dia tetanggaku sendiri”
Umar : “Kau punya bukti ? kau punya saksi ?”
Korban : “Hamba punya bukti dan saksi wahai khalifah”
Umar : “Baiklah, Kalau begitu panggil dia”
Lalu dipanggilah si pencuri tadi ke hadapan Khalifah Umar bin Khotob
Umar : “Engkau mengenal dia ?” Tanya umar kepada si pencuri
Pencuri : “Ya, Aku mengenal dia wahai khalifah”
Umar : “Siapa dia ?”
Pencuri : “Dia tetanggaku”
Umar : “Bagus. Dia mengadu kepada ku bahwa barang miliknya telah dicuri. Benar engkau telah mencuri barang miliknya ?”
Pencuri : “Benar khalifah”
Umar : “Hmmm…Kau tahu itu perbuatan itu salah ?”
Pencuri : “Ya hamba tahu itu salah wahai khalifah”
Umar : “Kau tahu mencuri itu hukumannya berat apalagi yang kau curi itu tetanggamu sendiri ?”
Pencuri : “Hamba tahu khalifah”
Umar : “Kau tahu hukuman bagi pencuri? Tanganmu akan dipotong”
Pencuri : “Hamba tahu khalifah”
Umar : “Dari pembicaraab kita ini, sepertinya engkau ini orang yang baik, engkau jujur, engkau jawab semua pertanyaan ku dengan jujur. Lalu kenapa engkau mencuri?”
Dengan tertunduk malu sipencuri itu menjelaskan kepada umar
Pencuri : “Hamba malu ya khalifah menjawab ini, tapi akan hamba katakan dengan jujur kenapa hamba mncuri di rumahnya. Hamba ini seorang yang misksin, sebenarnya hamba mencuri karena hamba dan keluraga hamba sudah tidak makan selama 3 hari. Hamba mempunya istri, beberapa orang anak, bahkan hamba mempunyai seorang bayi. Bayi hamba selalu menangis karena tiga hari ini dia tidak menyusu kepada ibunya karena susu ibunya kering karena tidak ada asupan makanan untuk mendapatkan air susu untuk bayi hamba. Hamba tidak tahan melihat anak bayi hamba menangis terus, hamba sudah meminta pekerjaan kepada orang-orang tapi tidak diberi pekerjaan, hamba sudah mohon bantuan ke sekeliling kampung tapi tidak ada yang membantu bahkan hamba memohon hutang pun mereka tidak ada yang membantu, hamba kasihan dengan keluarga hamba ya khalifah, dengan si bayi khalifah, hamba tidak tahan lagi. Hamba selalu memohon bantuan kepada mereka namun tidak ada yang bersedia membantu. Maka pda malam ke-empat hamba masuk ke gudangnya dan mencuri makanan dari gudangnya dan hamba beri kepada istri dan anak-anak hamba, bahagialah mereka, dan bayi hamba pun dapat meminum susu ibunya kembali.
Lalu khalifah umar pun menangis mendengar cerita ini. Dan setelah itu khalifah umar berkata dengan lantang kepada si korban pencurian tadi
Umar : “Wahai engkau, pihak korban pencurian, benarkah engkau tidak memberi bantuan kepadanya (lantang umar kepada si korban tadi). Demi Allah, jika nanti dia mencuri di gudangmu lagi, maka bukan tangannya yang akan ku potong tapi tangan mu-lah yang akan kupotong atas kekikiranmu kepada tetanggamu.
Posted by Ferry Gustiawan at 08.18
Reactions:
|
No comments:
Post a Comment