Mayat Menempel di Kubah Masjid Nabawi Madinah
Dikutip oleh Drs.H.M.Rakib,S.H.,M.Ag
DAN AFRIZAL TANI
WIDYAISWARA LPMP RIAU. 2014
Informasi tentang adanya sesosok
mayat di atas kubah hijau Masjid Nabawi yang saya tulis di Harian Waspada
(Mimbar Jumat 17 Desember 2010), mendapat bantahan dari Saudara Arifin Sakti
pada 7 Januari 2011 di Harian Waspada yang intinya tidak membenarkan
peristiwa itu terjadi. Bantahan beliau diperkuat oleh persaksian dua orang
gurunya yang sudah lama belajar di Madinah dan seorang gurunya lagi yang
setiap tahun datang ke Madinah tidak pernah melihat sesosok mayat di atas
kubah hijau Masjid Nabawi.Sebuah informasi atau khabariah di dalam
ilmu Balaghah bolah saja dipercaya dan boleh juga ditolak, apalagi informasi
tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah ibadah,
terlebih-lebih dalam persoalan akidah. Kejadian itu bukan hanya sekadar
informasi yang membuat kita terkesima mendengarnya, bahkan lebih dari itu,
merupakan fakta yang tidak dapat dibantah dan selama ini terkesan
ditutup-tutupi oleh paham tertentu yang berkepentingan untuk melanggengkan
dan mempromosikan alirannya.
Pada mulanya saya hanya sekadar
melihat-lihat ke arah kubah hijau Masjid Nabawi, sambil merenung mengapa
harus ada dua kubah berdekatan di atas mihrab raudah dan bekas rumah
Nabi Muhammad Saw, dan di bawah kubah hijau Masjid Nabawi adalah kuburan
Rasulullah Saw dan dua orang sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab ra.
Setelah memandang lebih fokus lagi ke arah puncak kubah hijau tersebut,
terlihat oleh saya seperti bongkahan, sehingga kelihatan kubah itu seperti
tidak rata karena ada sesuatu di atasnya. Jika diperhatikan secara seksama,
semakin jelas ada sesuatu yang menempel di atas kubah tersebut dan sudah
menyatu warnanya dengan warna kubah.Kecurigaan saya menjadi-jadi disebabkan
ada salah seorang jamaah saya dari Singapura mengatakan, mungkin bongkahan
itu adalah mayat manusia yang bermaksud untuk menghancurkan kubah hijau
tersebut.
Pada mulanya saya tidak percaya
dengan ucapan salah seorang jamaah saya itu, saya beranggapan dia hanya berlekakar.
Oleh sebab itu saya tidak menimpali pembicaraannya.Setelah saya pulang ke
penginapan Hotel Movinpick (di sebelah sudut kanan belakang Masjid nabawi),
saya teringat untuk membuka internet sambil melihat-lihat perkembangan
informasi di tanah air. Secara kebetulan, dengan membuka jendela Google,
tanpa susah payah, saya mengetik “Ada mayat di atas kubah Masjid Nabawi”
tampil kubah hijau dan di atasnya terlihat amat jelas sesosok mayat yang
ditutupi dengan sesuatu yang dicat dengan warna hijau, dan tanpa ada niat
untuk menimbulkan sensasi, saya pelajari komentar-komentar yang tertulis di
samping gambar tersebut, baik dalam berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia,
dan menjadi bahan ceramah di hadapan jamaah saya asal Singapura yang
bergabung dengan Travel Hahnemann. Tidak sekadar ceramah, saya bawa semua
jamaah untuk menyaksikan langsung dari halaman Masjid Nabawi.Persoalannya,
bukan sekadar sesosok mayat atau apakah benar atau tidak peristiwa tersebut?
Terlalu naif menghabiskan waktu soal itu.
Di balik peristiwa itu ada skandal
besar yang ditutup-tutupi yaitu upaya memindahkan jasad Rasul Saw, Abu Bakar
dan Umar dari tempatnya. Paling tidak dipisahkan kuburan Nabi Saw dan dua
orang sahabatnya dari Masjid Nabawi, dengan cara menggusur kubah hijau
tersebut, sehingga tidak terlihat menyatu antara kuburan dan raudah, yang
mana pada mulanya kuburan tersebut adalah kamar Aisyah isteri Nabi Saw dan
rumah Rasul Saw karena kesalahan kerajaan Islam terdahulu maka kuburan
tersebut termasuk bagian dari masjid.Memang benar ada Hadis Nabi Saw yang
melarang menjadikan kuburan para Nabi sebagai masjid. Diriwayatkan dari ibnu
Abbad ra bahwa Rasul Saw bersabda: Allah Swt melaknat orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid. (lihat
Fathul Bari Juz I hal 634 hadis no.436)
Ibnu Hajar menjelaskan makna Hadis
di atas adalah larangan untuk mengagungkan dan membesarkan kuburan, bukan
larangan membuat masjid di dekat kuburan atau kuburan berada di dalam masjid.
Di manapun letaknya, kuburan tetap tidak dibolehkan untuk dibesarkan seperti
orang menghormati masjid. Sama halnya kuburan Nabi Saw yang berada di dalam
masjid orang datang ke kuburan beliau tidak bermaksud untuk memuja-muja
kuburannya, akan tetapi sekadar untuk berziarah karena Nabi bersabda:
Siapa-siapa menziarahiku setelah aku wafat sama seperti menziarahiku semasa
aku hidup. (al-hadis)
Lebih
tegas lagi larangan tersebut dipahami sebagai larangan untuk memberhalakan
kuburan. Dengan kata lain, bukan larangan keberadaan kuburan di dalam masjid,
adalah kutukan Allah kepada orang Nasrani karena mereka menjadikan kuburan
para Nabi mereka. Padahal sejarah menjelaskan bahwa orang-orang Nasrani tidak
memiliki kuburan Nabi mereka yaitu Nabi Isa as. Itu artinya larangan atau
kutukan Allah terhadap orang Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan sebagai
masjid tidak dapat dipahami secara harfiah. Bukanlah bangunannya yang
mesti dirobohkan, bukan kuburannya yang mesti diratakan, akan tetapi
robohkanlah khurafat yang ada di dalam hati manusia.
Di sinilah kesalahan ulama besar
Muhammad bin Abdul Wahab (1703 m – 1787 m) dalam memberantas khurafat
yang terjadi di Makkah dan Madinah. Sampai-sampai kuburan Nabi pun jika perlu
dipindahkan dan kubah yang menaunginya dihancurkan. Allah Swt menunjukkan
kekuasaan-Nya dengan “menembak mati” orang yang diberi upah untuk merobohkan
kubah hijau Masjid Nabawi dengan sambaran kilat, sehingga tidak ada satu
orang pun yang mampu menurunkan mayatnya hingga sekarang. Walaupun peristiwa
sudah berlalu 90 tahun, namun Allah Swt tetap memperlihatkan yang benar itu
benar dan yang salah itu salah (kisah ini diceritakan oleh Syekh Azzubaidi,
ahli sejarah di Madinah Al-Munawwarah).
Meratakan kuburan sehingga
menghilangkan sejarah, dan tidak dapat dibedakan kuburan para sahabat yang
senior dan yunior antara isteri-isteri Nabi dan para wanita-wanita isteri
para sahabat, bukanlah satu-satunya cara untuk memberantas khurafat.
Nabi Isa as. tidak ada kuburannya mengapa dikhurafatkan, disembah oleh
orang-orang Nasrani? Benarkah Syekh Muhammadf bin Abdul Wahab dan Ibnu
Taimiyah sangat berjasa dalam memerangi khurafat, seperti yang diidolakan
oleh Saudara Arifin Sakti Siregar? Wallahua’lam bil ash-shawab
Sumber :
Penulis adalah Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin
Batubara, Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan
|
Selain Masjid Nabawi,
tempat bersejarah dan penuh berkah lainnya di kota Madinah adalah kompleks
pemakaman Baqi. Di tempat itulah dimakamkan para imam ahlulbait, keluarga nabi,
dan juga para sahabat termasuk kalangan syuhada. Dahulu, tempat tersebut cukup
rapi dengan bangunan dan kubah tempat orang berkumpul untuk berziarah. Sampai
akhirnya, kelompok Wahabi menguasai Jazirah
Arab.
Secara bertahap dan dengan alasan
yang rapuh, pada hari Rabu 8 Syawal 1345 H bertepatan dengan 21 April 1925,
pemakaman Baqi dihancurkan secara total oleh Raja Abdul Aziz dari Arab Saudi.
Pada tahun yang sama, ia juga menghancurkan makam manusia suci di Jannatul
Mualla (Mekkah) di mana ibunda Nabi Muhammad (Siti Aminah as.), istri Nabi, kakek dan
leluhur Nabi dikuburkan. (Baca: Makam Keluarga dan Sahabat
Nabi Dihancurkan).
Pemakaman Baqi tahun 1903
Ada satu bangunan berkubah yang
belum dihancurkan: Kubah Hijau Nabi. Ada sebuah kisah tentang usaha
penghancuran kubah Masjid Nabawi yang layak diambil hikmahnya. Inilah sebuah
mukjizat yang telah terjadi sekitar 90 tahun yang lalu yang disampaikan oleh
Syekh az-Zubaidi, yang disebut sebagai ahli sejarah Madinah.
Seseorang berusaha untuk
menghancurkan Kubah Masjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Nabi
Muhammad saw. Namun, ketika orang itu memanjat kubah dan memulai
menghancurkannya, tiba-tiba sebuah kilat menyambarnya dan ia tewas seketika.
Tidak ada seorangpun yang mampu memindahkan mayat tersebut dari atas kubah.
Dikisahkan pula, ada orang saleh
dari Madinah yang dalam mimpinya mendengar sebuah suara yang mengatakan bahwa
tidak ada seorangpun yang bisa mengangkat mayat tersebut dari kubah. Hal itu
sebagai sebuah peringatan dan pelajaran bagi mereka yang berpikir dan berusaha
untuk menghancurkannya di masa mendatang. Akhirnya, mayat tersebut tetap berada
di atas kubah dan ditutupi dengan kotak hijau agar tidak terlihat oleh
orang-orang. Wallahualam
Share
this:
No comments:
Post a Comment