PORNOGRAFI OLEH WIDYAISWARA
DIGUNAKAN UNTUK BERSANDIWARA
MELANGGAR MORAL, TIDAK TERASA
BERBUAT KAMSIAT, DIBENCI ALLAH.
(Drs.H.M.Rakib, S.H.,M.Ag)
Jauhi humor porno.., terutama bagi guru=guru yang akan berhadapan dengan anak remaja. Beberapa faktor yang dapat menurunkan moral di kalangan para remaja.
- Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga.
Orang
tua dan guru, adalah tokoh percontohan
oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal
keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru
yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
- Pengaruh lingkungan yang tidak baik. Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
- Tekanan psikologi yang dialami remaja. Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
- Gagal dalam studi/pendidikan. Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
- Peranan Media Massa. Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
- Perkembangan teknologi modern. Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
Tinjauan Teori Moral mengenai
Pengaruh Video Porno Terhadap Perkembangan Moral Remaja
Melihat gencarnya media masa dalam
menampilkan tayangan video porno ariel dan cut tari dan respon masyarakat yang
sedemikian luar biasa, seolah-olah Ariel Peterpan dan lahan-lahan tidur
garapannya itulah sumber utama masalah moralitas di negara ini, seolah-olah
Ariel-lah sosok yang paling bersalah dalam permasalahan moralitas generasi muda
di negara ini, seolah-olah gara-gara Ariel lah moralitas anak muda negeri ini
yang sebelumnya begitu putih dan suci menjadi terkontaminasi.
Jika masyarakat mau jujur dan
sedikit membuka mata, mereka akan menyaksikan sendiri jauh sebelum video Ariel
ini beredar moralitas generasi muda di negara ini (dilihat dari perilaku
seksual) kalau itu dikaitkan dengan standar moralitas baku yang berlaku dalam
agama yang dipahami dengan penafsiran standar sebenarnya moralitas orang
Indonesia ini sudah rusak sejak lama.
Sebelum Ariel, Cut Tari dan Luna
Maya lahir pun dulu sudah marak cerita tentang mahasiswa yang hobi kumpul kebo
di Jogja. Mahasiswa-mahasiswa yang kos di Banda Aceh juga sudah sejak lama
terbiasa dengan kehidupan seksual yang bebas seperti ini. Soal video juga
demikian, sejak VCD dan Internet belum ada, orang-orang di negara ini sudah
begitu terbiasa dengan video semacam itu.
Di Banda Aceh misalnya, di tahun
80-an dan 90-an, sudah jadi rahasia umum kalau warung-warung kopi di rel
(sebutan untuk bekas stasiun kereta api) yang terletak tepat berhadapan dengan
Mesjid Raya Baiturrahman, biasa memutar film-film penggugah syahwat semacam ini
untuk menarik pelanggannya. Di Lhokseumawe juga ada beberapa warung kopi yang
biasa memutar film yang sama.
Jadi masalah moralitas semacam ini
sebenarnya adalah masalah lama yang orang-orang pura-pura tidak tau saja, lalu
bergaya sok kaget waktu terjadi kejadian seperti yang dialami Ariel, Cut Tari
dan Luna Maya. Ketika teknologi semakin canggih, google demikian mudah
membimbing orang yang berniat menonton adegan seperti itu untuk mendapatkan
yang diinginkan, orang-orang di negeri ini pun jadi akrab dengan video semacam
itu dengan pemeran utama dari dalam dan luar negeri, salah satu yang paling
fenomenal adalah fenomena Miyabi alias Maria Ozawa. Yang menarik, kasus Ariel
dan lahan tidur garapannya ini kemudian membangkitkan kembali semangat para
pendukung UU Anti Pornografi dan Pornoaksi untuk memaksa diberlakukannya
undang-undang tersebut (Win Wan Nur , Ariel, Luna, Cut Tari dan Urgensi UU
Pornografi)
Ditinjau dari sudut pandang teori
moral, Video porno yang dilakukan ariel dan cut tari mempunyai dampak tidak
langsung bagi perkembangan moral remaja. Pada tingkat pra konvensional tahap
2 yaitu orientasi relativis-instrumental, ukuran baik buruk bagi
remaja didasarkan pada pengetahuan yang ia peroleh mengenai baik dan buruk.
Mereka mulai mempertanyakan sebab akibat. Pada tahap ini remaja akan
cenderung memaknai simbo-simbol dan keteladanan dari figur yang menarik bagi
remaja.
Dengan kemajuan teknologi internet,
video porno yang saat ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan sangat mudah
untuk diakses, khususnya oleh kaum remaja yang memang sedang getol-getolnya
berkubang di dalam dunia maya. Mungkin bagi mereka yang sudah menikah, kasus
video porno ini dianggap hal yang biasa, tidak ada apa-apanya atau terlalu
dibesar-besarkan. Tetapi, bagi para remaja yang baru berusia belasan tahun yang
masih dalam proses mencari jati diri, hal ini bisa memberikan efek dan pengaruh
yang sangat dalam dan berkesan, apalagi kalau pemainnya benar-benar adalah public
figure yang menjadi role model bagi mereka. Apakah ada perbedaan?
Sudah jelas sangat berbeda. Kalau pelajar SMP/SMA/mahasiswa yang buat video
“esek-esek”, orang tidak terlalu peduli. Paling dikatakan,”ah, itu anak yang
tidak benar.” Dan tidak banyak orang yang akan meniru ataupun mencontoh perbuatan
itu. Sebaliknya, kalau tokoh dalam video porno adalah artis ataupun pemain band
yang menjadi idola dan trend setter, tentu pengaruhnya akan sangat besar
bagi remaja yang mengidolakannya.
Dalam dunia psikologi, ada istilah (cognitive)
imitation, yang artinya mengobservasi dan meng-copy apa yang
dilakukan oleh role model. Contoh yang paling gampang adalah ketika
rambut “segi empat” diperkenalkan oleh Demi Moore, hampir seluruh wanita di
dunia meniru model rambut tersebut. Coba kalau yang mengenalkan model rambut
gituan adalah seorang anak SMA yang tidak dikenal, apakah dunia akan meng-copy
model rambut tersebut? bahkan mungkin akan jadi bahan olok-olokan satu kelas.
Hal yang sama juga berlaku dalam
kasus video porno mirip Ariel-Luna-Tari. Ketiga tokoh ini adalah role model
dan menjadi panutan bagi penggemarnya, khususnya kaum remaja. Model pakaian
apapun yang dipakai, jenis bahasa apapun yang digunakan bahkan
kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan oleh mereka, bisa menjadi satu trend
dan ditiru oleh para penggemarnya. kalau pemeran dalam video itu benar-benar
adalah Ariel, Luna dan Cut Tari, Bukan hal yang mustahil perbuatan itu akan
menjadi trend di kalangan anak remaja.
Jadi masalah video porno yang
dilakukan public figure tersebut kemudian dijadikan sebagai model bagi
generasi muda. keteladanan dari public figur itulah yang kemudian ditiru
oleh para remaja yang memang mempunyai sifat meniru dan keingin tahuan yang
tinggi.
HUMOR PORNO UNTUK MENGHILANGKAN MENGANTUK
No comments:
Post a Comment