BID’AH DHOLALAH DI BIDANG EKONMI
Renungan
Dr,H.M.Rakib Jamari, Pekanbaru Riau Indonesia
HP 0823 9038 1888
Rakyat kecil, terjepit,
Yang makin jaya si mata supit.
Pedagang lemah, kian mejerit,
Hutang akan terus, melolit.
Idomaret dan Afamart, masuk pelosok,
Yang bermodal kecil, akan terperosok,
Bersaing tidak akan, pulang pokok.
Pemodal lemah, pasti akan terseok-seok.
Hai umat Islam, kuasailah perdagangan,
Syarikat Dagang Islam, pernah berikan pedoman.
Sembilan dari 10 rezeki, ada di perniagaan.
Rebutlah ini, dengan sepenuh perhatian
Jangan hanya sibuk saling, membid’ahkan.
Kini PKI sudah mulai pula, mencari jalan
Bersatulah kita, jangan bertindak berlebihan.
Tenaga kerja asing, sudah mencuri kesempatan
Datang dari Tiongkok Selatan.
Tertusuk duri mungkin masih dapat kutahan, tapi kini kini
sakitnya tuh, di sini, di persolan pendidikan ekonomi tanpa memperkuat daya
saing, daya saing global ini berdasarkan tiga indikator, yakni penilaian
tentang lingkungan ekonomi makro, kelembagaan pemerintah, dan kemajuan
teknologi.
Lembaga WEF
menganggap ketiga indikator tersebut sebagai faktor di balik kemajuan sebuah
negara dan sekaligus dianggap bisa menjelaskan mengapa suatu negara tertinggal
dari negara lain.
Jika dirinci
lebih jauh, lingkungan ekonomi makro menyangkut stabilitas makroekonomi, sistem
perbankan, defisit anggaran pemerintah dan posisi utang negara.
Dari penilaian
WEF, ternyata posisi Indonesia membaik tiga peringkat, yakni ke-69, dibanding
tahun lalu yang berada di posisi 72. Namun, Indonesia masih kalah jauh dari
sejumlah negara di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hong Kong, dan Korea
Selatan.
Bahkan, Indonesia
juga tertinggal dari Malaysia yang menduduki peringkat ke-31, Thailand (34),
China (46), dan India (55). Posisi Indonesia hanya unggul dari Sri Lanka (73),
Filipina (76), Bangladesh (102) atau negara-negara Afrika yang berada di
peringkat terbawah.
Sementara itu,
Finlandia menduduki posisi puncak dari laporan daya saing global WEF. Urutan
berikutnya Amerika Serikat, diikuti Swedia, Taiwan, Denmark, Norwegia,
Singapura, Swiss, Jepang, dan Eslandia.
Lebih lanjut,
Arfan membandingkan kemampuan SDM Indonesia yang rata-rata lulusan sekolah
dasar, dengan Malaysia dan Brunei yang sudah mencapai pendidikan rata-rata
sarjana. Faktor ini yang membuat mereka mempunyai daya saing yang tinggi.
Untuk itu,
pemerintahan baru harus membentuk tim ekonomi yang solid. Kadin menilai,
sejumlah hal yang menjadi prioritas untuk dibenahi adalah memperkuat kerja sama
antarsektor industri, meningkatkan iklim untuk menarik modal asing, kepastian
hukum, dan meningkatkan usaha kecil menengah dan mikro. (Wis/E-1).
Sumber: Media
Indonesia, 15 Oktober 2004
No comments:
Post a Comment