KEPUTUSAN
HUKUM DI BELAKANG RASULULLAH
IBNU
ABBAS MEMBUAT HUKUM SENDIRI TAPI
TIDAK
BID’AH
Catatan
Ringan Haji M.Rakib Jamari, Ph.D Pekanbaru Riau Indonesia
Peringatan Maulid buan
ibadah , hanya strategi penyampaian riwayat hidup Nabi tapi mengandung nilai
ibadah. Syaikh Ibnu Taimiyah, menyikapi acara Maulid dengan pandangan bahwa
orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang agung karena dua alasan;
1, tujuannya yang baik, dan 2, karena pasti bertujuan mengagungkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Fatwa Ibnu Taimiyah tersebut sejalan dengan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyikapi persoalan baru
yang dilakukan oleh para sahabatnya. Misalnya:
عَنْ سَيِّدِنَا ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما
قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فِيْ آخِرِ اللَّيْلِ فَصَلَّيْتُ
خَلْفَهُ فَأَخَذَ بِيَدِيْ فَجَرَّنِيْ حَتَّى جَعَلَنِيْ حِذَاءَهُ فَلَمَّا
أَقْبَلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى صَلاَتِهِ خَنِسْتُ فَصَلىَّ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا انْصَرَفْتُ قَالَ: (مَا شَأْنُكَ؟
أَجْعَلُكَ حِذَائِيْ فَتَخْنَسُ) فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوَ يَنْبَغِيْ
لأَحَدٍ أَنْ يُصَلِّيَ بِحِذَائِكَ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ الَّذِيْ أَعْطَاكَ اللهُ؟
قَالَ: فَأَعْجَبَهُ فَدَعَا لِيْ أَنْ يَزِيْدَنِيَ الله ُعِلْمًا وَفِقْهًا.
رواه أحمد (3061)، والحاكم (6279) وقال: حديث صحيح على شرط البخاري ومسلم ووافقه
الحافظ الذهبي، وقال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد (9/462): رجاله رجال الصحيح.
“Sayyidina Ibn Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku mendatangi Rasulullah pada akhir malam, lalu
aku shalat di belakangnya. Ternyata beliau mengambil tanganku dan menarikku
lurus ke sebelahnya. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai
shalatnya, aku mundur ke belakang, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyelesaikan shalatnya. Setelah aku mau pulang, beliau berkata: “Ada apa, aku
tempatkan kamu lurus di sebelahku, tetapi kamu malah mundur?” Aku menjawab: “Ya
Rasulullah, tidak selayaknya bagi seseorang shalat lurus di sebelahmu sedang
engkau Rasulullah yang telah menerima karunia dari Allah”. Ibn Abbas berkata:
“Ternyata beliau senang dengan jawabanku, lalu mendoakanku agar Allah
senantiasa menambah ilmu dan pengertianku terhadap agama”. Hadits ini
diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (3061).
Hadits ini membolehkan
berijtihad membuat perkara baru dalam agama apabila sesuai dengan syara’. Ibn
Abbas mundur ke belakang berdasarkan ijtihadnya, padahal sebelumnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah menariknya berdiri lurus di sebelah beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, ternyata beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak menegurnya, bahkan merasa senang dan memberinya hadiah doa. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam juga tidak bertanya kepada Ibnu Abbas, mana dalil
al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi dasar perbuatanmu? Tetapi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam justru bertanya apa alasan perbuatanmu? Ternyata
alasan, karena memuliakan dan mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dapat diterima dalam hal menyelesihi apa yang diajarkan oleh beliau.
Hal ini pula yang mendasari Ibnu Taimiyah menilai positif perayaan Maulid.
No comments:
Post a Comment