PERINGATAN TAHUN BARU HUJRIYAH, JIKA BID’AH
RATUSAN JUTA UMMAT, MENJADI RESAH
PADAHAL HANYA, MENGULANG-ULANG SEJARAH
MELALUI KUMPUL BERSAMA,
DENGARKAN CERAMAH.
Renungan Sejenak : By
Mr.M.Rakib Jamari, Ph.D. Pekanbaru Riau Indonesia.
Berbagai kasus ketidaknyamanan DI ZAMAN dahulu, sudah agak
melegakan, yang disampaikan masyarakat
di berbagai wilayah akibat fatwa-fatwa dan pernyataan kaum larangan perayaan tahun Islam, inilah yang menjadi motivasi kuat untuk membuat
menulis kandungan dakwah ini.
Propaganda paham mereka yang lumayan gencar melalui terbitan buku-buku
terjemahan dan siaran Radio seperti Radio (AM/756 Mhz), dan Radio Fajri (FM/91,4 Mhz) telah semakin
meresahkan. Menganggap sesat amalan orang lain dengan tuduhan tak baik
menganggap hanya diri merekalah yang sejalan dengan al-Qur'an . serta Sunnah
para Shahabat beliau, menjadi tema utama . Bahkan dengan alasan itu berani mengeluarkan fatwa-fatwa atau
pernyataan terhadap amalan masyarakat yang memperingati tahun hijriyah yang "berbau
agama" di mana fatwa-fatwa tersebut tanpa disadari penuh tipu daya dan fitnah,
dan dari sinilah
masalahnya dimulai.
Keawaman masyarakat tentang agama telah memberi tempat yang
cukup besar untuk menyebarkan paham anti peringatan tersebut, sehingga semakin
banyak pengikutnya, semakin kuat ekslusivisme mereka. Saat seorang muslim sudah
tidak menganggap muslim yang lain sama dengan dirinya, dan saat ia sudah tidak
merasa nyaman berkumpul bersama muslim, ustat sesama ustadz yang tidak sepaham, maka mengasingkan diri dan
mencari kumpulan orang-orang yang sepaham dengannya adalah jalan keluarnya.
Itulah ekslusivisme; itulah kesombongan; dan itulah sumber perpecahan.
Di masa lalu,
zaman Tuanku Nan Renceh, Haji Miskin, Haji Piobang, Lebih ekstrimnya lagi,
ketika sudah merasa kuat, propaganda dijalankan
dengan terang-terangan, bahkan tak jarang (dan ini terbukti) sampai pada
perebutan atau penguasaan lahan dakwah seperti masjid, musholla, ta'lim di
kantor-kantor, atau minimal merintis kumpulan pengajian tandingan baik di
tempat-tempat tersebut maupun di rumah-rumah. Akibatnya, tanpa disadari sudah menguasai sarana kegiatan dakwah di
beberapa komplek dan telah merebut anggota "jama'ah" pengajian para
ustadz di wilayah setempat yang berbuntut pada terganggunya hubungan
silaturrahmi antar anggota jama'ah tersebut.
Buku ini dibuat bukan untuk memperbesar jurang perpecahan tersebut,
melainkan untuk memperbaiki keadaan yang tidak nyaman itu dan meluruskan apa
yang seharusnya diluruskan dengan cara menyingkap kekeliruan-kekeliruan
pemahaman kaum Salafi dan Wahabi yang sangat tersembunyi dan hampir tidak
pernah disadari oleh para pengikutnya bahkan tokoh-tokoh ulamanya.
Di satu sisi, semua
orang masih bisa berharap agar masyarakat awam yang belum terpengaruh dapat
membentengi diri dari hal yang merusak silaturrahmi ini, di sisi lain juga semua orang
sangat berharap agar orang-orang yang sudah mengikuti paham radikal, dapat menyadari kekeliruannya lalu berusaha
memperbaikinya, atau bahkan meninggalkannya.
Kaum sufi juga
diharapkan mau pula terbuka menerima koreksi yang benar dari kaum radikal. Semoga
Allah senantiasa memberikan taufiq kepada kita untuk dapat melihat yang benar
sebagai kebenaran dan memberikan kita kekuatan untuk mengikutinya, serta
memperlihatkan yang batil sebagai kebatilan dan memberikan kita kekuatan untuk
menjauhkan diri darinya.
Setiap zaman ada
saja muncul paham baru, sebutan untuk
kelompok atau paham keagamaan yang dinisbatkan kepada guri Tariqat atau yang anti, misalnya Ibnu Taimiyah ( 661 H-728 H) atau yang sering
dikenal dengan panggilan Ibnu Taimiyah yang sering dipahami sebagai gerakan untuk kembali
kepada al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw. beserta para Sahabat beliau.
Berdamai sajalah wahai kalian kelompok paham keagamaan yang dinisbatkan kepada
pelopornya masing-masing, musuh kita
adalah Israel, penjajah ekonomi, ,
perangi kemalasan, pemimpin kafir yang pura-pura baik, ngasi uang banyak.
No comments:
Post a Comment