JAWABAN TERHADAP YANG MENGKRITIK
TERLALU PELIT
Tahukah Anda bahwa ada lebih dari 2700 konsep tuhan dan
dewa-dewi yang terekam dalam sejarah manusia?
Catatan M.Rakib Muballigh
IKMI Riau Indonesia , Asia Tenggara
Jika nanti ternyata setelah mati Tuhan benar-benar
ada, bukankah ateis rugi?
Menarik tulisan pada 31 Juli 2013 by Alika
Murai
Ini
adalah jawaban dari pertanyaan
yang sering saya jumpai setelah menjadi ateis, kata seseorang. Bagaimana kalau
nanti setelah mati kami berhadapan dengan Tuhan? Siapkah kami dengan
konsekuensi masuk neraka? Bukankah lebih baik mengambil posisi yang aman, yaitu
percaya Tuhan dan beragama sehingga pasti terhindar dari neraka?
Tunggu dulu. Tahukah Anda bahwa ada
lebih dari 2700 konsep tuhan dan dewa-dewi yang terekam dalam sejarah manusia?
Ada setidaknya ratusan agama dan aliran kepercayaan, banyak di antaranya
bahkan tidak mengajarkan konsep surga dan neraka. Memang sekarang hanya ada
beberapa agama besar di dunia, tetapi beberapa sistem kepercayaan (Yunani dan
Mesir kuno, misalnya) bertahan selama ribuan tahun sebelum punah digantikan
agama-agama yang populer saat ini. Belum lagi banyak sistem kepercayaan baru
yang semakin populer (Scientology, Mormon, Saksi Yehovah, antara lain), dan
entah bagaimana masa depan mereka.
Selain konyol bahwa saya harus
percaya cuma agar “tidak rugi” seperti berjudi, sebetulnya kalau dipikir-pikir
kembali, andaikan Tuhan memang benar-benar ada, kemungkinan ateis dan teis
“salah” tidak beda jauh. Ateis tidak percaya seluruh konsep tuhan yang ada,
sedangkan teis (yang beragama Samawi) hanya percaya satu.
Taruhlah hanya ada 100 tuhan dan agama yang mengajarkan surga dan neraka
(ingat bahwa ada ratusan agama dan aliran kepercayaan saat ini yang bahkan
tidak mengajarkan surga dan neraka, namun saya batasi biar mudah), dan dari
antaranya (lagi-lagi kita berandai di sini) ada tuhan yang benar-benar ada dan
hanya satu kepercayaan yang “benar.” Maka kemungkinan teis menyembah tuhan yang
benar hanya 1:100. Dan ini perhitungan konservatif.
Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa pembicaraan untung rugi ini terkesan seperti
argumen murah. Pertanyaan yang lebih penting: andaikan Tuhan ada, dan seorang
teis menyembah Tuhan yang “benar,” apakah ia siap melihat mayoritas penduduk
dunia masuk neraka hanya karena menyembah Tuhan yang salah? Dan apakah Tuhan yang
semacam itu, yang mencemplungkan manusia ke dalam neraka hanya karena tidak
menyembahnya, layak disembah? Penganut agama Kristen hanya 31% di dunia (ini
termasuk hanya yang berafiliasi dengan Kristen, tidak menghitung yang
nonrelijius), apa ini berarti bahwa kalau Kristen yang benar, setidaknya 69%
manusia akan masuk neraka? Penganut Islam hanya 21% di dunia, apa ini berarti
bahwa kalau memang Islam yang benar, setidaknya 79% manusia akan masuk neraka?
(Data menurut adherence.com)
Kalau salah satu agama tersebut
yang mengajarkan surga/neraka ternyata memang benar, milyaran manusia yang hidup saat ini (belum lagi yang
sudah meninggal) akan masuk neraka, termasuk teman-temanmu, mungkin beberapa
guru di sekolahmu, tukang koran, penulis buku favoritmu, tukang masak di
restoran yang sering kamu kunjungi, artis idolamu, belum lagi begitu banyak
orang yang telah berjasa bagi manusia di berbagai bidang, dan seterusnya.
Yikes!
Kenyataannya, agama dan sistem
kepercayaan yang kita anut sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana kita
dibesarkan dan agama orang tua kita. Bagi kami yang ateis dan sudah
meninggalkan ajaran agama terdahulu, konsep Tuhan dan surga dan neraka sudah
terlampau jauh dari pikiran. Saya tidak takut neraka, sama seperti saya tidak
takut duduk di pintu meskipun banyak yang bilang “nanti susah jodoh” atau takut
menduduki bantal meskipun banyak yang bilang “nanti bisulan.”
-Alika
Bagaimana aku, tidak terperangah
Ada rahasia, yang tercurah.
Dari Arab, ke berbagai arah,
Ada yang suka, ada yang marah.
Wahabi itu, sebtulnya baik,
Pengikutnya
saja, terlalu fanatik.
Mudah
merangsang, berbagai konflik,
Sikapi
dengan, cerdas dan simpatik.
Banyak orang, terperangah,
Apa dibuat, serba salah.
Makin lama, semakin parah,
Jangan sampai, mengalirkan darah.
No comments:
Post a Comment