Wednesday, February 11, 2015

Pertanyaan Tidak Terjawab



Pertanyaan Tidak Terjawab

M.Rakib  Muballigh  IKMI  Riau Indonesia

BANYAK ORANG YANG RAPI DISIPLIN PANDAI  TAPI MENJADI MUSUH MASYARAKAT/KORUPTOR.


Mengapa orang Barat dan Jepang yang tak memakai seragam sekolah dan berambut gondrong, tapi  bisa menguasai dunia dengan kepintarannya. Banyak orang Indonesia yang rapi,disiplin,pandai, tapi  menjadi musuh masyarakat/koruptor. Itu semua kebaikannya, hanya topeng belaka, jangan mendidik siswa dengan topeng. Seakan-akan niat tulus itu tak berarti apa-apa dibandingkan BP3 dan seragam sekolah. Itu sebabnya banyak siswa nakal menjadi pembangkang, karena mereka ketika sekolah tidak didasari niat itu tadi dengan keikhlasan dan keinsyafan..Banyak salah yang persepsi dari orangtua terhadap hukuman yang didapat sang anak dari guru mereka, di sekolah dan di pesantren..

Jawabannya, segala hukuman harus diberikan penejelasan mudarat dan manfaatnya.
             Yusuf al-Qardhawi. Dirasat fi Fiqh Maqashid Asy-Syari’ah (Baina al-Maqashid al-kulliyyah wa an-Nushush al-Juz’iyyah,   Ada beberapa manfaat bila kita mempelajari Maqashid Syari’ah, antara lain:
  • Mengungkapkan tujuan, alasan, dan hikmah tasyri’ baik yang umum atau khusus, integral atau parsial di segala bidang kehidupan dan dalam setiap ajaran Islam.
  • Menegaskan karakteristik Islam yang sesuai dengan setiap zaman, abadi, realistik dan menarik.
  • Membantu ulama dalam berijtihad dalam bingkai tujuan syari’at.
  • Memadukan secara seimbang prinsip “Mengambil zhahir nash” dengan prinsip “memperhatikan ruh dan  substansi nash”
  • Mempersempit perselisihan dan ta’ashub di antara pengikut mazhab fiqih.

Pengertian Maqashid Syari’ah
Maqashid bererti kesengajaan atau tujuan, Maqashid merupakan bentuk jama’ dari maqsud yang berasal dari suku kata Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan, Maqashid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan. Sedangkan syari’at secara bahasa berarti المواضع تحدر الي الماء ertinya Jalan menuju sumber air, jalan menuju sumber air dapat juga diartikan berjalan menuju sumber kehidupan.
Didalam Al-Qur’an Allah swt. menyebutkan beberapa kata syari’at diantaranya sebagai mana yang terdapat dalam Surah Al-Jassiyah dan Asy-Syura:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (١٨)
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al-Jatsiyah 45 : 18)
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢١)
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa iaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura 42: 13)
Perkataan syari’at apabila disebut para ulama boleh terdiri kepada dua pengertian;
  1. Seluruh agama yang mencakup akidah, ibadah, adab, akhlak, hukum dan mu’amalat
  2. Sisi hukum amal di dalam agama
Di dalam tulisan ini, kami memlilih yang kita maksudkan syari’at adalah seluruh maksud Islam kerana akidah adalah pokok, asas dan banggunan seluruh agama.
Dalam istilah para ulama, Maqashid Asy-Syari’ah adalah: tujuan yang menjadi target nash dan hukum-hukum partikular untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia, baik berupa perintah, larangan, dan mubah. Untuk individu, keluarga, jamaah dan umat. 2
““Maksud-maksud” juga boleh disebut dengan hikmah-hikmah yang menjadi tujuan ditetapkan huku. Baik yang diharuskan ataupun tidak. Kerana dalam setiap hukum yang disyari’atkan oleh Allah untuk hambaNya pasti terdapat hikmah.” 3
Contohnya di dalam pewarisan harta, syari’at Islam memberikan hak istimewa kepada anak perempuan daripada anak lelaki kerana meskipun tidak perlu menanggung kewajipan seperti yang ditanggung anak lelaki, anak perempuan tetap diberikan harta waris.
“Maksud-maksud syari’at bukanlah ‘illat (motif penetapan hukum) yang disebutkan oleh para ahli ushul fikih dalam bab qiyas dan didefinisikan edngan “sifat yang jelas, tetap, dan sesuai dengan hukum.” Illat tersebut sesuai dengan hukum, tetapi ia bukan maksud bagi hukum tersebut.” 4
Sebagai contoh, ‘illat rukhsah ketika safar baik dalam bentuk jama’-qashar atau berbuka ketika shaum di bulan Ramadhan adalah safar, bukannya hikmah yakni kesusahan yang dirasakan sewaktu bermusafir. Para ahli ushul fikih  tidak menyatukan antara hukum dan hikmah kerana hikmah sulit untuk ditetapkan contohnya jika kesusahan itu i’llat, mungkin ada orang yang mengatakan saya tidak susah.

Jalan Menuju Maqashid Syari’ah
Untuk menuju kepada maksud-maksud syari’at. Hujjatul Islam Abul Hamid Al-Ghazali telah membuat satu perbahasan khusus yang menjelaskan tentang maslahat sebagai asal yang tidak jelas (ash mauhum) dan membahaginya kepada tiga (3) tingkatan yang kemudiannya dirinci oleh Imam Asy-Syathibi 5 dll iaitu:

 الضروريات مقاصد, حاجيات مقاصد dan مقاصد التحسينات
    1. Dharûriyât (primer) ertinya harus ada demi kemaslahatan hamba, yang jika tidak ada, akan menimbulkan kerusakan, misalnya rukun Islam. 
    2. Hâjiyât (sekunder) maksudnya sesuatu yang diperlukan untuk menghilangkan kesempitan, seperti rukhsah (keringanan) tidak berpuasa bagi orang sakit. 
    3. Tahsiniat (tertier) ertinya sesuatu yang diambil untuk kebaikan kehidupan dan menghindarkan keburukan, semisal akhlak yang mulia, menghilangkan najis, dan menutup aurat. 
Dharûriyât  dijelaskan dengan lebih rinci mencakup lima tujuan (al-kulliyyat al-khamsah), iaitu : 
    1. menjaga agama (hifzh ad-din)
    2. menjaga jiwa (hifzh an-nafs)
    3. menjaga akal (hifzh al-‘aql)
    4. menjaga keturunan (hifzh an-nasl)
    5. menjaga harta (hifzh al-mal)
Sehingga tujuan dari Maqashid Syariah akan tercapai jika terpenuhinya penjagaan kelima unsur yang telah disebutkan tadi.
 Ibn Qayyim, I’lam al-Muaqi’in Rabb al- ‘Alamin, (Beirut: Dar al-Jayl, t.th.), Jilid III h.3. lihat juga Izzuddin Ibn Abd al-salam, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam,(Bairut: Dar al-Jail, t.thn), jilid II, h. 72

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook