Bagian Ke-9 Novel Empat Profesor Satu Cinta By Mr.M.Rakib
Pekanbaru Riau Indonesia. 2015. Hak Cipta pada Mhd Rakib, Drs.,S.H.,M.Ag
THE ART
OF TEACHING
(Seni Mengajar)
Sang
Penyair : Menurut saya yang
patut menjadi perhatian para pendidik, saat ini ialah the art of teaching(Seni
Mengajar)
Profesor Ummin
: Ah nggak usah (Nadanya
merendahkan), tidak ada bukunya tentang itu. Anda jangan ngarang-ngaranglah.(Sang
penyair tersinggung berat dengan gaya bahasanya dan bodi languard-nya.
Sang penyair : Ah
itulah yang dikatakan “Bongak” (bodoh) namanya. Kalau tidak ada bukunya
yah, kita bikinlah.(Nada suaranya agak tinggi dan sangat menantang, seperti akan meninju orang).
Profesor
Ummin : Anda cepat tersinggung “pandoghe”.(Hari itu
itu Profesor Ummin naik ke lantai dua, menemui atasannya, dan memohon untuk menasehati
Sang penyair)
Profesor
Maman : (Dalam suatu acara rapat
umum). Siapa yang merasa dirinya paling hebat, sebenarnya dialah yang paling
bodoh. (Profesor Ummin langsung berbisik dengan teman di sebelahnya, karena
merasa unek-uneknya sudah tersampaikan kepada sang Penyair.
Akhirnya sang
penyair benar-benar mewujudkan keinginannya membuat buku THE ART OF TEACHING WICH MALAY CULTURE ( Seni mengajar dengan budaya Melayu) yang intinya
ialah cara-cara merangsang anak didik untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan.
Sang penyair
memulainya dengan mengambil topik, ilmu hukum, yaitu sejarah hukum di
tanah Melayu. Peserta didik dirangsang dengan pepaatah hukum adat dengan gaya
sastra, misalnya:
Mencampak, sambil ke hulu,
Kenaklah pantau, di kuala.
Diletakkan di dalam cupak
Dijerang desan, sipedas
Luhak yang berpnghulu
Rantau yang beraja.
Tegak yang tidak tersundak
Melenggang yang tidak terpempas.
(Undang-Undang Luhak, di rantau
dilukiskan dalam pepatah.R.O. Winstedt Singapura, Pustaka Nasional, 1982.dan
Djamaluddin Sutan Marajolelo, Tambo Adat. Dikutip dari Disetasi Dr.Amir Luthfi.
Halaman 141.Sudah dibukukan dengan judul: PERUBAHAN STRUKTUR KEKUASAAN(Pelaksanaan Hukum Islam Dalam Kesultanan Melayu Siak,
1901-1942.
Melintang patah,
Membujur lalu.
Salah pada raja, mati
Salah pada penghulu, berhutang.
PANTUN HUKUM
Bagai mendengar petir di siang
bolong, aku mencoba tenang, setelah mendengar berita, hakim konstitusi
melanggar hukum.
KALAU MUSIM, BUAH LAKUM
ASAMNYA SAMBAL, AKAN KENTARA
KALAU HAKIM, MELANGGAR HUKUM
NEGARA RUSAK, ATURAN HUKUM BINASA
KEMUMU DI DALAM SEMAK
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
M.RAKIB MUBALLIGH
IKMI RIAU INDONESIA
Pantun hukum ini disebut pula pantun undang-undang, karena
isinya mengandung ajaran dan pedoman bagi masyarakat. Kelebihan sebuah pantun,
disamping memang sudah sangat mengakar dalam masyarakat Melayu, juga sangat
fleksibel untuk digunakan. Jika ceramah atau khutbah hanya dapat dilakukan pada
saat dan momen tertentu, maka pantun dapat digunakan kapan saja dalam kehidupan
sehari-hari. Pantun dapat diselipkan dalam percakapan atau perbualan dalam
nyanyian ataupun dalam senda gurau. Karena itu, pantun sering disebut juga
sebagai pemanis cakap, pelemak kata, penyedap bual, rencah perbualan dan buah
bicara.
Di kalangan para orang tua Melayu, ada ungkapan: kalau bercakap sesama tua, banyaklah pantun pelemak kata; adat orang duduk berbual, banyaklah pantun penyedap bual; kalau yang tua duduk bercakap, banyalah pantun pemanis cakap. Dengan fleksibelnya penggunaan pantun ini, maka ajaran agama yang diselipkan di dalamnya juga bisa disampaikan kapan saja, tanpa menunggu momen tertentu. Dengan itu, penyampaian ajaran moral agama tetap berlangsung kapan dan di mana saja, tanpa terikat oleh waktu tertentu.
Pantun hukum disebut juga pantun dakwah karena:
Pantun hukum ini, berisikan aturan yang indah
Berisikan aturan syarak, beserta sunnah
Berisikan petuah dengan amanah
Berisikan jalan mengenal Allah
Berisikan ilmu memahami aqidah
Di situ disingkap benar dan salahnya
Di situ dicurai halal dan haramnya
Di situ dibentang manfaat mudaratnya
Di situ didedahkan baik buruknya
Di situ ilmu sama disimbah
Di situ tempat mencari tuah
Di situ tempat menegakkan marwah
Menyebarkan Islam dengan akidahnya
Supaya hidup ada kiblatnya
Apabila mati ada ibadatnya.
Berisikan petuah dengan amanah
Berisikan jalan mengenal Allah
Berisikan ilmu memahami aqidah
Di situ disingkap benar dan salahnya
Di situ dicurai halal dan haramnya
Di situ dibentang manfaat mudaratnya
Di situ didedahkan baik buruknya
Di situ ilmu sama disimbah
Di situ tempat mencari tuah
Di situ tempat menegakkan marwah
Menyebarkan Islam dengan akidahnya
Supaya hidup ada kiblatnya
Apabila mati ada ibadatnya.
Demikianlah kandungan dan fungsi pantun gama dalam kehidupa sehari. Berikut ini beberapa contoh dari pantun agama tersebut:
KEMUMU DI DALAM SEMAK
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
Hukum yang, tidak dilaksanakan
Bagai pohon tidak berbuah
Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap
Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga
Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Rezeki yang dapat, dibagi-bagi
Baik di laut, maupun juga daratan
Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman
Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu marah, Tuhanpun murka
Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat.
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad
Bagai pohon tidak berbuah
Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap
Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga
Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Rezeki yang dapat, dibagi-bagi
Baik di laut, maupun juga daratan
Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman
Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu marah, Tuhanpun murka
Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat.
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad
Orang Bangkinang, berpacu goni,
Mandi berlimau, di hari jum’at
Meninggalkan sembahyang, kalau berani
Seperti dunia, tak akan kiamat.
Mandi berlimau, di hari jum’at
Meninggalkan sembahyang, kalau berani
Seperti dunia, tak akan kiamat.
No comments:
Post a Comment