Monday, February 9, 2015

PANTUN MELAYU TENTANG HUKUM



INDAHNYA PANTUN  MELAYU  TENTANG   HUKUM 
 

OLEH M.RAKIB  SH., M.Ag. Muballigh IKMI Riau Indonesia

Buah lakum,  di samping rumah,
Dibuat sambal, di pagi hari.
Kuat hukum negara, tidak singkirkan agama,
Kuat agama tidak, anti aturan negeri.



Air deras, hanyutlah peti,
Buku Hamka, di seberang.
Aku cemas , bersedih hati,
Melihat KaPeKa, dilemahkan orang.


Orang di  suarau, bersorak-sorak
Menabuh gendang,  dengan rebana.
Alangkah risau, hati awak.
Pelindung hukum, dapat  bencana.


Ingin tahu,  cara menyayat,
Lihatlah pandan nan berduri
Sungguh malang,  nasib rakyat,
Pengawal hukum, perkaya diri.


Memancing di belakang gudang
Nasi masak,  gulai tertumpah
Menangis rakyat, me minta uang
Konglomerat,  menganggapnya  sampah


Kucing takut, sampai  menggigil,
Melihat tikus, membawa lidi.
Buat yang patut, jangan mengganjil,
Gunakan kepekaan, hatinurani.


Seekor tikus, dingin  menggigil,
Melihat kucing, membawa lidi.
Koruptor melakukan, perbuatan ganjil,
Terlalu rakus, pura-pura mengabdi.



Orang langkat,  membeli batik,
Batik dijual,  anak seberang.
Terbang semangat, ahli politik,
Melihat teroris, terus  berjuang.


Tudung saji,  hanyut terapung
Hanyut terdampar,  di air sungai
Si Alim seorang, pencuri kampung,
Ingin melerai,  tangan tak sampai.





Dari Malaka,  ke negeri Pahang
Singgah ke kedai,  beli kuini
Rakyat  pribumi, bagaikan  menumpang
Pemodal asing, makmur di sini
.



Kalau masak,  buah papaya,
Pakailah motor,  bawa  ke Bali.
Kalau Indonesia ingin,  kaya  raya,
Lenyapkan koruptor, dari bumi.



Ramai orang, di pinggir jalan,
Menjual koran,  menjual manggis.
Ingin hati,  menegakkan  keadilan, 
Tiada pengangguran, tiada lagi  pengemis
.



Dua tiga,  toko di Padang
Sebuah saja,  toko besi.
Dua tiga, pulau  yang  hilang,
Tambang emas, jangan dihabisi
.



Puntung hanyut,  api pun padam
Orang memancing,  di sungai kulim,
Buku kubaca, di tengah malam,
Kapan Israel, tak lagi zalim.


Anak raja,  bermain keris
Keris dikerat,  di Apar lama.
Usahlah si miskin,  duduk menangis
Hidupnya konglomerat,  takkan lama.



Sungguh dalam,  lautan teduh
Kapal berlayar,  di tengah malam
Gila harta,  bisa sembuh
Gila cinta,  semakin dalam.



Tudung periuk, milik putri
Mainan anak,  di aatas kapal.
Jalanan   buruk, akibat korupsi,
Gedung roboh, pemborongnya nakal.



Ke ladang,  menabur benih,
Di  dalam lukah, ikan juara.
Di mana hati, takkan sedih,
Anak kena narkoba,  suami di penjara.



Buah nangka, buah   kuini,
Untuk bekal,  orang di sawah
Cobalah terka,  pantunku ini,
Apa  hukumannya,  pencuri  cinta.



Orang memancing,  ikan belanak,
Dapat sepasang,  di  dalam lukah.
Terlalu  dimanja, seorang  anak,
Akhirnya  menjadi, anak durhaka.



Buah lada,  rasanya pedas
Jatuh sebiji buah masaknya
Meski otak pintar dan cerdas
Tidak berbudi apa gunanya.



Kalau pandai,  memakai bedil,
Selamat dari,  para   peneyerang.
Kalau pemimpin, bertindak adil,
Rakyat suka, Tuhan pun sayang.


Pukat bukan,  sembarang pukat,
Pukat penjala,  ikan beledang.
Bukan adat, sembarang adat
Adat pusaka nenek moyang.



Hukum adat, berbuhul sentak,
Hukum agama,  berbuhul mati.
Keadilan tegak,  di pintu syarak,
Orang durhaka, menzalimi  diri.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook