ENCIK M.RAKIB CIPATAKARYA PEKANBARU RIAU
SUKA BERPANTUN 2015. HP.0823 9038 1888
BAB
I
PANTUN INTI DISERTASI
CARA
MEMUKUL YANG TIDAK MELANGGAR
HAK
ASASI MANUSIA
Pantun dan syair ini
merupakan intisari dari disertasi penulis di program Doktor (S3) UIN Suska
pekanbaru tahun 2015. Mengapa dirumuskan dalam bentuk pantun? Karena syair dan
pantun tidak pernah membosankan untuk dibaca berulang-ulang.
Anak
dara mencangkul tanah hitam,
Dikaki
bukit, tiga belas
Cara
memukul, sesuai HAM
Jangan
sakit, jangan berbekas
Jatuh ke parit, sebatang
lilin,
Jatuh terkulai, dari atas
Memukul murid,
tegakkan disiplin
Jangan sampai,
melampaui batas
Di
dalam kolam, dasarnya pasir,
Mandilah
nyonya, adik beradik
Di dalam Islam, ada
hukum ta’zir
Tujuannya hanya, untuk
mendidik
Sebuah taman, indah
moderen
Menampung hujan,
Jenis hukuman, di
pesantren
Atas perjanjian dan
persetujuan
Buaya
kadal, berenang perlahan
Dari
permukaan, Sampai ke dasar
Berdaya
feodal, yang masih berjalan
Memberi
hukuman, bengis dan kasar
Cobalah tanam, kayu manis
Tampaklah dahan, cabang delapan
Ubahlah hukuman, menjadi humanis
Campakkan yang tidak, lagi relevan
Dikampung
terusan, banyak belokan
Langkah
tertahan, terjerembeb
Kekerasan
adlah budaya,perpelancoan
Sudah
ditinggalkan, dunia beradab
Membuat
sambal, lada
muda,
Terasa
lezat,
makan pagi.
Seting
sosial, kini berbeda,
Hukuman
bersifat, lebih manusiawi.
Burung
belibis, penunggil taman
Mengkilat
bulunya, merah membara
Landasan
filosofis, suatu hukuman
Membuat
pelakunya, menjadi jera
Kakaktua
menggigil, diatas pohon,
Warna
bulunya, putih polos.
Orangtua
dipanggil, diberi peringatan,
Jika
anaknya, selalu membolos.
Putih polos,
kakaktua dipekan
Kepalanya
indah, bergaris-garis
Muridnya
membolos, orangtuanya dipenjarakan
Itulah aturan,
berlaku di inggris
Ikan
temakul, ikan
belanak.
Dikeringkan
saja, di atas dahan.
Hindari
memukul,
wajah anak,
Karena
wajah, puncak keindahan.
Ada sumur,
tertutup daun
Disitu tempat,
mengambil bakul
Anak berumur,
sepuluh tahun
Tidak mau
shalat, boleh dipukul
Mengamati rembulan, memakai
alat,
Orang
banyak, juga
membidik.
Hukuman
pukulan,
jika bermanfaat,
Dapat dipakai, dalam mendidik.
Sebelum
ketupat, jatuh ke bantal
Dapat ditahan,
kain kassa
Hukuman islam,
bersifat vertikal, harizontal
Hubungan
dengan tuhan dan manusia
Bakul yang basah, milik Cik Sa’ad,
Anak
dara, menyimpannya.
Memukul
bisa, sesuai syari’at,
Ada cara, menerapkannya.
Kakaktua, di tangan gembala,
Dibeli dari, tangan pemburu.
Orangtua di zaman, dahulu kala,
Rela anaknya, dipukul guru.
Taman
firdaus,
yang diimpikan,
Berwarna
warni,
hawanya sejuk.
Hukuman
harus,
disosialisasikan,
Agar
wali murid,
tidak terkejut.
Diharapakan
menanak,
nasi pulut,
Buluh patah, dijadikan galah.
Diharapkan
anak, takut dan tunduk,
Mematuhi
segala,
perintah Allah.
Ikan
tembakul, baru menetas,
Dimasukkan
saja, kedalam
rantang.
Jika
memukul,
melampaui
batas,
Itulah
cara,
memukul binatang.
Melati di tangan, berdaun tua,
Dibuat jamu, dicampur tomat.
Hati-hati
dengan,
sumpah orangtua.
Ayah ibumu, manusia keramat.
Di dalam parit, rusa berendam,
Di sana sudah, terpasang lukah.
Memukul
murid,
bukannya
dendam,
Hanya
ingin, punya etika.
Listrik padam, di Pekanbaru,
Rusaklah
hidangan,
ikan gurami.
Memukul karena
dendam,
itu keliru,
Merusak
hubungan,
silaturrahmi.
No comments:
Post a Comment