KRITIK BUKU JAKARTA BERKARAKTER
M .RAKIB PEKANBARU RIAU
INDONESIA 2015
Selanjutnya kritik terhadap hal 10 buku tersebut mengulas soal agama:
"Agama hanyalah ekspresi keputusasaan jiwa manusia saat tidak bisa menghadapi kerasnya kehidupan dan Tuhan adalah hasil ilusi manusia akibat ketertekanan jiwa manusia."
KRITIK BUKU JAKARTA BERKARAKTER
Penjelasan dari kutipan tersebut didapat dari pemikiran Sigmund Freud, seorang ahli psiko analisa menyatakan bahwa agama merupakan hasil produksi alam bawah sadar manusia dan bukanlah merupakan wujud dalam alam nyata.
Masih di halaman yang sama, buku tersebut kembali memaparkan:
"Agama hanya membawa manusia kepada penderitaan hidup karena agama senantiasa mengakibatkan munculnya peperangan dan menjadikan penganutnya yang taat sebagai teroris"
Filsafat Yang Menolak Adanya Tuhan.
Nietzsche ingin melepaskan manusia dari belenggu dogma-dogma agama yang
membelenggu eksistensi manusia pada saat itu, karena dia belum mengenal Islam
sebagai agama kebahagiaan, agama yang sangat damai.
Nietzsche tidak suka terhadap para filsuf
setelah Sokrates misalnya saja Plato yang telah memberikan pemikirannya kepada
filsuf-filsuf sesudahnya dengan gagasan transendentalnya yang bermuara pada pembentukan
pandangan metafisika Barat yang kemudian dibungkus dalam tradisi kristenitas.
Plato membagi bahwa dunia ini terdiri dari dua, yaitu dunia ide dan dunia inderawi. Dalam
alam inderawi, manusia hanya bisa mengetahui apa-apa yang dapat ditangkap oleh
indera, sedangkan dunia ide merupakan dunia yang dpikirkan oleh manusia dengan
rasionalitasnya. Pencapaian ide dan kebijaksanaan hanya bisa dilakukan oleh
para filsuf. Karena hal ini maka manusia mencari pengetahuan yang dianggap
mereka itu benar. Bukan seperti yang didogmakan oleh gereja.
Kant dengan statementnya menyatakan
bahwa suatu hal yang nyata itu berada dalam noumena, yaitu kebenaran berada
dalam benda itu sendiri, manusia hanya bisa melhat fenomenanya saja. Fenomena
tidak bisa menghadirkan benda dalam kebendaannya (das Ding an sich). Doktrin ini
membuat Nietzsche memberontak. Dia mengatakan bahwa kebenaran itu
tampak seperti apa yang dilihat manusia, dia menolak pandangan Kant mengenai
hal ini. Atas dasar inilah manusia tidak dapat bebas karena harus terkekang
oleh dogmatisme gereja. Nietzsche juga menolak mengenai rasionalitas atau moral
dari pendapat Kant.
Nietzsche memutuskan klaim kebenaran yang
absolut. Karena dengan adanya dogma manusia menjadi sengsara. Manusia tidak
dapat bereksistensi. Manusia tak berdaya kerena harus mengikuti dogma-dogma
gereja yang mana itu sungguh tidak rasional menurut mereka. Akhirnya, Nietzsche
dengan tegas
menolak adanya Tuhan, manusia harus bebas tanpa terikat dengan
aturan-aturan Tuhan yang dalam anggapannya tidak rasional. Dogma itu telah
membuat manusia menjadi sengsara. Pada saat itu, agama kristen menjadi agama
yang dianggap menjadi penyebabnya. Manusia dianggap Nietzsche telah ditip
melalui dogama-dogma saat itu. Manusia harus bisa menciptakan hal yang nihil.
Manusia harus bisa membunuh Tuhan. Denagn membunuh Tuhan maka manusia akan
merdeka dan bebas dari dogma. Kematian Tuhan adalah suatu pilihan ang tepat
bagi umat manusia. Nietzsche sanagt menolak ajaran agama kristen. Manusia telah
terjebak dlam agama.
Hegel pada saat itu menyatakan
rasiolah yang akan menjawab fenomnena dengan mewujudkan sebuah negara yang
transendental. Nietzsche menolak apa yang dikatakan oleh Hegel itu. Nietzsche,
suatu pengetahuan absolut harus bisa dihancurkan, karena manusia itu memiliki
energi, hasrat dan kehendak yang aktif. Hal inilah yang harus dilakukan oleh
manusia. Denagn menolak dogmatisme. Manusia akan bebas, terbebas dari dogmtisme
yang telah menyengsarakannya.
Nietzsche, kehendak akan
muncul pada seni. Nietzsche sangat menolak dengan adanya Tuhan
sebagaimana yang didogmakan oleh agama kristen. Dia mengatakan Tuhan telah
mati, kitalah yang telah membunuhnya. Maksud dari kalimat itu adalah manusia
telah menghilangkan Tuhan di dalam pikirannya. ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip
logika, rasio merupakan hal baru yang akan jadi anutan manusia. Bukan Tuhan
lagi, karena Tuhan telah mati. Bagi Nietzsche, Tuhan merupakan kekosongan
belaka.
Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat dalam
ajarannya menyatakan bahwa segala sesuatu itu dianggap benar apabila dia
memiliki hasil yang bermanfaat bagi manusia. Filsafat ini berkembang di Amerika
Serikat. Yang menjadi penting dalam filsafat ini bukan kebenaran objek suatu
pengetahuan, tetapi yang menjadi fokus adalah bagaimana manfaatnya bagi
manusia.
Aliran pragmatisme pada awalnya sempat juga
berkembang di Jerman, Perancis, Inggris. Pelopornya adalah William James,
dia adalah orang yang memperkenalkan aliran ini ke seluruh dunia.
Dalam pragmatisme, merupakan suatu kondisi tidak
perlu adanya moral. Filsafat pragmatisme ini berkembang di Amerika pada abad
ke-19 sekaligus menjadi filsafat khas Amerika dengan tokoh-tokohnya selain
William James ada juga yaitu Charles Sander Peirce dan John Dewey, aliran ini
menjadi sangat berpengaruh di Amerika.
Bagi kaum pragmatis, dalam melakukan suatu
tindakan mereka harus menggunakan idenya serta keyakinannya atas apa yang akan
dia perbuat serta apa yang menjadi tujuannya. Dalam prgmatisme, filsafat
merupakan alat untuk membantu manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya
untuk hal-hal yang bersifat praktis.
Prinsip-prinsip dasar William James terhadap
pragmatisme antara lain adalah bahwa dunia ini sebenarnya tidaklah spontan,
dunia ini benar adanya. Kebenaran itu tidak melekat pada ide. Manusia itu bebas
untuk meyakini tentang apa yang dipercayainya mengenai dunia. Kebenaran itu
bukan merupakan suatu titik yang absolut.
Dari diskusi tadi, pragmatisme yang terjadi di
Amerika yaitu diawali dari kedatangan bangsa Eropa ke bangsa Indian yang ada di
Amerika. Bangsa Eropa yang berkulit putih takut bila mereka tercemar atau
tercampur dengan bangsa indian melalui perkawinan, akhirnya terjadilah
kejahatan rasisme terhadap bangsa Indian yang sebenarnya merupakan penduduk
asli Amerika.
Dalam filsafat pragmatisme ini, sesuatu dianggap
banar apabila memiliki manfaat. Dalam filsafat ini membicarakan tentang
tindakan manusia. Melakukan tindakan yang bermanfaat saja bagi manusia, perlu
pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan apakah itu berguna ataukah tidak
berguna. Dalam teori ini sesuatu dikatakan benar apabila memiliki fungsi.
Dalam analisa saya, apabila
aliran ini dihubungkan dengan teorinya Max Weber mengenai rasionalitas manusia.
Pragmatisme ini mengarah kepada rasionalitas instrumental manusia. Malakukan
tindakan hanya yang berguna saja bagi kehidupan manusia. Menurut saya, itu bisa
saja terjadi yang mana dengan orang menggunakan rasionalitas instrumentalnya,
dia hanya mau melakukan tindakan yang bermanfaat saja. Tindakan rasional
mengenai sesuatu yang ada dan nyata, bisa saja orang-orang ini meninggalkan
hal-hal yang bersifat metafisik. Bisa saja menurut mereka itu kan tidak
masuk akal dan tidak rasional, buat apa harus dipelajari. Mungkin kaum
pragmatis ini hanya akan mau melakuakn tindakan yang bersifat keduniawian yang
mana menurut mereka itu lebih bermanfaat.
No comments:
Post a Comment