Saturday, September 19, 2015

Massa' lebih tinggi haka asasi manusia, dibandingkan hak asasi tuhan.




Untitled-2

 

M.Rakib Jamari IKMI Pekanbaru Riau Indonesia. 2015
HAK ASASI KETUHANAN YANG MAHA ESA
TIDAK DIKENAL  OLEH  LIBERAL DAN  PLURALISME
       Hak asasi  Tuhan untuk melarang homo dan lesbi.  Mengapa takut melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)  tapi tidak takut melanggar hak asasi Tuhan..Massa'  lebih tinggi haka asasi manusia, dibandingkan hak asasi tuhan....Peringatan Hari AIDS sedunia pada tanggal 1 Desember merupakan momentum rutin yang digawangi UNAIDS untuk mempopulerkan program global penanggulangan HIV AIDS.    Berbagai langkah dan strategi –pada berbagai level- sudah dilakukan untuk mengendalikan dan menghilangkan epidemi HIV/AIDS di dunia.

         Namun ternyata hingga kini ’perang melawan HIV/AIDS’ ini tidak juga berhasil. Alih-alih berkurang atau minimal stagnant hingga akhirnya rudimenter (menghilang), ternyata jumlah penderita HIV/AIDS ini justru bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini dunia telah terjangkit HIV/AIDS dengan angka yang memiriskan hati. HIV/AIDS di dunia sebanyak 25 juta dan saat ini di dunia 33 juta orang yang masih hidup bersama HIV/AIDS “Kasus HIV/AIDS di Indonesia bagaikan gunung es. Yang terlihat hanya 10 persen dari jumlah kasus yang sebenarnya,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi. KPAN memprediksi jumlah kasus HIV/AIDS sebenarnya  mencapai 298.000 kasus. Padahal jumlah yang dilaporkan, untuk penderita AIDS hanya 18.442 dan kasus HIV berjumlah 28.260 kasus. Sehingga total penderita HIV/AIDS hanya mencapai 46.702 kasus.

Data  KPA N menunjukkan, tahun 1987 jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia masih 5 kasus. Dan hanya dalam tempo 10 tahun, bertambah menjadi 44 kasus. Tetapi sejak 2007, kasus AIDS tiba-tiba melonjak menjadi 2.947 dan periode Juni 2009, meningkat  hingga delapan kali lipat menjadi 17.699 kasus.(www.bkkbn.or.id/18/11/09)

Dengan dalih untuk mengatasi laju pertambahan HIV AIDS yang telah mengancam nyawa manusia, UNAIDS menyeru Negara- Negara anggota untuk melaksanakan program penanggulangan HIV AIDS melalui program-program :  kondomisasi, substitusi metadon, pembagian jarum suntik steril dan hidup sehat dengan ODHA.  Namun, sampai saat ini tidak ada satu negarapun yang mampu memberi jaminan bahwa berhasil menghilangkan  penyebaran HIV AIDS. Hal ini disebabkan karena factor penularannya tidak secara serius di hilangkan, sehingga wajar HIV/AIDS tidak akan pernah bisa hilang di dunia ini.  Disinyalir, mayoritas penularan melalui heteroseksual (48.8%; Heteroseksual bukan hanya karena suami-istri semata, tetapi karena sering berganti-ganti pasangan (pergaulan bebas/perselingkuhan),pengguna narkoba (41.5%) dan homoseksual(3.3%). Apa yang salah dari kebijakan penanganan epidemi HIV/AIDS selama ini? 


Kesalahan Kebijakan Penanggulangan HIV-AIDS di Dunia dan Indonesia
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia secara umum mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan WHO. Kedua lembaga internasional ini menetapkan beberapa langkah penanggulangan HIV/AIDS di dunia dengan beberapa area prioritas.. Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi UNAIDS ini telah menjadi kebijakan nasional yang berada di bawah koordinasi KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional).
Diantara program-program yang masuk dalam area pencegahan pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS adalah: kondomisasi, Subsitusi Metadon, Pembagian Jarum Suntik Steril dan Hidup sehat bersama ODHA.  Program-program secara hakiki ternyata tidaklah mampu menghilangkan penyebaran HIV/AIDS, bahkan berpotensi untuk mempertahankan keberadaan penyebaran virus ini tetap ada di sekeliling kita.  Hal ini di jelaskan dalam pemaparan di bawah ini

  1. 1.      Kondomisasi (Obral Kondom = leluasa berzina/alat penyebar HIV AIDS)
Kondomisasi (100% kondom) sebagai salah satu butir dari strategi nasional tersebut telah ditetapkan sejak tahun 1994 hingga sekarang. Kampanye pengunaan kondom awalnya dipopulerkan melalui kampanye ABCD. ABCD, yaitu A: abstinentia; B: be faithful; C: use Condom dan D: no Drug.
Saat ini kampanye penggunaan kondom semakin gencar dilakukan melalui berbagai media, seperti buklet-buklet, melalui stasiun TV nasional, seminar-seminar, penyebaran pamflet-pamflet dan stiker dengan berbagai macam slogan yang mendorong penggunaan kondom untuk ‘safe sex’ dengan ‘dual protection’ (melindungi dari kehamilan tak diinginkan sekaligus melindungi dari infeksi menular seksual). Kampanye kondom tak jarang dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti mal-mal dan supermarket. Bahkan ada pula disertai dengan peragaan penggunaan kondom pada alat kelamin.  Ke sekolah-sekolah, remaja, dan perguruan tinggi, kampanye kondom kian mengarus melalui program kependudukan yang dinamakan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja). 
Bahkan, meskipun mengundang banyak penolakan, kini telah diluncurkan program ATM kondom. Hingga akhir Desember 2005 telah ada 6 lokasi ATM kondom di Jakarta yaitu di BKKBN pusat, RSPAD Gatot Subroto, Mabes TNI AD, poliklinik Mabes Polri, Dipdokkes polda Metro Jaya, dan klinik Pasar Baru.1
Kampanye kondom tak jarang dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti mall-mall dan supermarket. Kampanye tentang kondom pun telah masuk ke perguruan tinggi dan sekolah-sekolah. Terakhir, demi memperluas cakupan sasaran penggunaan kondom (utamanya para ABG/remaja yang masih segan kalau harus membeli di apotik), kini telah diluncurkan program ATM (Anjungan Tunai Mandiri) kondom. Cukup dengan memasukkan 3 koin lima ratus perak, maka akan keluar 3 boks kondom dengan 3 rasa.
Banyak pihak yang meragukan dan menyatakan ketidaksetujuan terhadap upaya penyebaran kondom (kondomisasi) sebagai jalan untuk mencegah penularan HIV AIDS.  Paus  Benedict XVI dalam lawatannya ke Afrika pada tanggal 17 maret 2009, mengatakan:“Kamu tidak bisa menanggulanginya(HIV/AIDS) dengan membagi-bagikan kondom,” kata Paus kepada, Malahan, itu akan menambah masalah.”(www.acehkita.com/19/03/09). Organisasi medis nirlaba, MER-C, bahkan secara tegas menolak kampanye penggunaan kondom sebagai tindakan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Sebagaimana dinyatakan USCDC (United State Center of Diseases Control), bahwa  program kondomisasi telah gagal dalam mengatasi bahaya HIV/AIDS di AS.
Kondomisasi tidak berhasil memutus mata rantai penularan HIV-AIDS. Promosi kemampuan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS ternyata mengandung kebohongan dan bahaya besar.
Inilah negeri, dimana minoritas menguasai mayoritas. Karena begitu banyaknya orang-orang yang masih mengakui dirinya Islam tapi terjebak dan terperdaya dengan tipu muslihat setan sehingga mereka begitu alergi dengan agama mereka sendiri. Minoritas tidak perlu berbuat cukup menggembosi orang-orang bodoh itu yang melakukannya. Ya Rabb, jadikan ku tetap istiqomah dengan kemurnian dan keagungan agama-Mu sampai ajal menjemput. Tak akan ku gadaikan akhirat-Mu dengan dunia yang tidak lebih berharga dari sayap nyamuk. Dunia hanyalah sementara, tapi akhirat abadi selamanya.
Seramb I    MINANG.com – Indonesia adalah negara dengan banyak suku dan beragam budaya. Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi 5 agama ‘resmi’ lain pun hidup tanang dinegara ini, meski dari awal merdeka berbagai macam kebijakan menunjukan mayoritas mengalah kepada minoritas. Sampai sekarangpun kejadian serupa kerap kali terjadi, bahkan yang dipaksa mengalah tidak sebatas penghargaan terhadap minoritas, tapi juga mengalah dalam menjalankan Islam secara sempurna oleh umat mayoritas. Dan seperti biasa, toleransi-intoleran menjadi senjata utama untuk menundukan kaum mayoritas. Kita akan melihat betapa gencar kaum sekuler liberal menggugat umat Islam dengan dalih toleransi, bahkan yang menggugat sendiripun notabenenya masih mengaku Islam. Tidak hanya kaum sekuler liberal yang sering mengisi peran dalam penyudutan Islam seperti ini, tapi juga mereka yang sudah terjangkit virus pemikiran SEPILIS (Sekularisme, pluralisme, dan liberalisme). Toleransi-intoleran hanya sebagian kecil serangan yang ditujukan kepada umat Islam, juga ada sebutan seperti radikal, ekstremis, teroris, fundamentalis dsb.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook