M.Rakib
Jamari IKMI Pekanbaru Riau Indonesia. 2015
HAK
ASASI KETUHANAN YANG MAHA ESA
TIDAK
DIKENAL OLEH LIBERAL DAN
PLURALISME
Hak asasi Tuhan untuk melarang homo dan lesbi. Mengapa takut melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) tapi tidak takut melanggar hak asasi Tuhan..Massa' lebih tinggi haka asasi manusia, dibandingkan hak asasi tuhan....Peringatan Hari AIDS sedunia pada
tanggal 1 Desember merupakan momentum rutin yang digawangi UNAIDS untuk
mempopulerkan program global penanggulangan HIV AIDS.
Berbagai langkah dan strategi –pada berbagai level- sudah dilakukan
untuk mengendalikan dan menghilangkan epidemi HIV/AIDS di dunia.
Namun ternyata
hingga kini ’perang melawan HIV/AIDS’ ini tidak juga berhasil. Alih-alih
berkurang atau minimal stagnant hingga akhirnya rudimenter (menghilang),
ternyata jumlah penderita HIV/AIDS ini justru bertambah dari tahun ke tahun.
Saat ini dunia telah terjangkit HIV/AIDS dengan angka yang memiriskan hati.
HIV/AIDS di dunia sebanyak 25 juta dan saat ini di dunia 33 juta orang yang
masih hidup bersama HIV/AIDS “Kasus HIV/AIDS di Indonesia bagaikan gunung es.
Yang terlihat hanya 10 persen dari jumlah kasus yang sebenarnya,” kata
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi. KPAN
memprediksi jumlah kasus HIV/AIDS sebenarnya mencapai 298.000 kasus.
Padahal jumlah yang dilaporkan, untuk penderita AIDS hanya 18.442 dan kasus HIV
berjumlah 28.260 kasus. Sehingga total penderita HIV/AIDS hanya mencapai 46.702
kasus.
Data KPA N menunjukkan, tahun 1987 jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia masih 5 kasus. Dan hanya dalam tempo 10 tahun, bertambah menjadi 44 kasus. Tetapi sejak 2007, kasus AIDS tiba-tiba melonjak menjadi 2.947 dan periode Juni 2009, meningkat hingga delapan kali lipat menjadi 17.699 kasus.(www.bkkbn.or.id/18/11/09)
Dengan dalih untuk mengatasi laju
pertambahan HIV AIDS yang telah mengancam nyawa manusia, UNAIDS menyeru Negara-
Negara anggota untuk melaksanakan program penanggulangan HIV AIDS melalui
program-program : kondomisasi, substitusi metadon, pembagian jarum suntik
steril dan hidup sehat dengan ODHA. Namun, sampai saat ini tidak ada satu
negarapun yang mampu memberi jaminan bahwa berhasil menghilangkan
penyebaran HIV AIDS. Hal ini disebabkan karena factor penularannya tidak secara
serius di hilangkan, sehingga wajar HIV/AIDS tidak akan pernah bisa hilang di
dunia ini. Disinyalir, mayoritas penularan melalui heteroseksual (48.8%;
Heteroseksual bukan hanya karena suami-istri semata, tetapi karena sering
berganti-ganti pasangan (pergaulan bebas/perselingkuhan),pengguna narkoba
(41.5%) dan homoseksual(3.3%). Apa yang salah dari kebijakan penanganan
epidemi HIV/AIDS selama ini?
Kesalahan Kebijakan Penanggulangan
HIV-AIDS di Dunia dan Indonesia
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
secara umum mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan WHO. Kedua
lembaga internasional ini menetapkan beberapa langkah penanggulangan HIV/AIDS
di dunia dengan beberapa area prioritas.. Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi
UNAIDS ini telah menjadi kebijakan nasional yang berada di bawah koordinasi
KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional).
Diantara program-program yang masuk
dalam area pencegahan pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS adalah:
kondomisasi, Subsitusi Metadon, Pembagian Jarum Suntik Steril dan Hidup sehat
bersama ODHA. Program-program secara hakiki ternyata tidaklah mampu
menghilangkan penyebaran HIV/AIDS, bahkan berpotensi untuk mempertahankan
keberadaan penyebaran virus ini tetap ada di sekeliling kita. Hal ini di
jelaskan dalam pemaparan di bawah ini
- 1. Kondomisasi (Obral Kondom = leluasa berzina/alat penyebar HIV AIDS)
Kondomisasi (100% kondom) sebagai
salah satu butir dari strategi nasional tersebut telah ditetapkan sejak tahun
1994 hingga sekarang. Kampanye pengunaan kondom awalnya dipopulerkan melalui
kampanye ABCD. ABCD, yaitu A: abstinentia; B: be faithful;
C: use Condom dan D: no Drug.
Saat ini kampanye penggunaan kondom
semakin gencar dilakukan melalui berbagai media, seperti buklet-buklet, melalui
stasiun TV nasional, seminar-seminar, penyebaran pamflet-pamflet dan
stiker dengan berbagai macam slogan yang mendorong penggunaan kondom untuk ‘safe
sex’ dengan ‘dual protection’ (melindungi dari kehamilan tak
diinginkan sekaligus melindungi dari infeksi menular seksual). Kampanye kondom
tak jarang dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di
tengah-tengah masyarakat seperti mal-mal dan supermarket. Bahkan ada pula
disertai dengan peragaan penggunaan kondom pada alat kelamin. Ke
sekolah-sekolah, remaja, dan perguruan tinggi, kampanye kondom kian mengarus
melalui program kependudukan yang dinamakan KRR (Kesehatan Reproduksi
Remaja).
Bahkan, meskipun mengundang banyak
penolakan, kini telah diluncurkan program ATM kondom. Hingga akhir Desember
2005 telah ada 6 lokasi ATM kondom di Jakarta yaitu di BKKBN pusat, RSPAD Gatot
Subroto, Mabes TNI AD, poliklinik Mabes Polri, Dipdokkes polda Metro Jaya, dan
klinik Pasar Baru.1
Kampanye kondom tak jarang dilakukan
dengan membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti
mall-mall dan supermarket. Kampanye tentang kondom pun telah masuk ke perguruan
tinggi dan sekolah-sekolah. Terakhir, demi memperluas cakupan sasaran
penggunaan kondom (utamanya para ABG/remaja yang masih segan kalau harus
membeli di apotik), kini telah diluncurkan program ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
kondom. Cukup dengan memasukkan 3 koin lima ratus perak, maka akan keluar 3
boks kondom dengan 3 rasa.
Banyak pihak yang meragukan dan
menyatakan ketidaksetujuan terhadap upaya penyebaran kondom (kondomisasi)
sebagai jalan untuk mencegah penularan HIV AIDS. Paus Benedict XVI
dalam lawatannya ke Afrika pada tanggal 17 maret 2009, mengatakan:“Kamu tidak
bisa menanggulanginya(HIV/AIDS) dengan membagi-bagikan kondom,” kata Paus
kepada, Malahan, itu akan menambah masalah.”(www.acehkita.com/19/03/09).
Organisasi medis nirlaba, MER-C, bahkan secara tegas menolak kampanye
penggunaan kondom sebagai tindakan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Sebagaimana
dinyatakan USCDC (United State Center of Diseases Control), bahwa program
kondomisasi telah gagal dalam mengatasi bahaya HIV/AIDS di AS.1
Kondomisasi tidak berhasil memutus
mata rantai penularan HIV-AIDS. Promosi
kemampuan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS ternyata mengandung
kebohongan dan bahaya besar.
Inilah
negeri, dimana minoritas menguasai mayoritas. Karena begitu banyaknya
orang-orang yang masih mengakui dirinya Islam tapi terjebak dan terperdaya
dengan tipu muslihat setan sehingga mereka begitu alergi dengan agama mereka
sendiri. Minoritas tidak perlu berbuat cukup menggembosi orang-orang bodoh itu
yang melakukannya. Ya Rabb, jadikan ku tetap istiqomah dengan kemurnian dan
keagungan agama-Mu sampai ajal menjemput. Tak akan ku gadaikan akhirat-Mu
dengan dunia yang tidak lebih berharga dari sayap nyamuk. Dunia hanyalah
sementara, tapi akhirat abadi selamanya.
Seramb
I MINANG.com – Indonesia adalah
negara dengan banyak suku dan beragam budaya. Indonesia, negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, tapi 5 agama ‘resmi’ lain pun hidup tanang dinegara
ini, meski dari awal merdeka berbagai macam kebijakan menunjukan mayoritas
mengalah kepada minoritas. Sampai sekarangpun kejadian serupa kerap kali
terjadi, bahkan yang dipaksa mengalah tidak sebatas penghargaan terhadap
minoritas, tapi juga mengalah dalam menjalankan Islam secara sempurna oleh umat
mayoritas. Dan seperti biasa, toleransi-intoleran menjadi senjata utama untuk
menundukan kaum mayoritas. Kita akan melihat betapa gencar kaum sekuler liberal
menggugat umat Islam dengan dalih toleransi, bahkan yang menggugat sendiripun
notabenenya masih mengaku Islam. Tidak hanya kaum sekuler liberal yang sering
mengisi peran dalam penyudutan Islam seperti ini, tapi juga mereka yang sudah
terjangkit virus pemikiran SEPILIS (Sekularisme, pluralisme, dan liberalisme).
Toleransi-intoleran hanya sebagian kecil serangan yang ditujukan kepada umat
Islam, juga ada sebutan seperti radikal, ekstremis, teroris, fundamentalis dsb.
No comments:
Post a Comment