Asas Filosofis Kurikulum Adalah Masyarakat
M.Rakib, S.H.
Masyaarakat
berubah, kurikulum berubah.
Jangan terlalu fanatik pada yang
lama
Baca sejarah, ambil intinya
Bukan menghafal tahun, tapi
analisis filosofisnya.
Penulis suka dengan sekolah kerja,
seperti dahulunya Ahmad Syafii, Kayu Tanam, Sumbar. Dalam pengembangan
berikutnya kurikulum berubah, muncul pertanyaan-pertanyaan pokok seperti:
hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana harus
diciptakan melaui ikhtiar pendidikan? Apakah hakikat pengetahuan yang harus
dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistim nilai yang bagaimana yang
harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Dan bagaimana
seharusnya proses pendidikan itu berlangsung?
Sebagai landasan fundamental, filasafat
memegang peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filasat dalam mengembangkan
kurikulum yaitu:
1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Dengan filsafat segaai pandangan hidup, atau value sistem, maka
dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik
2. Filsafat dapat menentukan materi dan
bahan ajaran yang diberkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Filsafat dapat menentukan strategi atau
cara penyampaian tujuan. Sebagai sistem nilai, filsafat dapat dijadikan pedoman
dalam merancang kegiatan pembelajaran.
4. Melalui filsafat dapat ditentukan
baaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.
Dari penjelasan tentang
fungsi-fungsi filasafat dalam pengembangan kurikulum maka semua pertanyaan
pokok yang timbul dalam pengembangan kurikulum dapat terjawabkan. Filsafat
merupakan asas/landasan yang paling utama dalam pengembangan kurikulum.
Filsafat sangat penting, khususnya dalam pengambilan keputusan pada setiap
aspek kurikulum, dimana setiap keputusan harus ada dasarnya (landasan
filosofisnya). Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas
tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan
kurikulum yang tidak tentu arah. Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan,
mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan.
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan
kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang
sembarangan.
Kurikulum sebagai suatu program
dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, mempunyai hubungan dengan proses
perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu
program pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta
didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh pendidikan. Oleh sebab itu,
proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan asumsi-asumsi yang bersumber
dalam bidang kajian psikologi. Pengembangan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam.
Asas filosofis membawa rumusan
kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi:ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak
didik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek.
Pada mulanya dimensi ini diterapkan Allah SWT.dalam pengajaranNya kepada nabi
Adam as dengan memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda ‘’Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar!"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar! " (QS.Al-Baqarah{2}:31) dan belum sampai pada
tahap penalaran atau pengembangan wawasan.Demensi epistemologi adalah
perwujudan kurikulum yang sah,yang berdasarkan metode kontruksi pengetahuan
yang disebut metode ilmiah,yang sifatnya mengajak berfikir menyeluruh,reflektif
dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya
cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan tidak mutlak, tentatif
dan dapat berubah-ubah.
Dampak dimensi epistimologi dalam
rumusan kurikulum adalah:
1. Penguasaan konten (the what) yang tidak
sepenting dengan penguasaan bagaimana memperoleh ilmu pengatahuan itu. Berarti
pemahaman atau penguasaan suatu ilmu itu tidak penting tapi bagaimana ilmu itu
diperoleh (diproses) itu yang dikaji.
2. Kurikulum lebih menitikberatkan pada
pelajaran proses, maksudnya disini bagaimana siswa merekonstruksi ilmu?,
aktivitas yang ada, serta bagaimana pemecahan suatu masalah?.
3. Konten cenderung bersifat fleksibel
karena pengetahuan itu bersifat tidak mutlak dan dapat berubah-ubah, karena
alam akan mengalami perubahan dari saat kesaat. Umar bin al-Khattab menyatakan:
إن أبائكم قد خلقوا لجيل غير جيلكم و لزمان غير زمانكم
Artinya:
“Sesungguhnya anak-anakmu
dijadikan untuk generasi yang lain dari generasimu, dan zaman yang lain dari
zamanmu.
No comments:
Post a Comment