Friday, January 29, 2016

إن أبائكم قد خلقوا لجيل غير جيلكم و لزمان غير زمانكم Artinya:

Asas Filosofis Kurikulum Adalah Masyarakat
M.Rakib, S.H.
               Masyaarakat berubah, kurikulum berubah.
            Jangan terlalu fanatik pada yang lama
            Baca sejarah, ambil intinya
            Bukan menghafal tahun, tapi analisis filosofisnya.
                                                        
         Penulis suka dengan sekolah kerja, seperti dahulunya Ahmad Syafii, Kayu Tanam, Sumbar. Dalam pengembangan berikutnya kurikulum berubah, muncul pertanyaan-pertanyaan pokok seperti: hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana harus diciptakan melaui ikhtiar pendidikan? Apakah hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistim nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Dan bagaimana seharusnya proses pendidikan itu berlangsung?

     Sebagai landasan fundamental, filasafat memegang peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada  empat fungsi filasat dalam mengembangkan kurikulum yaitu:
1.      Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat segaai pandangan hidup, atau value sistem, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik
2.      Filsafat dapat menentukan materi dan bahan ajaran yang diberkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3.      Filsafat dapat menentukan strategi atau cara penyampaian tujuan. Sebagai sistem nilai, filsafat dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.
4.      Melalui filsafat dapat ditentukan baaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.

         Dari penjelasan tentang fungsi-fungsi filasafat dalam pengembangan kurikulum maka semua pertanyaan pokok yang timbul dalam pengembangan kurikulum dapat terjawabkan. Filsafat merupakan asas/landasan yang paling utama dalam pengembangan kurikulum. Filsafat sangat penting, khususnya dalam pengambilan keputusan pada setiap aspek kurikulum, dimana setiap keputusan harus ada dasarnya (landasan filosofisnya). Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan kurikulum yang tidak tentu arah. Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang sembarangan.

      Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, mempunyai hubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan asumsi-asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi. Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.

       Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi:ontologi, epistemologi, dan aksiologi.Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek. Pada mulanya dimensi ini diterapkan Allah SWT.dalam pengajaranNya kepada nabi Adam as dengan memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda  ‘’Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 

      "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! " (QS.Al-Baqarah{2}:31) dan belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan.Demensi epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah,yang berdasarkan metode kontruksi pengetahuan yang disebut metode ilmiah,yang sifatnya mengajak berfikir menyeluruh,reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan tidak mutlak, tentatif dan dapat berubah-ubah.
Dampak dimensi epistimologi dalam rumusan kurikulum adalah:


1.      Penguasaan konten (the what) yang tidak sepenting dengan penguasaan bagaimana memperoleh ilmu pengatahuan itu. Berarti pemahaman atau penguasaan suatu ilmu itu tidak penting tapi bagaimana ilmu itu diperoleh (diproses) itu yang dikaji.

2.      Kurikulum lebih menitikberatkan pada pelajaran proses, maksudnya disini bagaimana siswa merekonstruksi ilmu?, aktivitas yang ada, serta bagaimana pemecahan suatu masalah?.

3.      Konten cenderung bersifat fleksibel karena pengetahuan itu bersifat tidak mutlak dan dapat berubah-ubah, karena alam akan mengalami perubahan dari saat kesaat. Umar bin al-Khattab menyatakan:
إن أبائكم قد خلقوا لجيل غير جيلكم و لزمان غير زمانكم
Artinya:

“Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi yang lain dari generasimu, dan zaman yang lain dari zamanmu.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook