KEBOHONGAN SEJARAH INDONESIA
PERLU DIANALISIS LAGI DAN LAGI
CATATAN M.RAKIB JAMARI,S.H.,M.Ag. Pekanbaru Riau Indonesia.
Menarik tulisan
M.Thariq Pada Hari Rabu, 13 Oktober 2010
Kataanya Ada Separuh fakta sejarah Indonesia penuh
kebohongan. Benarkah demikian?
Benarkah yang
menyatukan nusantara adalah ulama, bukan Hayam Wuruk?
Benarkah Gajah
Mada itu bergama Islam?
Kutipan tulisan M THARIQ
MEDAN - Hanya 50
persen fakta sejarah Indonesia yang benar, kata antropolog Unimed Prof Dr Usman
Pelly, MA.
"Separuh
lagi penuh kebohongan," tegas guru besar Unimed itu ketika memberikan
tanggapan dan apresiasi dalam acara peluncuran dan bedah buku berjudul Tan
Malaka, Gerakan Kiri Dan Revolusi Indonesia karya sejarawan terkemuka dari
Belanda Harry A Poeze yang juga Direktur Lembaga Kerajaaan Belanda Untuk
Bahasa, Bangsa dan Masyarakat atau Koninklijk Instituut Voor Taal-Landen
Volkenkunde (KITLV).
Acara yang
diadakan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Unimed kerjasama dengan
KITLV di VIP room Gedung Serbaguna Unimed, tadi siang, menampilkan narasumber
Harry A Poeze, Dr Phil Ichwan Azhar (Ketua Pussis Unimed) dan Dr Ridwan
Rangkuti, MA (pakar politik USU).
Pelly
mengatakan, tidak sedikit fakta telah dikorupsi oleh penggalang koruptor
sejarah demi melanggengkan kekuasaan sebelum dan pasca kemerdekaan. Dengan
adanya buku karangan Harry Poeze, lanjutnya, memberikan fakta yang sebenarnya
mengenai gambaran pejuang kiri yang berkiprah dalam revolusi kemerdekaan,
seperti Tan Malaka. Pengakuan Pelly ketika itu sempat membakar surat-surat
diperolehnya dari Tan Malaka yang ditulis pejuang berdarah Minang itu dari
penjara, karena tekanan dari penguasa.
Katanya, sudah
saatnya para akademisi melakukan pelurusan sejarah sebelum kemerdekaan. Dia
menyayangkan pembekuan tim pelurusan sejarah oleh pemerintah yang sempat
terbentuk waktu itu, di dalamnya terdapat Ichwan Azhari. Pelly berharap para
akademisi terdorong melakukan upaya pengungkapan sejarah yang lurus agar
seperti Tan Malaka yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional dimasukkan dalam
buku sejarah di sekolah-sekolah. Sejarah Tan Malaka salah satu fakta sejarah,
sebelum kemerdekaan, yang terlarang untuk dibaca pada masa Orde Baru dan
pemerintah ketika itu menonjolkan komunisme versi penguasa untuk membentuk
opini masyarakat terhadap sejarah yang dibelokkan.
Kepala Pussis
Unimed Ichwan Azhari ketika membedah buku Tan Malaka mengatakan, pemerintah
harus meluruskan sejarah tentang peranan komunis sebelum dan sesudah 1945 yang
dinilai sangat berbeda. Baginya, komunis sebagai ideologi pergerakan telah
memberi kontribusi dalam proses kemerdekaan Indonesia.
"Kita harus
merevisi pandangan tentang komunis. Salah jika kita campuradukkan komunis pasca
1948 dan 1965. Dalam sejarah selama ini, Tan Malaka dibuat sebagai tokoh
misterius dan beraliran komunisme," katanya.
Komunisme versi
pemerintah
Meski Tan Malaka
pernah menjabat ketua PKI di Semarang dan perwakilan komunis di Asia Tenggara,
dia pernah mengecam komunis ketika idenya ditolak ingin membuat kerjasama
komunisme dengan islamisme/Sarikat Islam. Akhirnya, Tan Malaka dianggap sebagai
musuh besar komunis karena dituduh berkhianat. "Beberapa fakta sejarah ini
yang tidak ditonjolkan dari seorang Tan Malaka selama ini."
Bukti sejarah
komunisme bagi Tan Malaka ini, lanjutnya, dijadikan strategi melawan penjajahan
Belanda. Namun, fakta itu dibenamkan penguasa orde baru. Yang ada komunisme
versi penguasa ketika itu yang telah terpola di kepala kita. Menurut Ichwan,
buku karya Poeze ini menjadi sumber insprasi baru untuk mengkaji serius sejarah
yang benar. Namun, Ichwan mengkritik dalam buku kedua ini ada dua kata yang
dihilangkan dari tulisan Belanda yakni dihujat dan dilupakan. Dua kata ini,
lanjutnya, sangat penting untuk membuka tabir sebenarnya. Penguasa orde baru
sangat berjasa menghilangkan sejarahnya dan bagaimana Tan Malaka bertarung
dengan tokoh-tokoh pergerakan dan ilmuwan pada zamannya.
Sementara itu,
pakar politik USU Ridwan Rangkuti sependapat Tan Malaka seorang pejuang idelogi
terbaik Indonesia yang bisa menjadi contoh.
"Tan Malaka
seorang pemikir, politisi dan pejuang revolusioner. Dia aktif menulis buku dan
melakukan aksi. Tidak hanya itu, dia pernah mendirikan partai politik untuk
mengembangkan politiknya," katanya.
Menurut
Rangkuti, dia bahkan sejajar Karl Marx dan George Wihelm Friederich Hegel
karena berhasil mengembangkan dialektika historis logika dalam karyanya
berjudul Madilog. Katanya, buku karya Harry Poeze sangat baik untuk bacaan para
politisi di tanah air. Buku ini memaparkan bagaimana Tan Malaka mengembangkan
karir politik, sekaligus sebagai gambaran bahwa sampai sekarang tidak ada perubahan
yang mendasar pada sistem kelembagaan dan perilaku politik era sekarang dan
dulu, antara lain, terdapat saling mencurigai.
Tidak diungkap
Harry Poeze
menjelaskan buku itu ditulisnya melalui riset 10 tahun. Fakta sejarah ini
diperolehnya sebagian besar dari karya-karya Tan Malaka. Buku ini akan
diterbitkan dalam enam jilid. Sedangkan yang diluncurkan ini jilid II. Dia
menerbitkan buku itu dua jilid dalam setahun. Buku ini aslinya setebal 2.000
halaman. Harry mengatakan, dia menulis buku ini karena banyak fakta sejarah
pada masa revolusi di Indonesia yang tidak diungkap atau dikaburkan oleh
penguasa. Dengan buku ini, katanya, diharapkan semua fakta sejarah dapat
diketahui terutama sepak terjang Tan Malaka sebagai pahlawan nasional Indonesia
yang dilupakan.
Poeze
menceritakan, sepak terjang Tan Malaka di dunia politik melalui Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Republik Indonesia (Pari) yang didirikan di Bangkok dan
Partai Murba didirikan 1948. Peran Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk
Tan Malaka di belakang layar, salah satunya ada pada rapat Ikada di Jakarta.
Poeze mengabadikan gambar Tan Malaka di belakang Soekarno. Tan Malaka sebagai
nasionalis beraliran kiri dan pemikir revolusioner, lanjutnya, terbuang dari
tanah air karena dianggap melawan arus. Dia lahir di Nagari Pandam
GadangSuliki, Sumatera Barat 2 Juni 1897 dan wafat di Jawa Timur 21 Februari
1949, di belakang layar.
Diposkan oleh
Renol Hasan di 11.26
No comments:
Post a Comment