Jilid 2
LEZATNYA SIKSAAN CINTA
SANG CALON DOKTOR
Novel karya
M.Rakib Sastra Candra Darma
Sang calon doktor itu dipelonco oleh
beberapa guru besar. Dari kota Pekanbaru ke Pangkalan Kerinci, menemui Sang
guru besar, hanya untuk meminta tanda tangan menuju ujian terbuka. Perjalanan
yang ditempuh lebih kurang 80 kilometer. Setelah sampai di tempat, ternyata
sang profesor tidak siap. Waktu demi waktu
diundur lagi. Bolak balik pakai mobil Kijang tua keluaran 1987, di saat
BBM dinaikkan Presiden Joko Wi, pada
november 2014, memang siksaan yang nikmat sekali. Karena sudah muak dengan
tingkah guru besar yang killer itu, sang calon doktor berniat akan membongkar
sekandal seks sang profesor yang pasti akan menghebohkan dunia. Kejadian itu
hanya sang calon doktor satu-satunya yang tahu.
Hal yang paling
menyiksa sang calon doktor, ialah karena dia harus melewati sebuah SD di mana
Siti Maharani, yang pernah mengecewakan sang Cadok, menajar di SD itu. Siksaan
batin dirasakannya pedih yang bukan kepalang tanggung, karena lukam lama yang
sudah dilupakan justru berdarah kembali. Kini Cados Sudah menulis Cerpen dengan judul “Skandal Seks Sang Guru Besar”.Judul
itu di laptop, ditulis besar-besar dan dibaca pula berulang-ulang oleh
istrinya. Tapi si si isteri calon doktor
berpendapat lain. Katanya:
Duh, judulnya kok
provokatif banget ya Cadok, calon doktor?, Hmm…” nggak juga kok?” Sang guru besar sang
satu ini, memang tidak punya rasa malu lagi. Lagian kenapa musti
ditutup-tutupi, iya nggak? Masak kita kalah lihai dalam menulis cerpen sama
yang aktivis pacaran. Mereka tulis
tentang remaja yang sampe
nekat over acting di depan banyak orang. Kini biar aku yang nulis Sang guru
besar yang sudah amat gaek, gatal, tua bangka tak tahu diri. Ada pula yang
tua-tua pacaran seperti anak muda. Nggak tanggung-tanggung, mereka cuek aja
bermesraan. Nggak peduli lagi dengan orang di sekitarnya. Bahkan mungkin ada
rasa puas udah bisa ngasih ‘hiburan’ ke orang lain. Hih, dasar tua-tua keladi!
Yang tua-tua, masih tega punya pasangan ilegal. Lihat aja di angkot, di pasar, apalagi di mal, ada aja pasangan ilegal ini yang nekat melakukan adegan yang bisa bikin orang yang ngeliat merasa muak dan sebel. Aksi nekat pegawai dan pejabat negara. Nekat dan berani malu memang. Hubungan gelap dan liar!
Yang tua-tua, masih tega punya pasangan ilegal. Lihat aja di angkot, di pasar, apalagi di mal, ada aja pasangan ilegal ini yang nekat melakukan adegan yang bisa bikin orang yang ngeliat merasa muak dan sebel. Aksi nekat pegawai dan pejabat negara. Nekat dan berani malu memang. Hubungan gelap dan liar!
Pacaran dikatakan hubungan gelap? Ya, sebab, ikatan antara laki-laki dan wanita yang sah dalam pandangan Islam adalah dengan khitbah dan nikah. Nggak ada selain itu. Dengan demikian yang boleh dibilang sebagai hubungan yang ‘terang’ itu adalah khitbah dan nikah itu. Namun demikian, jangan dianggap bahwa khitbah sama dengan pacaran islami, lho. Itu salah besar sodara-sodara.
Di radio ada ungkapan penyiar begini: “Sobat muda muslim, khitbah dalam bahasa Indonesia artinya meminang.” Udah pernah kenal istilah ini? Jangan sampe kuper ya? Apalagi selama ini, kayaknya banyak juga dari kita yang nggak kenal istilah-istilah islami. Yang kita hapal betul dan udah terformat dalam otak dan pikiran kita adalah istilah dan aturan main yang bukan berasal dari Islam. Jadinya ya pantes aja nggak ngeh, bahkan mungkin nggak kenal sama sekali. Memprihatinkan memang.
Bagaimana lezat atau
siksaan cinta
“Cinta itu seharusnya mensucikan akal, mengenyahkan
kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi,
membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat,
mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan
kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan
cobaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah
Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta
dalam kehidupan seseorang.
Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.
Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.
Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah.
Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.
Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.
Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah.
Ketika kubaca KOMPAS.com di salah satu warnet di Panam Pekanbaru
Riau, malah kutemukan berita
tentang guru besar di Maksar. Beritanya begini: Setelah
tes urine dan darah dilakukan, Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof
Dr Musakkir SH, MH, dan Ketua LBH Unhas Ismail Arlip yang tertangkap karena
mengonsumsi sabu bareng mahasiswinya dinyatakan positif menggunakan narkoba.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Polrestabes Makassar Komisaris Besar Polisi Fery Abraham yang dikonfirmasi, Minggu (16/11/2014).
Dengan begitu, dia mengatakan, keenam orang yang ditangkap oleh Satuan Narkoba Polrestabes Makassar ini telah ditetapkan sebagai tersangka.
"Dari hasil pemeriksaan, urine dan darah guru besar Unhas bersama kelima orang lainnya positif mengandung metamphetamine. Jadi, mereka sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mengenai pasal yang dikenakan, Senin (17/11/2014) pagi akan digelar perkara istimewa untuk menentukan peran masing-masing tersangka," ujarnya. [Baca: Guru Besar "Nyabu" Belum Ditahan karena Tunggu Hasil Tes Urine]
Soal penerapan pasal untuk keenam tersangka, Fery menyatakan bahwa mereka terancam dikenakan pasal berlapis. "Ya, jelas berdasarkan dalam Undang-Undang Narkotika, banyak pasal yang tercantum di dalamnya. Makanya, keenam tersangka terancam pasal berlapis," ujar dia.
Sebelumnya diberitakan, Guru Besar Unhas Prof Dr Musakkir SH, MH, warga kompleks Unhas Blok A1/8; dan Ketua LBH Unhas Ismail Alrip SH, M KN, warga Jalan Kutacane Utara No 24, Baruga Antang; nyabu bersama mahasiswinya di Hotel Grand Malibu kamar 312, Jumat (14/11/2014) dini hari. [Baca: Guru Besar Unhas Tertangkap "Nyabu", Ini Komentar Sang Rektor]
Satuan Narkoba Polrestabes Makassar yang mendapat informasi tentang pesta sabu itu langsung melakukan penggerebekan. Di dalam kamar 312 Hotel Grand Malibu, Musakkir dan Ismail ditemukan nyabu bersama seorang mahasiswinya, Nilam, warga Jalan Mawar, Kabupaten Gowa.
Dalam penggerebekan itu, polisi menyita dua paket sabu lengkap dengan alat isapnya. Dari pengakuan tersangka, ada rekan-rekan yang lain sedang berpesta sabu di kamar lainnya di Hotel Grand Malibu.
Polisi pun langsung melakukan penggerebekan dan menemukan Andi Syamsuddin alias Ancu (44), warga BTN Ara Keke, Kabupaten Bantaeng, bersama seorang mahasiswi, Ainum Nakiyah (18), warga Jalan Pelita Nomor 4, Makassar.
Di lokasi penggerebekan kamar kedua ini, polisi menyita sabu seberat 1 gram, ekstasi 2 butir, dan alat isap sabu (bong). Dari pengakuannya, barang haram tersebut diperoleh dari temannya yang berada di kamar 205.
Tidak menunggu lama, polisi langsung melakukan penggerebekan dan berhasil menangkap Harianto alias Ito (32) yang merupakan staf Zona Cafe, warga Jalan Kapasa Raya Nomor 4, Daya, Makassar. Di dalam kamar, polisi juga menyita satu paket sabu sisa pakai.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Polrestabes Makassar Komisaris Besar Polisi Fery Abraham yang dikonfirmasi, Minggu (16/11/2014).
Dengan begitu, dia mengatakan, keenam orang yang ditangkap oleh Satuan Narkoba Polrestabes Makassar ini telah ditetapkan sebagai tersangka.
"Dari hasil pemeriksaan, urine dan darah guru besar Unhas bersama kelima orang lainnya positif mengandung metamphetamine. Jadi, mereka sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mengenai pasal yang dikenakan, Senin (17/11/2014) pagi akan digelar perkara istimewa untuk menentukan peran masing-masing tersangka," ujarnya. [Baca: Guru Besar "Nyabu" Belum Ditahan karena Tunggu Hasil Tes Urine]
Soal penerapan pasal untuk keenam tersangka, Fery menyatakan bahwa mereka terancam dikenakan pasal berlapis. "Ya, jelas berdasarkan dalam Undang-Undang Narkotika, banyak pasal yang tercantum di dalamnya. Makanya, keenam tersangka terancam pasal berlapis," ujar dia.
Sebelumnya diberitakan, Guru Besar Unhas Prof Dr Musakkir SH, MH, warga kompleks Unhas Blok A1/8; dan Ketua LBH Unhas Ismail Alrip SH, M KN, warga Jalan Kutacane Utara No 24, Baruga Antang; nyabu bersama mahasiswinya di Hotel Grand Malibu kamar 312, Jumat (14/11/2014) dini hari. [Baca: Guru Besar Unhas Tertangkap "Nyabu", Ini Komentar Sang Rektor]
Satuan Narkoba Polrestabes Makassar yang mendapat informasi tentang pesta sabu itu langsung melakukan penggerebekan. Di dalam kamar 312 Hotel Grand Malibu, Musakkir dan Ismail ditemukan nyabu bersama seorang mahasiswinya, Nilam, warga Jalan Mawar, Kabupaten Gowa.
Dalam penggerebekan itu, polisi menyita dua paket sabu lengkap dengan alat isapnya. Dari pengakuan tersangka, ada rekan-rekan yang lain sedang berpesta sabu di kamar lainnya di Hotel Grand Malibu.
Polisi pun langsung melakukan penggerebekan dan menemukan Andi Syamsuddin alias Ancu (44), warga BTN Ara Keke, Kabupaten Bantaeng, bersama seorang mahasiswi, Ainum Nakiyah (18), warga Jalan Pelita Nomor 4, Makassar.
Di lokasi penggerebekan kamar kedua ini, polisi menyita sabu seberat 1 gram, ekstasi 2 butir, dan alat isap sabu (bong). Dari pengakuannya, barang haram tersebut diperoleh dari temannya yang berada di kamar 205.
Tidak menunggu lama, polisi langsung melakukan penggerebekan dan berhasil menangkap Harianto alias Ito (32) yang merupakan staf Zona Cafe, warga Jalan Kapasa Raya Nomor 4, Daya, Makassar. Di dalam kamar, polisi juga menyita satu paket sabu sisa pakai.
Sang Guru Besar Menjawab
Zaman Ini Terbalik
Serba Terbalik agar
tak membalik asal tak membalik harus dibalik
biar terbalik ah,,, bolak balik balik
membalik
zaman sudah terbalik kalau tak membalik terbalik.. “ Wujud dari sebuah kesialan itu ialah ketika guru besar membuka Kotak Pandora,
tentunya membuka peti, seluruh kutukan
yang paling mengerikan berlompatan, bergulingan, lalu melekat erat-erat di
tubuh perempuan.”
Seperti uap, kadang baunya menyengat dan memusingkan orang-orang yang berada di sekitarnya. Bahkan membuat mual si pemilik tubuh.
Kutukan itu menempel erat, tak ada sepotong mahluk pun bisa mengupasnya. Semua itu harus di jalani seorang perempuan.Dengan tubuhnya yang indah dan bertaburan aroma sering mengundang keringat lelaki meleleh.
Perempuan juga harus punya cinta dan harus jatuh cinta!
Konon, tanpa rasa cinta seluruh mahluk di bumi ini tidak ada.Katanya cinta juga bisa membuat pralaya, grubug, kiamat!
Apakah pohon tumbuh juga karena cinta? Aku tumbuh karena cinta? Cinta dari siapa? Apakah aku memiliki orang-orang yang mencintai aku? Atau, punyakah aku cinta? Bolehkah kita hidup tanpa cinta? Bisakah kita tumbuh tanpa cinta? Besarkah kita? Hidupkah?
Lalu kenapa harus ada perceraian, perpisahan? Dimana cinta bersembunyi saat itu? Apa itu bagian dari cinta dengan wujudnya yang berbeda?
Aku tidak percaya cinta itu ada.Sejak adikku berkata: "Kita ini anak siapa? Kenapa orang yang mengaku orang tua kita sibuk dengan anak-anak mereka. Lalu pada siapa kita harus mengadu? Bermanja-manja.Minta tolong. Kita ini anak siapa? Apakah kelahiran kita diinginkan? Kenapa sejak kecil kita harus mencoba mengerti tentang mereka? Kapan mereka mau mendengarkan kita, memperlakukan kita sama seperti anak-anak baru mereka? Berpikir tentang kita? Kuatir sesuatu yang membahayakan mengancam kita? Punyakah mereka cinta,harapan dan cerita ketika membuat kita?"
Aku tidak bisa menjawabnya. Pemikiran itu justru tidak pernah ada diotakku sampai adikku berkata seperti itu. Iya, punyakah manusia-manusia yang membuat kami ada sepotong cinta? Mungkin secuil.Sampai buntu otakku, tidak ada jawabannya.
Tapi aku senang dengan pertanyaan adikku itu. Aku mulai mencari hakikat cinta yang membuat aku ada.Melalui sebuah pohon beringin besar yang tumbuh dikuburan.
Dia begitu ramah. Kokoh dan kuat. Setiap memandangnya kutemukan figur bapak. Sulur-sulur yang memenuhi tubuhnya sering kulihat seperti tangan lelaki yang ingin mendekapku. Kadang keteduhan daunnya yang hijau dan beraroma cinta seperti potret seorang ibu yang menimang anaknya.Menciumi tubuhnya yang lembab .Kutemukan kedamaian dan kasih sayang. Kutemukan wajah Bapak dan Ibuku yang hilang.
***
Calon doktor, pulang dari menemui guru besar, di saat senja ini, kota Pekanbaru Riau , masih
diguyur hujan, sayangSeperti uap, kadang baunya menyengat dan memusingkan orang-orang yang berada di sekitarnya. Bahkan membuat mual si pemilik tubuh.
Kutukan itu menempel erat, tak ada sepotong mahluk pun bisa mengupasnya. Semua itu harus di jalani seorang perempuan.Dengan tubuhnya yang indah dan bertaburan aroma sering mengundang keringat lelaki meleleh.
Perempuan juga harus punya cinta dan harus jatuh cinta!
Konon, tanpa rasa cinta seluruh mahluk di bumi ini tidak ada.Katanya cinta juga bisa membuat pralaya, grubug, kiamat!
Apakah pohon tumbuh juga karena cinta? Aku tumbuh karena cinta? Cinta dari siapa? Apakah aku memiliki orang-orang yang mencintai aku? Atau, punyakah aku cinta? Bolehkah kita hidup tanpa cinta? Bisakah kita tumbuh tanpa cinta? Besarkah kita? Hidupkah?
Lalu kenapa harus ada perceraian, perpisahan? Dimana cinta bersembunyi saat itu? Apa itu bagian dari cinta dengan wujudnya yang berbeda?
Aku tidak percaya cinta itu ada.Sejak adikku berkata: "Kita ini anak siapa? Kenapa orang yang mengaku orang tua kita sibuk dengan anak-anak mereka. Lalu pada siapa kita harus mengadu? Bermanja-manja.Minta tolong. Kita ini anak siapa? Apakah kelahiran kita diinginkan? Kenapa sejak kecil kita harus mencoba mengerti tentang mereka? Kapan mereka mau mendengarkan kita, memperlakukan kita sama seperti anak-anak baru mereka? Berpikir tentang kita? Kuatir sesuatu yang membahayakan mengancam kita? Punyakah mereka cinta,harapan dan cerita ketika membuat kita?"
Aku tidak bisa menjawabnya. Pemikiran itu justru tidak pernah ada diotakku sampai adikku berkata seperti itu. Iya, punyakah manusia-manusia yang membuat kami ada sepotong cinta? Mungkin secuil.Sampai buntu otakku, tidak ada jawabannya.
Tapi aku senang dengan pertanyaan adikku itu. Aku mulai mencari hakikat cinta yang membuat aku ada.Melalui sebuah pohon beringin besar yang tumbuh dikuburan.
Dia begitu ramah. Kokoh dan kuat. Setiap memandangnya kutemukan figur bapak. Sulur-sulur yang memenuhi tubuhnya sering kulihat seperti tangan lelaki yang ingin mendekapku. Kadang keteduhan daunnya yang hijau dan beraroma cinta seperti potret seorang ibu yang menimang anaknya.Menciumi tubuhnya yang lembab .Kutemukan kedamaian dan kasih sayang. Kutemukan wajah Bapak dan Ibuku yang hilang.
***
aku dalam letih dalam deraian hujannya,
Siti Maharani di ujung mata kian berbayang
Akal dan hati berpilin dalam tenunan kisah remaja dahulu
Dari mobil Tua Toyotaku ada derai dan bias kolam ikan,
Ada bayangan liar di kaca jendela
Di Airtiris, pernah adan percikan-percikan dari teritis
Aku jatuh, jatuh di kaki malam
Seluruh gerak menyatakan aku harus berdiam diri.
Hujan dalam hayalku, mirip hujan senja ini, sayang
mengalir bersama genangan
perlahan tenggelam,
aku
Puisi Tanpa Kata
Masa lalu, tersa amat dekat, dan aku tiba pada saat itu
Tiada jarak antara bait dan sampiran pantun
Kugoreskan pena, dalam selarik puisi tanpa aksara
Semuanya setarikan nafas,
Muncul seribu makna.. Aku mengagumi pohon beringin besar yang tumbuh dekat Pura Dalem di tikungan gang. Aku sering lewat di jalan itu menuju kantor.Kulewati jalan itu hampir lima tahunan. Tapi aku tidak pernah melihat pohon itu, sampai sebuah peristiwa menimpaku.
Aku hampir di tabrak dokar. Pohon itulah yang menolongku sehingga aku tidak masuk lubang besar. Tangannya yang kokoh merangkul tubuhku yang kurus. Aku pun berayun tidak jadi masuk got.Kami tertawa dan melempar senyum.
Aku selalu mengangumi pohon itu. Terlihat kekar, dengan urat-urat keras dan kaku. Bagiku, dia satu-satunya mahluk hidup yang paling menggairahkan dibanding mahluk hidup yang lain. Dia sangat seksi mengalahkan ratusan lelaki yang pernah kukenal dalam hidupku.
Kau tahu pohon beringin?
Kuceritakan padamu tentang aku dulu,sebelum kau mengenal pohon beringinku.
(saat ini kehadiran dia seperti seorang kekasih bagiku. Diam-diam, aku sering melumatnya di dalam otakku.Menggenggam bayangnya untuk menidurkan tubuhku).
Begini ceritanya, diamlah. Aku akan memulai cerita ini.
Aku seorang perempuan, tubuhku kurus. Tulang-tulangku terbuat dari lidi enau, terlalu kecil untuk kriteria seksi.Tapi aku menyukai bentuk tulangku yang kecil, terlihat lucu.
Rapi, dan cantik.Mirip susunan gamelan. Tubuhku juga tidak gampang menggelembung seperti balon.Sering juga aku terobsesi ingin gendut, kesannya seksi memiliki tubuh sintal.Kuambil pompa kumasukkan ke mulutku, aku ingin sekali melihat tubuhku gendut. Seperti apa tampangku kalau gendut? Seperti drum minyak tanah? Atau seperti ibu-ibu gendut yang kerjanya menonton tv sambil mengunyah camilan. Pipinya tumbuh seperti melati
Jari-jariku tangkai bunga rumput.Rambutku buih ombak. Tubuhku belalang hijau yang sering menggerogoti dan membunuh daun-daun muda.Otakku ditumbuhi beratus jenis akar. Bukan urat kupikir, karena setiap akar dalam otakku, selalu memiliki cerita sendiri, satu dengan yang lain berbeda. Kau pasti tidak percaya. Kadang, akar-akar dalam otakku juga berbicara sendiri. Yang sering membuatku jengkel, akar dalam otakku sering memiliki keinginan sendiri. Sering sekali dia bertindak semaunya.
Sialnya, dia juga bisa memaksaku! Untuk melakukan suatu hal yang dia inginkan.
Kau bisa bayangkan akar-akar otakku? Dia itu mahluk paling egois, yang selalu meremas setiap impianku, dan menggelindingkan mimpinya sendiri untuk kuteguk. Main paksa!
Pernah aku datang ke praktek dokter terkenal. Kata orang-orang, dia adalah dokter terbaik di pulauku, tamatan sekolah terbaik di Jerman. Orangnya lucu, tampangnya tidak menunjukkan dia seorang intelektual (seperti teman-teman yang sering kutemui), dia terlihat seperti lelaki minder, tapi aku yakin otaknya pasti ditumbuhi akar.
Ikhlas atau tulus. I’tikaf dan meditasi. Merenung cenung. Zikrullah. Atau apapun nama istilah dan bahasanya. Semuanya menjadi sebuah terminologi yang tanpa batas membahasakan hal ini. Tiada pula yang benar salah dalam mengartikannya. Namun yang ada hanyalah kebenaran sejati dan kebenaran mutlak. Karena Bahasa Tuhan tiada yang jelas. Jelas bagi orang-orang yang tentunya diberi hidayah dan dituntun untuk mengetahui sebuah kebenaran sejati itu.
Janganlah takut untuk membahasakan sebuah kebenaran. asalkan itu adalah hasil dari sebuah perenungan. Tentunya perenungan secara totalitas. Baik melalui berbagi metode dan cara. Berbagai cara orang menemukan bahasa kebenaran itu. Tentunya selalu di awali dari lingkaran paling besar. Dalam prosesnya bahasa itu makin lama - makin kecil dan semakin kecil lalu semakin kecil lagi. Jadinya semakin halus dan sangat halus.
Dalam perspektif sufisme, ketika
manusia masuk ke dalam dimensi yang sangat halus tersebut. Bahasa itu terasa
sulit untuk dibahasakan. Termasuk orang-orang yang memang tiada pernah butuh
pengakuan dalam menemukan konsep Ketuhanan itu sendiri. Ia hanya bisa
dibahasakan dengan laku atau lakon sehari-hari. Dan alam pun tidak bisa
berbohong dengan manusia-manusia seperti itu. Tiada pernah puas dengan apa yang
diraihnya. Tiada pula bangga dengan apa yang telah disaksikannya apalagi
terkagum-kagum dengan hasil cipta buah pikiran manusia.
Terkadang manusia terjebak dengan
kata-kata yang elok namun membuat bingung. Terlena dengan kebendaan materialis
yang berlebihan dikarenakan bertahtanya otak tanpa masuk ke dalam lagi yakni
spiritual. Padahal, mengkaji dan mengamalkan serta menghayati dimensi
Ketuhanan. Maksud saya berikanlah yang terbaik dan lakukan yang terbaik dalam
hidup ini. Demi kemaslahatan orang banyak. Mengapa musti dirahasiakan jika kita
jelas mengetahuinya. Bahasakanlah dengan jelas kepada sesama. Jika memang
itu sudah bisa terbahasakan. Jika tersurat. Kaji dan bahasakan secara tersirat
apa makna dari bahasa itu. Terkadang saya juga menjadi peka ketika orang
ramai-ramai mengikuti kajian spiritual. Training dan pelatihan-pelatihan dari
para trainers terkenal. Dengan begitu pesertanya dengan rela mengeluarkan uang
dalam jumlah yang tidak sedikit.
Timbul pertanyaan dalam diri saya.
Apakah bahasanya yang tidak jelas ataukah orang yang membahasakan tidak bisa
membahasakannya dengan jelas. Ataukah memang orang yang memberikan pemahaman
tersebut tidak paham apa yang sebenarnya dibahas untuk dibahasakan kepada orang
banyak. Kita ambil contoh, maaf beribu maaf”. Begitu banyaknya Kiayi. Hustad
dan majelis-majelis zikir bertaburan dimana-mana. Tapi ironisnya, negeri kita
juga tetap begini-begini juga. Malah semakin bobrok mentalitas serta moralitas
manusia.Terjadilah pendangkalan makna alquran yang sebenarnya. Yang ketika kita
Flash Back kebelakang mengenai Nabi Adam dengan proses terjadinya manusia.
Bahwa Adam diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Artinya ada kelebihan
yang dimilki Nabi Adam. Hingga malaikat saja bisa sujud kepadanya. Nah, jika
kita mau mengkaji dan selalu minta ridho dan petunjuk-NYa. Apa yang digambarkan
oleh pendahulu kita itu. Serta merta kita harus pula mencari dan menemukannya.
Selanjutnya kita melangkah lagi di
era Rasulullah SAW. Dengan tegas beliau mengajarkan melalui wahyunya bahwa apa
yang digambarkan oleh Nabi Adam itu dilengkapi oleh Rasulullah ketika melakukan
mi’raj di gua hira. Begitu juga Nabi Isa dan sebagainya sebagainya kepada para
umatnya. Bahwa manusia itu mulia adanya. Letak kemuliaan manusia itu nyata ada.
Lalu dalam agama Islam dikeluarkanlah sabda Tauhid dan Sabda Rasul. Yang
menjadi dua kalimat syahadat. Dua kalimat penegasan. Dalam versi jawa disebut
kalimasadah. Itu-itu juga sebenarnya.
Nur Allah - Nur Muhammad - Nur
Insan. Adalah sebuah istilah universal. Tiga trimurti proses terjadinya
manusia. Yang dalam bahasanya Ary Ginanjar adalah IQ - EQ - SQ atau istilah
trennya disebut ESQ Power. Juga dalam spiritual kejawen bisa diartikan dengan sedulur
papat lima pancer. Sekali lagi, apapun bahasanya mengandung makna yang
sama. Bukan dengan begitu selalu memperbesar perbadaan. Selanjutnya, dari
rangkaian proses terjadinya manusia itu terdiri dari bagian-bagian atau
adonan-adonan yang sangat sempurna. Sesuai dengan janji Allah kepada manusia.
Bahwa manusia itu adalah manusia
yang memiliki derajat tertinggi. Dalam sebutan kalangan bangsawan Jawa adalah
“Menungso”. Manusia yang telah diberikan Nur Muhammad ketika sejak masih dalam
kandungan Ibu. Setelah keluar atau lahir di dunia nyata ini, nur itu
pecah. Nur Ilahi dan Nur Muhammad serta Nur Insan. Menjadilah kita
manusia yang berbadan sinar atau Nur. Dinilah letak kemuliaan itu. Ketika kita
bisa memahami, mengamalkan dan menghayatinya dengan kesadaran tertinggi.
Sudah saatnya para kalangan ulama
bisa memberikan atau siapapun sebagai pegiat spiritual, untuk membuka dan
menjelaskan tanpa pamrih apa yang mereka ketahui jika tuntunan itu ada. Dikala
dunia ini sudah semakin tua dan rapuh, manusia terjebak dengan kebingungan.
Telah kehilangan kepekaan dan sentuhan. Jangankan rakyat biasa. Para pemimpin
bangsa dan petinggi negeri ini kalau mau jujur jauh dari apa yang mereka
ketahui. Lebih parahnya lagi ketika pintu-pintu hati untuk memahami hal
tersebut sudah tertutupi oleh berbagai hedonisme ; pangkat, jabatan, status dan
kemewahan. Tanpa pernah lagi mau sadar atau eling.
No comments:
Post a Comment