JUVENILE DELINQUENCY
m.rakib lpmp riau indonesia.2014
Ternyata istilah juvenile delinquency berasal
dari kata juvenile yang berarti anak, dan delinquency yang berarti kejahatan.
Jadi secara etimologis juvenile delinquency adalah kejahatan anak. Dari
berbagai pengertian tentang kenakalan remaja atau juvenile delinquency dapat
disimpulkan bahwa kenakalan remaja atau juvenile delinquency memiliki arti
kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja. Dengan demikian kenakalan remaja
merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang dapat dikenai sanksi pidana bagi
yang melanggar larangan tersebut. Masa remaja dikenal dengan masa Strom dan Stres
dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan
psikis yang bervariasi. Masa remaja identik dengan lingkungan sosial tempat
berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara
efektif.
Nabi Muhammad SAW
sangat menekankan hal ini, bahkan beliau menyuruh para orang tua untuk memberikan
hukuman kepada
anaknya apabila anak tersebut enggan melaksanakan shalat pada umur
10 tahun.
Begitu
pentingnya pendidikan sehingga Nabi sangggup berlaku tegas, apalagi yang
menyangkut soal ibadah. Hal ini tidak lain karena beliau sangat memperhatikan
kesejahteraan dan kedamaian umatnya.
TAKHRIJ HADIS
Metode
takhrij yang digunakan dalam penelitian ini adalah Takhrij al hadis bil lafz
dan Takhrij al hadis bil maudhu’. Adapun metode takhrij hadis bi
lafz ada dua cara, yaitu:
- Dengan cara mengetahui lafaz dari matan hadis
- Dengan cara mengetahui lafaz matan hadis yang paling sedikit berlakunya
Dalam penelitian hadis bi lafz
pelacakan materi hadis ini mencakup kata ‘allimu, dharaba, al-shalah dan
madja’un (jamak : madaji’) dan walada. Setelah dilihat
langsung dalam kitab Mu’jam al Mufahraz li Alfazi al Hadis an Nabawi,
penyusun mendapatkan hadis-hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab hadis
yaitu Kitab Sunan Abi Daud, Sunan at Turmuzi, Sunan ad Darimi dan Musnad Ahmad
bin Hanbal.
MATERI HADIS
- Sunan Abi Daud
حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ
يَعْنِي الْيَشْكُرِيَّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ سَوَّارٍ أَبِي حَمْزَةَ
قَالَ أَبُو دَاوُد وَهُوَ سَوَّارُ بْنُ دَاوُدَ أَبُو حَمْزَةَ الْمُزَنِيُّ
الصَّيْرَفِيُّ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ
أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
- Sunan at Turmuzi
حَدَّثَنَا عَلِيُّ
بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ
سَبْرَةَ الْجُهَنِيُّ عَنْ عَمِّهِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ
سَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
Kenakalan remaja sering diartikan
terjemahan dari juvenile delinquency. Secara etimologis pengertian juvenile
delinquency berasal dari kata juvenile yang berarti anak, dan delinquency yang
berarti kejahatan. Jadi secara etimologis juvenile delinquency adalah kejahatan
anak. Dari berbagai pengertian tentang kenakalan remaja atau juvenile delinquency
dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja atau juvenile delinquency memiliki
arti kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja. Dengan demikian kenakalan
remaja merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang dapat dikenai sanksi
pidana bagi yang melanggar larangan tersebut. Masa remaja dikenal dengan masa
Strom dan Stres dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan
pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Masa remaja identik
dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri secara efektif.
Anak manja itu menjengkelkan, banyak yang bilang dengan sering
memeluk, menciumi bayi tidak akan membuat mereka tumbuh menjadi anak yang
manja. Namun ketika mereka melewati masa balita, kegiatan itu akan membuat
mereka menjadi anak yang manja.Mudah bagi kita mengamati anak manja di sebuah taman, tapi kadang kita luput mengamati perilaku anak sendiri. Inilah 10 tanda yang mengindikasikan kalau anak Anda tumbuh menjadi anak yang manja:
1. Dia Lebih Sering Mengamuk
Tanda yang pasti dari anak yang manja adalah ia lebih sering mengamuk atau ngambek, baik di muka umum ataupun di rumah.
2. Tidak Pernah Merasa Puas
Anak yang manja kadang tidak bisa menunjukkan perasaan puas atas apa yang mereka miliki. Jika mereka melihat barang milik orang lain, maka mereka akan menginginkan barang tersebut.
3. Tidak Suka Membantu
Tidak ada baita yang suka bersih-bersih, tapi saat mereka melewati masa itu, harusnya mereka mau membantu mengerjakan tugas yang mudah, seperti membereskan mainan dan sepatu mereka.
4. Mencoba Mengontrol Orang Dewasa
Anak yang manja kadang tidak bisa membedakan antara orangtua dan orang dewasa lainnya. Mereka selalu mengharapkan siaipun itu mau mendengarkan mereka setiap saat.
5. Sering Mempermalukan Anda di Muka Umum
Melakukan kesalahan itu normal, tapi saat anak bertujuan membuat malu orangtuanya di muka umum hanya untuk mendapatkan perhatian, maka keadaan menjadi seperti terisolasi.
6. Tidak Mau Berbagi
Berbag merupakan konsep yang sulit bagi anak kecil sampai orang dewasa, tapi saat anak mencapai usia 4 tahun, ia harusnya sudah mau berbagi mainan, makanan dan lainnya dengan teman dan saudaranya.
7. Anda Harus Memohon Padanya
Orangtua, pengasuh adalah sosok pengatur dan harus dipatuhi saat memerintahkan sesuatu. Sebagai orantua Anda tidak perlu memohon kepada anak untuk menyelesakan tugas-tugasnya.
8. Ia Mengabaikan Anda
Tidak ada seorang anakpun yang senang mendengar kata “tidak”, tetapi mereka tidak boleh mengabaikan Anda saat berbicara dengan mereka.
9. Tidak Ingin Bermain Sendiri
Pada usia 4 tahun, anak harus berani dan bisa bermain sendiri untuk menghabiskan waktu. Membutuhkan orangtua atau teman bermain untuk bermain bersama mereka, menunjukkan kalau mereka butuh perhatian.
10. Anda Harus Menyuap Mereka
Orangtua tidak boleh menyogok anak-anak mereka dengan uang, mainan, traktiran atau sejenisnya hanya agar mereka mau melakukan tugas rutin mereka.
Bila aktifitas-aktifitas yang dijalani
di Sekolah tidak memadai untuk memenuhi gejolak energinya, maka remaja
seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang tidak positif, dengan
melukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan disebut dengan kenakalan
remaja.
Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk kenakalan remaja
meliputi:
1.Kenakalan yang menimbulkan korban
fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan,
dan lain-lain.
2.Kenakalan yang menimbulkan korban
materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3.Kenakalan sosial yang tidak
menimbulkan korban di fihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat.
4.Kenakalan yang melawan status,
misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos,
mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah
perintah mereka
5.Kenakalan Remaja Non Kriminal
Remaja yang mengalami masalah jenis
ini cenderung tertarik pada kesenangan-kesenangan yang sifatnya menyendiri,
apatis terhadap kegiatan masyarakat atau sekolah. Remaja ini suka mengasingkan
diri, menghindarkan diri dari kegiatan yang menumbuhkan kontak dengan orang
lain. Perasaannya sangat peka dan mudah terluka, cepat tersinggung dan
membesar-besarkan kekurangannya sendiri, dengan gejala umum sering menyendiri,
melamun, apatis tidak bergairah, sangat mudah tersinggung, sangat mudah panik,
sangat mudah bingung sehingga cenderung menjadi peminum, pemabuk, penghisap
candu, narkotika, menjadi morfinis dan sebagainya, bahkan tega untuk bunuh
diri.
Faktor-faktor Kenakalan Remaja
Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi remaja yang nakal antara lain:
1.Kehidupan Keluarga
2.Kehidupan masyarakat modern
3.Pengaruh Budaya Asing
Pencegahan dan Penanganan Kenakalan
Remaja
Usaha-usaha pencegahan kenakalan
remaja dapat dilakukan dengan cara moralitas maupun abolisionalistis. Cara
moralistis menekankan pada upaya pembentukan dan pembinaan moral dan mental
remaja, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan kesadaran hukum bagi anak dan
remaja, penanaman rasa tanggungjawab sosial, penanaman kesadaran beragama dan
penyuluhan tentang sebab-musabab kenakalan remaja.
Cara ablisionalitis dalam pencegahan
kenakalan remaja dilakukan dengan mengurangi sebab-sebab yang mendorong anak
remaja melakukan perbuatan delinkuen. Selain itu upaya pencegahan kenakalan
remaja juga dapat dilakukan dengan cara berusaha mengerti pribadi anak dan
minatnya serta memberikan cinta kasih yang simpatik. Kesimpulannya kenakalan
remaja sebagai perilaku yang melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat,
dan biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun. Minimnya
pengawasan orang tua beserta para guru dan masyarakat umum menyebabkan remaja
melakukan perbuatan yang negatif. Jadi, saran yang baik buat anak remaja itu
adalah Dibutuhkan pendekatan yang baik terhadap remaja yang diawali dari
keluarga, sekolah dan masyarakat umum, sehingga remaja tidak termotivasi untuk
melakukan hal-hal yang negatif.
Bila aktifitas-aktifitas yang
dijalani di Sekolah tidak memadai untuk memenuhi gejolak energinya, maka remaja
seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang tidak positif, dengan
melukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan disebut dengan kenakalan
remaja.
Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk kenakalan remaja
meliputi:
1.Kenakalan yang menimbulkan korban
fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan,
dan lain-lain.
2.Kenakalan yang menimbulkan korban
materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3.Kenakalan sosial yang tidak
menimbulkan korban di fihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat.
4.Kenakalan yang melawan status,
misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos,
mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah
perintah mereka
5.Kenakalan Remaja Non Kriminal
Anak yang mengalami masalah jenis
ini cenderung tertarik pada kesenangan-kesenangan yang sifatnya menyendiri,
apatis terhadap kegiatan masyarakat atau sekolah. Remaja ini suka mengasingkan
diri, menghindarkan diri dari kegiatan yang menumbuhkan kontak dengan orang
lain. Perasaannya sangat peka dan mudah terluka, cepat tersinggung dan
membesar-besarkan kekurangannya sendiri, dengan gejala umum sering menyendiri,
melamun, apatis tidak bergairah, sangat mudah tersinggung, sangat mudah panik,
sangat mudah bingung sehingga cenderung menjadi peminum, pemabuk, penghisap
candu, narkotika, menjadi morfinis dan sebagainya, bahkan tega untuk bunuh
diri.
Faktor-faktor Kenakalan Remaja
Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi remaja yang nakal antara lain:
1.Kehidupan Keluarga
2.Kehidupan masyarakat modern
3.Pengaruh Budaya Asing
Pencegahan dan Penanganan Kenakalan
Remaja
Usaha-usaha pencegahan kenakalan
remaja dapat dilakukan dengan cara moralitas maupun abolisionalistis. Cara
moralistis menekankan pada upaya pembentukan dan pembinaan moral dan mental
remaja, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan kesadaran hukum bagi anak dan
remaja, penanaman rasa tanggungjawab sosial, penanaman kesadaran beragama dan
penyuluhan tentang sebab-musabab kenakalan remaja. Cara ablisionalitis dalam
pencegahan kenakalan remaja dilakukan dengan mengurangi sebab-sebab yang
mendorong anak remaja melakukan perbuatan delinkuen. Selain itu upaya
pencegahan kenakalan remaja juga dapat dilakukan dengan cara berusaha mengerti
pribadi anak dan minatnya serta memberikan cinta kasih yang simpatik.
Kesimpulannya kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar norma-norma yang
ada dalam masyarakat, dan biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia
16-18 tahun. Minimnya pengawasan orang tua beserta para guru dan masyarakat
umum menyebabkan remaja melakukan perbuatan yang negatif. Jadi, saran yang baik
buat anak remaja itu adalah Dibutuhkan pendekatan yang baik terhadap remaja
yang diawali dari keluarga, sekolah dan masyarakat umum, sehingga remaja
tidak termotivasi untuk melakukan hal-hal yang negatif.
No comments:
Post a Comment