TUHAN MEMBAWA DUA
KEBENARAN
m.rakib lpmp riau indonesia. 2014
Tuhan Dua Kebenaran.
Aku datang kepadamu, Tuhanku,
supaya
engkau membawaku untuk melihat keindahan-Mu.
Aku
mengenal Engkau, aku tahu nama-Mu,
Aku tahu nama-nama 42 makhluk gaib yang berada
dengan Engkau di aula Dua Kebenaran yang luas… Lihatlah.
Aku datang
kepadamu. Aku telah membawa kebenaran kepadamu,
Aku telah melakukan dosa bagi Mu. Tapi Aku tidak
berdosa terhadap siapapun.
Aku bukan
orang teraniaya. Aku tidak melakukan kejahatan, bukan kebenaran.
Mengenal Kitab Kematian Mesir
Sebenarnya agama Mesir ini merupakan kepercayaan
politeistik, ratusan dewa dan dewi disembah di sepanjang lembah Nil. Diyakini
para dewa menampakkan diri dalam gambar tertentu dan seniman menggambarkannya
dalam bentuk patung.
Mereka juga menganggap akhirat sebagai bagian dari
perjalanan untuk mencapai surga, perjalanan yang berbahaya sehingga memerlukan
magis sepanjang perjalanan.
Misteri Kitab Kematian Bangsa Mesir Yang Dianggap Paling
Sakral
Terungkaplagi 11.12.13
Sebenarnya apasih isi dari Kitab Kematian bangsa Mesir (Book
of the Dead)? Nah, kali ini seseorang yang bernama John Taylor (dari Museum
Inggris) dan temannya yang bernama Ahmed Osman (sejarawan, dosen, Egyptologist
Inggris) akan menjelaskan secara lengkap tentang Kitab Kematian yang dianggap
paling sakral di dalam dunia magis tersebut.
Perintah Dewa
Menurut Ahmed Osman (sejarawan, dosen, peneliti, penulis,
Egyptologist Inggris), bahwa sepuluh Perintah Dewa merupakan perintah kepada
manusia yang diberikan dalam bentuk imperatif.
Adapun mantra Mesir ini menggunakan kalimat seperti ‘Jangan
membunuh, Engkau tidak berzinah, Jangan mencuri, Jangan mengucapkan saksi dusta
terhadap sesamamu’. Mereka akan berkata:
Salam untukmu, Dewa yang besar, Tuhan Dua Kebenaran. Aku
datang kepadamu, Tuhanku, supaya engkau membawa saya untuk melihat
keindahan-Mu. Aku mengenal Engkau, aku tahu nama-Mu, aku tahu nama-nama 42 Dewa
yang berada dengan Engkau di aula Dua Kebenaran yang luas… Lihatlah, Aku datang
kepadamu. Saya telah membawa kebenaran kepadamu, aku telah melakukan dosa bagi
Mu. Aku tidak berdosa terhadap siapapun. Saya bukan orang teraniaya. Aku tidak
melakukan kejahatan, bukan kebenaran.
Mengenal Kitab Kematian Mesir
Sebenarnya agama Mesir ini merupakan kepercayaan
politeistik, ratusan dewa dan dewi disembah di sepanjang lembah Nil. Diyakini
para dewa menampakkan diri dalam gambar tertentu dan seniman menggambarkannya
dalam bentuk patung.
Mereka juga menganggap akhirat sebagai bagian dari
perjalanan untuk mencapai surga, perjalanan yang berbahaya sehingga memerlukan
magis sepanjang perjalanan.
Bahkan anehnya, mereka juga percaya bahwa setiap orang
memiliki, selain tubuh fisik, yang bersifat rohani ganda. Menganggap nama dan
bayangan seseorang sebagai identitas yang hidup, bagian dari eksistensi
spiritual, bukan hanya bahasa dan fenomena alam. Anggapan bahwa kematian hanya
sebagai gangguan
sementara, bukan penghentian hidup yang lengkap, dan percaya
bahwa setelah kematian mereka akan menghadapi pengadilan di dunia bawah sebelum
dewa Osiris dan 42 hakim di Aula Pengadilan.
Pada umumnya, kitab Kematian menggunakan gulungan papirus
dengan berbagai mantra tertulis di atasnya, dalam naskah hieroglif. Biasanya
memiliki ilustrasi berwarna yang indah, sangat mahal sehingga hanya digunakan
bagi mereka yang kaya dan berstatus tinggi. Hal ini bergantung pada pada
kekayaan masing-masing, bisa membeli papirus yang sudah diisi mantra atau bisa
menghabiskan banyak uang untuk memilih mantra yang diinginkan.
Beberapa mantra memastikan mereka untuk mengontrol tubuh
setelah kematian. Orang Mesir kuno percaya bahwa seseorang terdiri dari elemen
berbeda yaitu tubuh, roh, nama, hati, semua itu perwujudan seseorang, dan
mereka takut bahwa elemen-elemen tersebut akan menghilang setelah kematian. Ada
banyak mantra untuk memastikan mereka agar tidak kehilangan kepala atau hati
dan tidak membusuk, serta mantra lain tentang menjaga hidup dengan menghirup
udara, memiliki air minum dan makanan.
Namun ada juga mantra yang melindungi diri sendiri karena
menurut kepercayaan orang Mesir kuno, mereka akan diserang dalam perjalanan ke
akhirat melalui berbagai media seperti binatang buas, diserang oleh dewa atau
setan yang melayani dewa. Didalam dunia berikutnya konon ada banyak dewa yang
menjaga gerbang yang harus dilewati, dan jika tidak memberikan jawaban yang
benar atas pertanyaan, maka dewa-dewa itu akan menyerang, mereka memiliki pisau
dan ular di tangan. Hal ini didasarkan pada ancaman yang mereka ketahui dalam
kehidupan nyata, hanya jauh lebih menakutkan dan jauh lebih berbahaya.
Konon, jika tanpa mantra yang benar maka mereka bisa
dihukum, seperti disimpan di blok pembantaian, dipenggal kepalanya, atau bisa
terbalik (proses pencernaan juga terbalik, sehingga harus makan kotoran dan
minum air kencing selamanya).
NAH, SEBENARNHYA APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ROTAN?
ARTI PUKALAN ROTAN
KEBEBALAN ANAK, TIDAK BERKEPANJANGAN
DENGAN SEGERA, HARUS
DIHEND]TIKAN
BERDASARKAN PERINTAH,
DARIM TUHAN
Rotan tersebut adalah orangtua, yang dengan iman kepada
Allah serta mengasihi anak-anaknya, mengambil tanggung jawab untuk menggunakan
hukuman fisik secara hati-hati, tepat waktu, dengan benar, dan pengendalian
diri dengan tujuan menanamkan betapa pentingnya taat kepada Allah, sehingga
menyelamatkan anak tersebut dari kebebalannya yang berkepanjangan yang bisa
membawa maut.
Tugas Orangtua
Marilah kita melihat unsur-unsur dari definisi ini. Menurut
definisi, rotan tersebut adalah tugas orangtua. Semua ayat yang menekankan
penggunaan rotan menempatkan ayat tersebut dalam konteks hubungan orangtua dan
anak yang bersifat melindungi. Perintahnya ialah "didiklah anakmu".
Alkitab tidak memberikan izin kepada semua orang untuk terlibat dalam
memberikan hukuman badani kepada semua anak. Hak itu hanya diberikan kepada
setiap orang yang memiliki tanggung jawab mengasuh -- yaitu orangtua. Jadi ada
kaitannya. Ini adalah salah satu masalah yang berkaitan dengan memberikan
hukuman kepada anak-anak di sekolah yang berupa pukulan. Ketika seorang guru
memberikan hukuman dengan pukulan, maka proses pemberian hukuman dengan pukulan
tersebut berubah dari konteksnya berdasarkan hubungan orangtua dan anak. Ayah
dan ibu yang sama, yang menghibur anak tersebut ketika sakit, yang membawa dia
ke taman hiburan, yang mengingat hari ulang tahunnya, patut memberikan hukuman
berupa pukulan. Memberikan hukuman dengan pukulan adalah sangat berbeda jika
dilakukan oleh seseorang yang bukan orangtua.
Suatu Tindakan Iman
Hukuman dengan menggunakan rotan adalah suatu tindakan iman.
Allah telah memberikan amanat untuk menggunakannya. Orangtua menaati bukan
karena dia memahami secara sempurna bagaimana dia bekerja, tetapi karena Allah
telah memerintahkannya. Penggunaan rotan adalah ekspresi yang sangat mendalam
tentang keyakinan pada hikmat Allah dan kesempurnaan nasihat-Nya.
Perbuatan yang Setia
Penggunaan rotan merupakan suatu perbuatan yang setia kepada
anak- anak. Karena orangtua mengakui bahwa dalam tindakan mendisiplin, ada
harapan dan tidak mau anaknya mengalami maut, maka dia melakukan tugas
tersebut. Ia merupakan ekspresi dari kasih dan komitmen orangtua.
Dalam banyak kejadian, anak-anak menyaksikan saya
mencucurkan air mata ketika menghukum mereka dengan pukulan. Hati saya tidak
ingin melakukannya. Hanya karena rasa kasih saya kepada anak-anak membawa saya
untuk melakukan tugas itu. Saya mengetahui bahwa kegagalan memberi hukuman
dengan pukulan tentu merupakan ketidaksetiaan terhadap jiwa mereka.
Sebuah Tanggung Jawab
Menghukum dengan menggunakan rotan adalah sebuah tanggung
jawab. Bukan orangtua yang menentukan untuk memberikan hukuman. Tetapi orangtua
yang menentukan untuk menaati. Orangtua, sebagai wakil Allah, melaksanakan bagi
Allah apa yang Dia perintahkan untuk dia lakukan. Orangtua tidak bertindak atas
kemauannya sendiri, tetapi memenuhi kemauan Allah.
Hukuman Fisik
Penggunaan rotan adalah hukuman fisik yang dilakukan secara
hati-hati, tepat waktu, dengan benar, dan terkendali. Menghukum dengan
menggunakan rotan tidak pernah merupakan pelampiasan kemarahan orangtua. Itu
bukan yang dilakukan orangtua ketika dia kecewa. Itu bukan respon terhadap
perasaan yang telah ditimbulkan anaknya yang menyulitkan dia. Tetapi selalu
dilakukan dengan benar dan terkendali. Orangtua mengetahui ukuran yang pantas
mengenai kekerasan hukuman untuk anak tertentu pada waktu tertentu. Anak-anak
tahu berapa pukulan yang mampu mereka tanggung.
Misi Penyelamatan
Menghukum dengan menggunakan rotan adalah sebuah misi
penyelamatan. Anak yang perlu dihukum dengan rotan merupakan sikap disiplin
yang diberikan oleh orangtua karena ketidaktaatan. Hukuman dengan rotan itu
direncanakan untuk menyelamatkan anak tersebut dari berlanjutnya kebebalannya
sendiri. Jika dia terus dalam kebebalannya, maka kebinasaannya sudah pasti.
Sebab itu, bila orangtua terdorong oleh kasih kepada anaknya, maka ia harus menggunakan
rotan sebagai hukuman.
Penggunaan rotan sebagai hukuman menegaskan pentingnya
ketaatan kepada Allah. Ingat, persoalannya tidak pernah, "Kamu telah gagal
menaati Saya." Satu-satunya alasan bagi seorang anak untuk menaati ibu dan
ayah ialah sebab Allah memerintahkannya. Karena itu, kegagalan menaati ibu dan
ayah berarti gagal menaati Allah. Inilah persoalannya. Anak tersebut telah
gagal untuk taat kepada Allah. Anak tersebut telah gagal melakukan apa yang
telah diamanatkan Allah. Untuk tetap bertahan (dalam ketidaktaatan) berarti
menempatkan anak tersebut ke dalam bahaya besar.
HASIL DARI PENDISIPLIN DENGAN MENGGUNAKAN ROTAN
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan mengajarkan bahwa
perilaku mempunyai akibat-akibat. Pendisiplinan yang konsisten dengan
menggunakan rotan akan mengajar anak-anak Saudara menyadari bahwa perilaku
mendatangkan akibat-akibat yang tidak dapat dihindarkan. Anak-anak yang masih
belia harus belajar untuk taat. Pada saat ketidaktaatan diperhadapkan dengan
akibat-akibat yang menyakitkan, maka mereka mengerti bahwa Allah telah
meletakkan prinsip tentang akan menabur dan menuai dalam dunia mereka.
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan menyatakan kekuasaan
Allah atas ibu dan ayah. Orangtua yang taat akan melakukan pendisiplinan dengan
menggunakan rotan sedang menjadi contoh ketundukan kepada otoritas atau
kekuasaan tersebut. Salah satu alasan mengapa anak- anak mengalami kesulitan
dengan kekuasaan tersebut ialah bahwa mereka tidak melihat contohnya dalam
budaya kita.
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan melatih anak untuk
tunduk pada kekuasaan atau otoritas. Bukan hal yang mengherankan bila
ketidaktaatan akan mempunyai akibat-akibat, sehingga perlu mengajarkan tentang
pentingnya ketaatan. Selagi anak masih belia, dia balajar bahwa Allah telah
menempatkan setiap orang di bawah suatu otoritas atau kekuasaan, dan otoritas
tersebut adalah suatu berkat.
Pendisiplinan dengan rotan mendemonstrasikan kasih dan
komitmen dari orangtua. Ibrani 12 menjelaskan bahwa pendisiplinan dengan rotan
merupakan ekspresi dari kasih. Dalam ayat 5 ditulis bahwa didikan merupakan
tanda seseorang mempunyai status sebagai anak. Orangtua yang mendisiplin
anaknya membuktikan bahwa dia mengasihi anaknya. Ini menandakan bahwa orangtua
sangat peduli. Juga berarti bahwa orangtua tidak plin-plan. Orangtua aktif
terlibat. Komitmennya hidup dan cukup dalam, sehingga dia melibatkan dirinya
sendiri dalam tindakan pendisiplinan yang hati-hati.
Pendisiplinan dengan rotan menghasilkan panen ketentraman
dan kebenaran. Kita membaca dalam Ibrani 12:11, "Memang tiap-tiap ganjaran
pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi
kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang
dilatih olehnya." Tindakan pendisiplinan yang tepat waktu dan hati-hati,
kendatipun tidak menyenangkan dan menyakitkan pada waktu diberikan, akan
menghasilkan anak-anak yang berbahagia dan sukses.
Tindakan pendisiplinan dengan rotan menghasilkan buah yang
mengagumkan. Sebagai seorang ayah dari anak-anak yang sudah dewasa, saya selalu
bersyukur atas kemurahan Allah kepada keluarga kami. Kami menemukan ide yang
dikemukakan dalam bab ini ketika kami baru mempunyai seorang anak. Dia berumur
18 bulan tetapi sukar dikendalikan, dia tengah menuju usia dua tahun yang
merepotkan! Prinsip-prinsip ini memberi kami satu cara untuk menghadapi anak
kami. Prinsip-prinsip tersebut membuat dia dapat mengendalikan diri. Mereka
membantu dia untuk menghormati dan mengasihi ibu dan ayah.
Pendisiplinan dengan rotan, mengembalikan anak-anak pada
tempat berkat. Jika anak dibiarkan berbuat sesukanya, dia pasti akan hidup
terus dikendalikan oleh nafsunya. Dia pasti terus mencari kesenangan dan tanpa
sadar menjadi budak nafsu dan perasaan takutnya. Tongkat teguran membuat dia
kembali tunduk kepada orangtua dalam hal dimana Allah telah menjanjikan berkat.
Pendisiplinan dengan rotan meningkatkan suasana keakraban
dan keterbukaan antara orangtua dan anak. Orangtua yang mau melibatkan anak,
namun tidak mengabaikan hal-hal yang menyangkut integritas hubungan mereka akan
mengalami keintiman dengan anaknya. Jika anak dibiarkan cemberut dan tidak
patuh, maka itu akan membuat jarak antara orangtua dengan anak. Orangtua yang
tidak mau membiarkan kerenggangan hubungan tersebut akan menikmati hubungan
yang akrab dan terbuka.
Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid
No comments:
Post a Comment