JIKA
TERJADI ADU DOMBA DI KANTOR
Mr.Rakib
Ciptakarya Pekanbaru Riau..2014.
Pekanbaru, kota panas, ada benih membuat cemas.
Antar pegawai, saling menggilas.
Mengobrak abrik hati yang terlanjur ikhlas.
Pembunuhan karakter, melalui adu domba,
Agar teman tersingkir, terbuang kesempatannya.
Sang pengadu, berhasil, dapatkan sasarannya.
Pecah belah, dan kuasai, lalu singkirkan..
seorang kawan ingin mengadu kawanya
memang lewat mulut semua bisa di adu dombakan
tapi kenapa kamu tega mengadu domba teman kamu sendiri??
hati hati dalam bicara..
dengan bicara kita bisa mendengar isi hati seseorang
dengan perkataan mu
kita bisa menyimpulkan semuanya.
sedih aku mendengar nya
kenapa harus teman teman aku yang kamu adu??
tak punyakah kau seorang pun teman,
hingga kamu mengadi teman ku..
dia hanyalah orang yang sirik
sirik melihat kita berempat sangat akrab
melihat kita begitu bahagia bersama
melihat kita begitu kompak..
kawan ku, sudahilah perbincangan ini..
aku tak mau lihat keributan di antara kalian..
aku masih mau liat senyum di antara kalian..
biarkan lah anjing menggonggong, kafilah berlalu…
memang lewat mulut semua bisa di adu dombakan
tapi kenapa kamu tega mengadu domba teman kamu sendiri??
hati hati dalam bicara..
dengan bicara kita bisa mendengar isi hati seseorang
dengan perkataan mu
kita bisa menyimpulkan semuanya.
sedih aku mendengar nya
kenapa harus teman teman aku yang kamu adu??
tak punyakah kau seorang pun teman,
hingga kamu mengadi teman ku..
dia hanyalah orang yang sirik
sirik melihat kita berempat sangat akrab
melihat kita begitu bahagia bersama
melihat kita begitu kompak..
kawan ku, sudahilah perbincangan ini..
aku tak mau lihat keributan di antara kalian..
aku masih mau liat senyum di antara kalian..
biarkan lah anjing menggonggong, kafilah berlalu…
Pecah belah dan kuasai (divided and
conquered) adalah program zionisme dalam menaklukkan negeri-negeri Muslim.
Termasuk di Indonesia, lewat para pengasong virus “Sepilis” yang saat ini mulai
‘sepi order' dan kembali menebar fitnah.
Zionisme
punya berbagai cara untuk melemahkan Islam. Dari cara-cara yang terlihat kasar,
sampai pada misi-misi halus yang bertujuan memberangus Islam sampai ke
akar-akarnya. Di Indonesia, konfrontasi secara fisik masih dianggap tak
memungkinkan, mengingat kekuatan yang begitu besar dari umat Islam yang
merupakan penduduk mayoritas di negeri ini. Karena itu, digunakan cara-cara
lain untuk memberangus gerakan Islam, diantaranya lewat politik pecah belah dan
adu domba (divide et impera) serta fitnah membabi buta lewat stigmatisasi buruk
terhadap kelompok Islam.
Karena itu, dibuatlah produk-produk
fitnah untuk meraup dollar. Jika dulu dikampanyekan isu bahaya ideologi
trans-nasional, wahabisasi global, Islam garis keras, fundamentalisme Islam,
dan lain-lain, kini dibuatlah merk dagang baru sebagai proyek jualan mereka:
Deradikalisasi! Selain ngasong keliling ke berbagai daerah, proyek
deradikalisasi ini juga mendapat dukungan tak langsung dari hasil ‘riset
bodong’ tentang peta kelompok radikal yang dirilis ke publik oleh LSM liberal,
SETARA Institute.
Kelompok liberal di Indonesia bisa
dibilang ’’gagal’’ dalam mengasong virus ’’Sepilis’’ ke tengah-tengah umat.
Agar kantong tak cekak dari kucuran dollar, mereka mulai mengusung proyek baru
’’de-radikalisasi’’. Cita-cita mulia tentang Khilafah dan penegakkan syariat
Islam disamakan dengan aksi terorisme yang mesti diberangus. Sebuah proyek
Zionisme yang sudah dicanangkan sejak berabad-abad lalu.
Untuk meraih simpati masyarakat,
proyek ’’deradikalisasi’’ dikampanyekan sebagai upaya menanggulangi bahaya
terorisme dengan melibatkan unsur-unsur dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Belakangan terbukti, proyek
’’deradikalisasi’’ tak lebih dari upaya ’’de-islamisasi’’ karena menyebut
berbagai aksi terorisme dengan tujuan mendirikan negara Islam, khilafah
Islamiyah, dan penegakkan syariat Islam seperti pernyataan Kepala BNPT Ansyaad
Mbai. Proyek deradikalisasi dan riset bodong SETARA Institute seperti badai
fitnah yang diarahkan kepada kelompok Islam.
Sebelumnya, kelompok liberal juga
mengampanyekan propaganda fitnah dan adu domba dengan merilis buku “Ilusi
Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” Buku ini
terbit atas sponsor LSM-LSM liberal yang selama ini dikenal sebagai “organisasi
tadah hujan”, yaitu mereka yang bekerja by order demi kucuran dollar untuk
memojokkan kelompok Islam. Mereka adalah Gerakan Bhineka Tunggal Ika, The Wahid
Institute, Ma’arif Institute, dan sebuah LSM yang selama ini kerap
mengampanyekan kepentingan Zionisme Internasional, Liberal for All (LibForAll).
Seperti halnya ’’riset bodong’’
SETARA Institute, buku ini juga sangat beraroma “order” kepentingan tertentu,
ketimbang kajian ilmiah yang obyektif dan mendalam. Buku yang konon melibatkan
27 peneliti dan memakan waktu penelitian selama dua tahun ini mengupas tentang
sepak terjang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
di berbagai daerah, terutama apa yang disebut oleh buku ini sebagai infiltrasi
ideologi terhadap organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah. PKS
dan HTI dicap sebagai “gerakan Islam transnasional” yang sering disebut sebagai
kelompok Wahabi dan dianggap mengancam eksistensi paham ahlussunnah waljamaah
dan berpotensi memecah belah bangsa.
Dalam buku tersebut, Perda
Anti-Maksiat yang dianggap sebagai Perda Syariah, dianggap sebagai ‘’Kudeta
Konsititusi’’ seperti pernyataan Gus Dur dalam prolognya. Sedangkan, orang yang
berusaha menegakkan syariat Islam, seperti ditulis Syafi’i Ma’arif dalam prolog
buku tersebut, adalah orang-orang yang ‘’miskin peta sosiologis’’ sehingga
mengambil jalan pintas untuk memperoleh keadilan dengan memaksa berlakunya
syariat Islam. Dengan kalimat yang sungguh menyakitkan, Syafi’i menulis, ‘’Jika
secara nasional belum mungkin, maka diupayakan melalui Perda-Perda (Peraturan
Daerah). Dibayangkan dengan pelaksanaan syariah ini, Tuhan akan meridhai
Indonesia.”
Perhatikan kalimat “Dibayangkan
dengan pelaksanaan syariah ini, Tuhan akan meridhai Indonesia” yang ditulis
Syafi’i dalam prolog tersebut. Kalimat itu, selain bertentangan dengan nash
al-Qur’an juga melecehkan para pejuang penegakkan syariat di negeri ini.
Padahal dalam al-Qur’an sangat jelas dinyatakan, barang siapa yang mencari
selain Islam sebagai ad-dien (aturan/sistem hidup) maka tidak akan diterima
oleh Allah SWT (QS. Ali Imran:85). Jelaslah, siapa saja yang mencari selain
Islam sebagai aturan hidup maka tidak akan diridhai Allah SWT. Sebaliknya,
mereka yang berada di atas ad-dienul Islam, dan berupaya menegakkannya dalam
kehidupan secara menyeluruh tentu akan mendapat ridha Allah SWT.
Masih dalam prolog di buku yang
sama, Syafi’i juga menyebut kelompok fundamentalis yang ada pada saat ini
muncul karena ketidakberdayaan menghadapi “arus panas” modernitas sehingga
“menghibur” diri dengan mencari-cari dalil agama. “Jika sekadar “menghibur”,
barangkali tidak akan menimbulkan banyak masalah. Tetapi sekali mereka menyusun
kekuatan politik untuk melawan modernitas melalui berbagai cara, maka benturan
dengan golongan Muslim yang tidak setuju dengan cara-cara mereka tidak dapat
dihindari,” tulis Syafi’i.
RAND Corporation, sebuah lembaga
think tank AS, pada tahun 2007 lalu pernah merilis laporan bagaimana cara
menghadapi apa yang mereka sebut kelompok “ekstremisme Islam”. Laporan itu
menyebutkan, untuk memberangun ekstremisme Islam, maka harus dirangkul
kelompok-kelompok yang disebut sebagai ’’potential partner’’ untuk membantu
melawan ekstremisme di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Siapa
potential partner yang dimaksud RAND Corporation ? Mereka adalah kelompok
sekular, Muslim liberal, dan kelompok tradisionalis moderat, termasuk kelompok
pengusung sufisme.
Kelompok sekular didefinisikan
sebagai mereka yang menolak campur tangan negara dalam urusan negara dan
berusaha membuat undang-undang sekular sebagai konstitusi negara. Kelompok
Muslim liberal didefinisikan sebagai mereka yang meyakini bahwa Islam sejalan
dengan pluralisme, demokrasi, kesetaraan gender, dan lain-lain. Terakhir,
kelompok tradisionalis moderat didefinisikan sebagai mereka yang berseberangan
secara pemikiran dengan para pengusung ideologi trans-nasional, menentang
wahabisasi global, dan mereka yang berusaha menjaga tradisi dan budaya yang
sesuai dengan kearifan lokal pribumi.
Misi adu domba ala Zionisme sudah
jauh-jauh hari dijalankan untuk memberangus gerakan Islam. Pada Kongres
Zionisme tahun 1903, sudah dicanangkan cara-cara adu domba untuk memecah belah
dan menguasai Islam dengan cara-cara. Pertama, Memperbanyak berdirinya
organisasi-organisasi yang tujuannya sejalan dengan Freemasonry, tetapi dengan
nama-nama yang berbeda. Kedua, Mempersempit peran agama pada batas-batas Ibadan
saja, dan selanjutnya menghancurkan sama sekali. Ketiga, Menyusupkan
anggota-anggota Freemasonry di kalangan tokoh-tokoh agama lain (non Yahudi) dan
mendirikan organsiasi-organisasi baru sebagai alat menguasai agama-agama.
Inilah makar keji Zionis yang sampai
hari ini masih berjalan. Di Indonesia, makar tersebut ditopang oleh LSM-LSM
komprador yang bekerja untuk kepentingan memberangus gerakan Islam.
Artawijaya.
No comments:
Post a Comment