HUMOR OTAK INDONESIA JARANG DIPAKAI
Jepang memang pintar, tapi bila otaknya pusing, ia kan harakiri?
Jerman juga pintar, tapi kalau ngamuk, selalu membunuh orang lain secara masal
Inggris juga pintar tapi jika otaknya pusing, ia mabuk- mabukan menggangu orang.
Pilih saja otak Indonesia, kalau lagi galau paling-pilng pergi mancing, pulangnya bawa ikan, tidak pernah sakit otak....Maaf humor..
Awalnya penulis menjadi orang Asing yang baru datang ke Airtiris Kampar
Riau Indonesia. Lalu terdengarlah humor seorang ustadz tentang seorang isteri
di kampung yang keningnya terantuk ke tiang, bengkak sebesar pergedel. Humor
ini pertama penulis dengar ketika penulis berumur 14 tahun, tapi di Desa yang
sama, humor itu masih penulis dengar ketika umur penulis sudah 54 tahun.
Artinya pesan moral dari humor itu masih laku, atau kurangnya informasi baru,
sehingga yang lama tetap eksis.
Kemudian tahun 1980, penulis
merasa diri menjadi orang asing pula di kota Pekanbaru, karena kulia IAIN Cuma ada
di ibu kota provinsi saja waktu itu. Penulis mulai mendengar humor tentang
muallaf yang berbicara ketika shalat, hanya karena melihat tikus lewat dalam
masjid, karena di kota Pekanbaru memang banyak tikusnya.
1. HUMOR
tentang pergedel sebesar bengkak kening
istri yang terantuk ke tiang.
2. Laki-laki yang
ingin bunuh diri tidak jadi mati, tapi ketika dia tidak ingin mati, justru saat
itu dia mati.
3. Humor anjing kawin dalam kapal Nabi Nuh yang
dilaporkan oleh kucing.
4. HUMOR SANG AYAH,
yang sempat menyusu kepada isteri
anaknya, hanya dua kali, karena anaknya berpesan, bahwa apapun yang
diminta sang ayah harus dikasi. Sang
istripun menurutinya.
5. Humor Batak dan
Jawa, salah pengertian.
6. Humor muallaf
yang saat shalatnya tikus lewat,
sehingga berbicara.
7. Humor Khatib
membaca dalam bahasa Arab, disangka oleh keponakannya, berbahasa kampungnya di
Sumbar.
8. Humor khati jumat
di Jawa Barat, khutbah pakai bahasa Arab semua, tapi sempat berkomunikasi
dengan isterinya.
9. Humor, menantu
pulang dari jauh, ingin membuat kejutan, tapi terpeluk kepada mertua.
10. Humor imam jumat
melrikan diri, karena lupa bilangan rakaat.
11. Humor
tentang anjuran bersedekah yang terbaik,
lalu datang pengemis, maka isterinya mengambil jas terbaik suaminya dlam
lemari. Setalah suamnya pulang, marah-marah dan berkata. “Hal itu dari orang
lain ke kita, yang baik-baik, tapi dari kita ke orang lain, yang jelek-jelek...
ha ha
ha.
12. Lulus ujian PNS,
karena senama dengan keponakan pejabat.
Kebiasaan yang Diulang 100 kali lebih.ize
Di Tiongkok pada zaman dahulu
kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian
memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan
keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit
bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan
penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke
arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang
melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah
tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap,
"Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada
tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"
Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba
seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi,
itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."
Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan
bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang
minyak menjawab, "Tunggu sebentar!"
Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok
kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci
minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung
penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di
tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes
pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!
Panglima dan rakyat tercengang. Mereka bersorak sorai menyaksikan
demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang
minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan
kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang
terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."
Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar
biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!
Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi
mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita
membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui
kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin,
integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.
Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir
sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses
yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap
perjuangan kehidupan kita.
Coba perhatikan ada orang yang begitu lama belajar agama,
tapi susah sekali menjaga kesucian dirinya, sulit nyambung dengan aqidah tauhid dan malu kepada Tuhan, yang
merupakan esensi agama itu sendiri. Di lain pihak ada orang yang sedikit saja
belajar agama, tapi dia langsung terhubung. Atau ada orang yang puluhan tahun belajar
meditasi, atau menerapkan hidup zuhud dan tasawuf, tapi belum mencapai akhlakul karimah. Di lain
pihak ada anak umur 15 tahun baru belajar
sebentar saja tapi sudah bisa mencapai
penghaayatan keagamaan. Ini terkait dengan fitrah kelahiran dan evolusi
rohani kita yang berbeda-beda. Terkait dengan memori bawah sadar yang kita bawa
dari kehidupan sebelumnya.
Hal inilah yang melatar-belakangi
mengapa di dunia ini ada begitu banyak agama
dan di dalam agama-agama itu juga ada begitu banyak sekte. Tidak ada satu agama
yang lebih benar dari lainnya, semuanya benar.
Kalau kita merasa bathin kurang nyambung dengan agama atau sekte yang ada di hadapan kita., jangan pernah menghina. Agama atau sekte apapun itu semuanya sakral. Tapi tidak dengan semua penganut agama bisa terhubung rapi, sebab hubungan amal kita arahnya berbeda. Kalau kita melihat suatu agama , lalu kita merasa tidak cocok atau tidak bergetar, bukan agama kita salah, bukan kita "rusak". Itu semata karena hubungan karma kita lemah. Tidak kesana arah perjalanan takdir kita. Jadi kalau tanya agama mana yang paling benar : SEMUANYA BENAR. Yang paling tepat adalah pilih yang terasa paling cocok dan paling membuat bathin kita sendiri bergetar.
Kalau kita merasa bathin kurang nyambung dengan agama atau sekte yang ada di hadapan kita., jangan pernah menghina. Agama atau sekte apapun itu semuanya sakral. Tapi tidak dengan semua penganut agama bisa terhubung rapi, sebab hubungan amal kita arahnya berbeda. Kalau kita melihat suatu agama , lalu kita merasa tidak cocok atau tidak bergetar, bukan agama kita salah, bukan kita "rusak". Itu semata karena hubungan karma kita lemah. Tidak kesana arah perjalanan takdir kita. Jadi kalau tanya agama mana yang paling benar : SEMUANYA BENAR. Yang paling tepat adalah pilih yang terasa paling cocok dan paling membuat bathin kita sendiri bergetar.
Cara paling paten adalah kalau bisa pelajari dulu berbagai agama atau berbagai sekte, yang mana yang paling membuat bathin kita bergetar, itu yang kita jalani. Sesuai dengan tingkat evolusi kesadaran yang kita miliki. Kalau kita menjalani agama atau sekte dibawah standar evolusi kesadaran kita sendiri agama itu akan terasa hambar. Kalau kita menjalani agama atau sekte di atas standar evolusi kesadaran kita sendiri agama itu akan terasa sangat sulit. Pilih yang terasa paling pas, paling cocok dan paling membuat bathin kita bergetar. Tapi seandainya kita merasa belum menemukan agama atau sekte yang cocok dan membuat bathin kita bergetar, tetap hormati agama atau sekte yang terdekat. Tidak ada pilihan lain, paksakan diri menghormati agama atau sekte yang terdekat.
Kebenaran itu hanya satu, hanya bungkusnya saja yg berbeda-beda. ada yang dibungkus pakai hindu, ada yang dibungkus pakai kristen, ada yang dibungkus pakai islam, ada yg dibungkus pake buddha, dst-nya. Apapun itu bungkusnya, itu hanyalah tehnik, kebiasaan, tradisi, budaya saja… atau ada juga bentuk bungkusnya berupa ego, kegelapan bathin, dll. Jadi ada yg bungkusnya tebal, sehingga kebenaran-nya jadi nggak begitu kelihatan, ada yang bungkusnya tipis sehingga kebenaran-nya cukup jelas kelihatan...dll... Tapi disaat kita buka semua bungkusnya (agama) sampai habis, tidak ada lagi yang tersisa kecuali kebenarannya saja.
Ada sebagian sahabat yang bahkan tidak mengenal agama, tapi bila dia mengisi hari-harinya dengan kemuliaan, welas asih dan kebersihan bathin… dia juga akan sampai kepada kemahasucian… Itulah inti yang sesungguhnya dari agama". Nah berikut ini, pertanyaannya, “Apa hukumnya menjual keperawanan, menurut Hukum Agama?.
Ceritanya begini: Ada seorang wanita
yang ibunya sedang sakit. Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel
berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel
menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas
ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang
agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian
lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali
waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih
kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri.
Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa
wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini.
Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar
usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah
sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita
itu dan bertanya:
”
Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang? ”
”
Tidak! ” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
”
Lantas untuk apa anda duduk di sini?”
”
Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
”
Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin
menikmati layanan kami.”
”
Maksud, bapak? ”
”
Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ”
”
Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya
duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata wanita itu dengan suara
lambat.
”
Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ”
Petugas
satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual.
Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
”
Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon
mengerti. ”
”
Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap
dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas
satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
”
Mari ikut saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.
Wanita
itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah
petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam
itu.
Di
koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada
telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin
menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
”
Apakah anda serius? ”
”
Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.
”
Berapa tarif yang anda minta? ”
”
Setinggi-tingginya. .’ ‘
”
Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
”
Saya masih perawan ”
”
Perawan? ” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya
berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini..
Pikirnya
”
Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”
”
Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan..
Ya kan …”
”
Kalau tidak terbukti? ”
”
Tidak usah bayar …”
”
Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke
kanan.
”
Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ”
”
Cobalah. ”
”
Berapa tarif yang diminta? ”
”
Setinggi-tingginya. ”
”
Berapa? ”
”
Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ”
”
Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ”
Petugas
satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak
berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
”
Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ”
”
Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
”
Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
”
Saya ingin yang lebih tinggi…”
”
Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.
Tak
berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
”
Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ”
”
Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
”
Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda
diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan
anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali
janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang
untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa
uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap
saya.
Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel.
Adilkan. Kita sama-sama butuh … ”
”
Saya ingin tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh
petugas satpam itu.
Petugas
satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
”
Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar
ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu
dengan agak kesal.
Wanita
itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah
petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu
kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur
tersenyum menatap mereka berdua.
”
Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu
dengan sopan.
Pria
bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu …
”
Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu.
”
Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu dengan tegas.
”
Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata pria itu kepada sang
petugas satpam.
”
Rp.. 6 juta, tuan ”
”
Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ”
Wanita
itu terdiam.
Petugas
satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari
wanita itu.
”
Bagaimana? ” tanya pria itu.
”Saya
ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita itu.
Petugas
satpam itu tersenyum kecut.
”
Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup
pintu kamar dengan keras.
”
Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ”
”
Tentu! ”
”
Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu … ”
”
Saya minta yang lebih tinggi lagi …”
Petugas
satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin
kesempatan ini hilang.
Dicobanya
untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
”
Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari
penawar yang lainnya. ”
Di
lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada.
Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian
lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya
ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
”
Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah.
Apakah
itu tidak cukup? ” Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah
pria itu nampak masam seketika
”
Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.
Kan
sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ”
Kini
petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian,
dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.
Dengan
tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh
wanita … Huh ”
Pria
itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
”
Ada wanita yang duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
Petugas
satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
“Dia
masih perawan..”
Pria
itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah
mereka hanya berjarak setengah meter. ” Benarkah itu? ”
”
Benar, pak. ”
”
Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu … ”
”
Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”
”
Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria
itu menyalami hangat wanita itu.
”
Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….”
Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
”
Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada
petugas satpam itu.
Wanita
itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di
dalam kamar …
”
Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”
”
Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ”
”
Maksud kamu? ”
”
Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu
saya. Itulah cara saya berterima kasih …. ”
”
Hanya itu …”
”
Ya …! ”
Pria
itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya.
Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak!
Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial
yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu
kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi
wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta
ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia
pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan
selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara
terhormat.
”
Siapa nama kamu? ”
”
Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar … ” Kata wanita itu
”
Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas
ditawar. ”
”Kalau
begitu, tidak ada kesepakatan! ”
”
Ada ! ” Kata pria itu seketika.
”
Sebutkan! ”
”
Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah
uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit.
Dan
sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas
kerjanya.
”
Saya tidak mengerti …”
”
Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua
pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya
memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli
rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi
orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa
membayar …”
”
Dan, apakah bapak ikhlas…? ”
”
Apakah uang itu kurang? ”
”
Lebih dari cukup, pak … ”
”
Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ”
”
Silahkan …”
”
Mengapa kamu begitu beraninya … ”
”
Siapa bilang saya berani. Saya takut pak …
Tapi
lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke
rumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika
saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena
dorongan nafsu.
Bukan
pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` … Saya hanya bersikap dan berbuat
untuk sebuah keyakinan … ”
”
Keyakinan apa? ”
”
Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan
menjaga kehormatan kita … ” Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.
Sebelum
sampai di pintu wanita itu berkata:
”
Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ”
”
Kesadaran… ”
..
. .
Di
sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit
dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
”
Kamu sudah pulang, nak ”
”
Ya, bu … ”
”
Kemana saja kamu, nak … Huh”
”
Menjual sesuatu, bu … ”
”
Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu
hanya tersenyum …
Hidup
sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang
serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang
gratis.
Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa
dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan
….
”
Kini saatnya ibu untuk berobat … ”
Digendongnya
ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual…
”.
Taksi
yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya.
Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata
kepada
supir taksi: ” Antar kami kerumah sakit …”