HAJARAL
ASWAD, BAUNYA HARUM
ALAT
PEMERSATU, SEMUA KAUM
SAMPAI
SEKRANG, DUNIA PUN MAKLUM
HAJARAL
ASWAD, BATU PENJURU
DI SUDUT KA’BAH,
TEMPAT BERSERU
MEMUJI ALAH,
TUHAN YANG SATU
DATANG DARI,
SEMUA SUKU
HAL ITU,
DILAKUKAN NABI IBRAHIM
ATAS
PERINTAH, TUHAN YANG QADIM
DILANJUTKAN
ISMAIL, SEBGAI HAKIM
SAMPAI KE
MUHAMMAD, KIAN ALIM
BATU PENJURU,
KELIHATAN BIASA SAJA
TAPI DICIUM
OLEH, PARA RAJA
JUGA OLEH,
RAKYAT JELATA
TERKADANG
CUKUP, MELAMBAIKAN TANGAN SAJA.
BATU PENJURU,
MEMBUAT UMAR RAGU
TAKUT SYIRIK,
MENYEMBAH HANTU
TAPI
RASULULLAH, MENCIUMNYA DI SITU
TANPA
BERFIKIR, UMARPUN SETUJU
HIKMAH
MENCIUMNYA, DIRASAKAN OBAT
PENYAKIT
HILANG, WALAUPUN BERAT
TERUTAMA BAGI
YANG TOBAT
AKAN
MENDAPAT, SYIFA’ DAN RAHMAT
MENCIUM BATU
ITU, TIDAK SYIRIK,
DIIZINKAN
ALLAH, MASYRIK DAN MAGRIB
DENGAN
TUNTUNAN, DAN TATA TERTIB
DICONTOHKAN
PULA, NABI YANG HABIB
Misteri Hajar Aswad dan
Rahasia yang Menyelubunginya
Peletakkan Hajar Aswad oleh
Rasulullah ==
Pada masa [[Rasulullah]]
berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan
ini direnovasi kembali akibat [[banjir]] yang melanda kota [[mekkah]] pada saat
itu. Ketika sampai pada peletakkan Hajar Aswad, [[Suku Quraisy]] berselisih,
siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan
darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang
pengadil [[hakim]] yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Nabi
Muhammad Saw.
Rasulullah Saw dengan bijak berkata pada
mereka : “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepada beliau,
kemudian beliau mengambil hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan
tangannya. Lalu beliau berkata : ” Hendaklah setiap qabilah memegang sisi-sisi
kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan
ketika telah sampai ditempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya
kemudian dibangunlah.
Misteri Injil Kuno Pengungkap
Kerasulan Muhammad SAW
39 Votes
Perhatian dunia tertuju ke Turki. Beberapa hari ini, publik dihebohkan dengan
terungkapnya sebuah misteri yang terkandung dalam Injil berusia 1500 tahun yang tersimpan di
Turki.
Yang membuat heboh, Injil kuno
itu mengungkap sebuah fakta yang mengguncang keimanan, terutama bagi umat
Kristiani. Betapa tidak. Injil Barnabas itu mengajarkan ajaran yang berbeda
dibanding doktrin Kristen dunia.
Ya, Injil Barnabas itu
meyakini Yesus (Isa) sebagai utusan, bukan Tuhan. Menurut Huffingtonpost, Injil
Barnabas pun meyakini adanya utusan
(nabi) penerus risalah Isa, yang berasal keturunan Nabi Ismail, yakni Nabi
Muhammad SAW.
Barnabas dipercayai sebagai
salah seorang murid Isa di Yerussalem. Barnabas yang bernama asli Yusuf,
bersama para murid lainnya menyebarkan ajaran Isa. Barnabas adalah seorang
Yahudi suku Lewi yang berasal dari Siprus. Dalam Wikipedia, Hajj Sayed
berpendapat. terdapat pertikaian antara Paulus dan Barnabas dalam surat Galatia
ketika keduanya menjalani misi dakwah menuju Syprus (45-49 M).
Ini yang mendukung perbedaan
injil Barnabas dengan ajaran Paulus. Injil Barnabas ini berbeda dengan Kodeks
Sinaiticus, karena menggunakan bahasa Aramik bukan Yunani kuno. Bahasa Aramik
diyakini sebagai bahasa yang digunakan Nabi Isa atau Yesus. Berbeda dengan
berbagai Injil lainnya, kitab Barnabas diyakini ditulis Barnabas selama berada
di Siprus, setelah berpisah dari Paulus.
Di Siprus inilah pengikut
Barnabas berkembang hingga lebih dari seribu tahun. Bila ditelusuri ada benang
merah pengungkapan Injil Barnabas di Turki dengan tempat ajaran Barnabas yang
berkembang di Siprus.
Sebuah Injil berusia 1.500
tahun yang menceritakan kedatangan Nabi Muhammad SAW ditemukan di Turki
Ada sebuah biara di utara
Siprus Turki yang disebut sebagai Biara Rasul St Barnabas, yang didirikan oleh
pengikut setia sekte Barnabas. Dan di dalam biara inilah diyakini Barnabas
dikuburkan hingga ia meninggal dunia. Pengikut sekte Barnabas inilah yang
diyakini menulis ulang Injil Barnabas pada abad ke-5 masehi.
Sekitar 1980-an, biara ini
telah dirampok oleh sekelompok orang. Mereka menggali lantai dan dinding biara
selama malam hari. Tidak diketahui apa yang mereka incar. Diduga sekelompok
orang itu telah mencuri sesuatu terkubur di dalam dinding.
Seorang wartawan Siprus
mengklaim telah menemukan salinan Alkitab yang sangat kontroversial dari St
Barnabas. Ia kemudian mencoba menyelidiki fakta itu. Tak lama kemudian, ia
temukan tewas tertembak.
Sekitar 12 tahun lalu, polisi
Turki dalam sebuah operasi menemukan sebuah Alkitab tua dari seorang warga
siprus yang hijrah ke Turki. Ada beberapa rumor tentang kabar itu. Pihak polisi
tak membenarkan dan menolak kabar itu.
Puncaknya, tiga hari lalu,
sebuah Alkitab tersebut telah dipublikasikan untuk pertama kalinya setelah 12
tahun disimpan pemerintah Turki. Saat ini Alkitab ini disimpan di museum negara
Turki dan telah menjadi perhatian dunia termasuk dari Vatikan.republika
Diterbitkan Pada November 14, 2012
Misteri Hajar Aswad – Hajar Aswad adalah batu hitam
yang terletak di sudut sebelah Tenggara Ka’bah, yaitu sudut dari mana Tawaf
dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ yang diturunkan Allah dari
surga melalui malaikat Jibril. Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang
terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam itu sudah licin karena
terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran
manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji
maupun untuk tujuan Umrah.
Hadist Sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA,
bahwa Rasul SAW bersabda:
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.
Hadis tersebut mengatakan bahwa disunatkan membaca
do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan thawaf
atau pada setiap putaran, sebagai mana, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA.
Artinya:
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.
ASAL – USUL HAJAR ASWAD
Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membangun
Ka’bah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Ka’bah itu tidak ada
bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail mau membangunnya
dengan meninggikan bangunannya dan mengangkut batu dari berbagai gunung.
setelah bangunan Ka’bah itu hampir selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasa
kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah.
Nabi Ibrahim berkata pada Nabi Ismail, “Pergilah
engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi
manusia.”
Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke
satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s
sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan
sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi
Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik
itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari
mana kamu dapat batu ini?”
Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima dari yang
tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”
Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh
Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang
pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah disunnahkan mencium
Hajar Aswad.
Perhatikan Rahasia Besar Yang Tidak Pernah Kita
Bayangkan Sebelumnya
1. Satu riwayat Sahih dinyatakan: “HajarAswad dan
Makam Ibrahim berasal dari batu-batu ruby surga yang kalaulah tidak karena
sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap
orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”
Dulunya batu Hajar Aswad itu putih bersih, tetapi
akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Ka’bah, ia menjadi hitam
seperti terdapat sekarang. Wallahu a’alam.
2. “‘Barangsiapa menunaikan ibadah haji, dan ia tak
berbuat rafats dan fasik, maka ia kembali (suci dan bersih) seperti anak
manusia yang baru lahir dari perut ibunya.” (Muttafaqun alaihi).
3. Mencium hajar aswad pada saat Haji Di Baitullah
tidak dapat diwakilkan, Ia menjadi penyedot Dosa tanpa kita sadari, alangkah
beruntungnya orang yang bisa menyentuh, mengusap dan memegangnya.
Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW
bersabda:
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.
Akhir kata, Kita semua tahu jika Hajar Aswad hanyalah
batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia
hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan
dalam prosesi ibadah haji tersebut lebih baik kita niatkan sekedar mengikuti
ajaran dan sunnah Nabi SAW.
Umar bin Khatabpun juga pernah mengatakan “Aku tahu
bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW
menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”
Jadi apa yang dikerjakan berjuta juta
umat islam, scientis muslim, dan orang -orang yang pandai bukanlah menyembah
Batu seperti yang banyak dituduhkan kaum yang picik sekali akalnya. Karena ada rahasia besar dibalik setiap perilaku Nabi
Muhammad saw dan sebab tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah
berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah
yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “
Allaaahu Akbar, Tiada Ilah lagi Yang Berhak DiSembah
Selain Allah dan Saya (Penulis) Bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah Utusan
Allah. Muhammad hanyalah seorang Rosul, Sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rosul.
Mulai
Detik Ini mari kita mencoba berperilaku sebagaimana Nabi Muhammad, mencontohnya
dalam segala tindak tanduk, makan, minum, berpakaian, hingga tidurnya,
sekalipun kita tidak mengerti rahasia besar di sebaliknya
HAJARAL
ASWAD Batu Penjuru
(Matius
21:42-46)
|
BUKTI KA'BAH SEBAGAI PUSAT BUMI |
Pusat
dunia bukan pada kota Greenwich, namun bukti-bukti geografis dan astronomis
dengan TEGAS dan JELAS bahwa pusat bumi ialah di kota Mekkah, tepatnya diatas
Ka'bah.
السلام
عليكم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد
لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد
QS.5
Al-Maa'idah:97. Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia,,,
Bayangkan,
jika kita berada di masa ayat ini diturunkan, tentu kita sama sekali tidak
menyangka bahwa Ka'bah memang benar-benar sebagai pusat bumi. Dan mungkin
saja beberapa diantara kita tidak percaya, namun kini semua itu terbukti baik
dari segi geografi maupun dari segi astronomi.
Bukti
yang tidak terbantahkan sama sekali, dan inilah salah satu sebab mengapa
Qur'an disebut sebagai mukjizat terbesar dan sepanjang masa. Mukjizat
ayat-ayatnya masih dapat kita lihat hingga detik ini.
Sebuah
Kitab yg mengaku dari ALLAH, harus berani dihadapkan dengan segala macam
soalan, segala zaman, segala segi, segala sisi, dari sudut manapun &
harus sepanjang zaman.
Dari
segi Sastra, matematika, astronomi, sains, tata negara, muamalat, ekonomi,
Kode-kode angka, jumlah surah, jumlah ayat, jumlah kalimat, jumlah huruf,
segala ilmu, segala abad, sejak penciptaan alam semesta, masa lalu, masa
kini, masa depan, sehingga masa kiamat & kehidupan setelah kiamat
sekalipun
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya. QS. 4 An-Nisaa':82
Lalu,
bukti apa saja yang menjadikan Ka'bah sebagai pusat bumi ini?
Bukti
Pertama:
Sudah
sejak 1000 tahun terakhir, sejumlah matematikawan dan astronom Muslim seperti
Biruni telah melakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat
dari berbagai tempat di dunia. Seluruhnya setuju bahwa setiap tahun ada dua
hari dimana matahari berada tepat di atas Ka'bah, dan arah bayangan matahari
dimanapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi
setiap tanggal 28 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT
(16.27 WIB) untuk tahun biasa. Sedang kalau tahun kabisat, tanggal tersebut
dimajukan satu hari, dengan jam yang sama.
Pada
saat-saat waktu diatas, ialah sangat tepat sekali jika digunakan untuk
mengkoreksi kiblat di setiap masjid di daerah2 lain. Kita hanya tinggal
mengikuti bayangan pada waktu yang telah ditentukan seperti diatas. Maka
tidak perlu lagi susah-susah menentukan arah kiblat yang benar.
Tentu
saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar
matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain dimana matahari tepat di
"balik" Ka'bah (antipoda), dimana bayangan matahari pada waktu
tersebut juga mengarah ke Ka'bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28
November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan 16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB)
Bukti
Ke dua:
Astronout
Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari Planet
Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Ketika
Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan
mengambil gambar planet Bumi, dia berkata : “Planet Bumi ternyata menggantung
di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ???”
Para
Astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi,
secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari
kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada masalah tersembunyi
dibalik penghapusan website tersebut.
Setelah
melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota
Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut
bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka
mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.
Para
peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan
menghubungkan antara Ka’Bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Radiasi
dari Ka'bah ini tak dapat diketahui tanpa pesawat antariksa abad 20,
membuktikan jika Qur'an ialah berasal dari ALLAH, & bukti Qur'an mukjizat
sepanjang masa. Kerana banyak ayat yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan
terakhir, zaman terakhir.
Bukti
ke tiga:
Di
tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang
bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan
kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama
sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.
Itulah
sebabnya kenapa jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih
lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan
gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka
seakan-akan diri kita di charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini
adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Hal
ini telah dibuktikan dengan medan magnet bumi diberbagai kota di belahan
dunia barat & timur. Magnet bumi memiliki nilai sekian derajat barat dan
sekian derajat timur. Daerah yang tepat memiliki nilai NOL / KOSONG ialah
tepat pada kabah seperti gambar dari artikel ini.
Perhatikan
gambar diatas yang didukung oleh satelit, survey magnet, dan lainnya. Daerah
mekah termasuk daerah dengan medan magnet nol hingga 10 derajat, dan memang
daerah ini terdapat di timur sekitar indonesia dan juga di barat sekitar
Panama dan samudra Pasifik. Namun jika dicermati, maka akan jelas sekali
bahwa pusatnya adalah di saudi, sebab area sebelah barat mencekung melingkar
menjauhi saudi. Begitu pula daerah Indonesia, menggembung menjauhi
saudi. Sedangkan saudi sendiri cenderung melingkar jelas berikut medan-medan
magnet yang lebih besar di sekitarnya. SUBHANALLAH !!!
Dari
gambar diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa pengambilan besar medan
kekuatan magnet bumi di berbagai tempat di amerika utara, amerika selatan,
kutub selatan dan australia, menunjukkan bahwa titik pusat pertemuannya
adalah di MEKKAH. ALLAAHU AKBAR !!!
Dan
dari gambar ini dapat dilihat pula bahwa pengambilan besar medan kekuatan
magnet bumi dari Inggris, Afrika Barat dan Afrika selatan, maka menghasilkan
bahwa titik pusat pertemuannya juga ialah di MEKKAH. MASYA ALLAAAHHH !!!
Bukti
ke empat:
Penelitian
lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia
dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga
buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan
bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.
Dalam
salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad itu diturunkan
dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu
Adamlah yang menjadikannya hitam. ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) “
Bukti
ke lima:
Mekkah
ialah GOLDEN RASIO bumi ini, tentu yang pernah belajar Matematika, pastinya
pernah mendengar nama Fibonacci. Dia adalah seorang ahli matematika yang
hidup pada abad pertengahan di Aljazair. Semasa kecilnya pernah berguru
kepada seorang ahli matematika Muslim, hingga akhirnya Fibonacci membawa ilmu
Golden Ratio yang mengguncangkan Eropa dan dunia. Golden Ratio benar-benar
terobosan ilmu pengetahuan yang mencengangkan.
Anda
dapat melihat bukti-bukti ilmiah luar biasa dari misteri yang tetap
tersembunyi di Kota Suci Mekkah Selama Ribuan Tahun. Mekkah ditetapkan
sebagai arah bersujud, tempat konvensi miliaran umat Islam dan kota suci bagi
umat Islam. Orang-orang Muslim, yang sanggup, disunahkan untuk pergi
melakukan perjalanan melalui Ka’bah, Muzdelife dan Arafat dan untuk berkumpul
di kota suci.
Phi
Konstan-1,618, jumlah Nilai unggulan matematika. Allah – Sang Pencipta selalu
menggunakan nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam
pulse hati kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam
semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy,
dalam bentuk serpihan salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi.
Sang Pencipta menggunakan nilai yang sama, Golden Ratio – 1,618 ….
Nilai
Rasio ini juga digunakan untuk desain arsitektur, bahkan Piramida di Mesir.
Kepler astronom terkenal, Mendefinisikan Angka ini sebagai Penemuan yang
Terbaik. Banyak pelukis terkenal, insinyur dan arsitek, seperti Leonardo Da
Vinci, telah menggunakan rasio ini dalam karya seni mereka selama ratusan
tahun.
Proporsi
jarak antara Mekah – Kutub Utara dengan jarak antara Mekah – Kutub Selatan
adalah persis 1,618 yang merupakan Golden Ratio. Selain itu, proporsi jarak
antara Kutub Selatan dan Mekah dengan jarak antara kedua kutub adalah lagi
1,618 unit.
Keajaiban
belum selesai The Golden Ratio Point of the World adalah di kota Mekkah
menurut peta lintang dan bujur yang merupakan penentu umum manusia untuk
lokasi.
Proporsi
jarak Timur – Barat Mekah adalah 1,618 unit. Selain itu, proporsi jarak dari
Mekah ke garis titik balik matahari dari sisi barat dan perimeter garis
lintang dunia pada saat itu juga mengejutkan sama dengan Golden Ratio – 1,618
unit. The Golden Ratio Point of the World selalu dalam batas kota Mekkah, di
dalam Daerah Suci yang meliputi Ka’bah menurut semua sistem pemetaan
kilometrical meskipun variasi kecil dalam perkiraan mereka.
Golden
Ratio Mekkah yang tertulis jelas dalam Al Qur’an
Hubungan
antara Kota Mekah dan Golden Ratio jelas terukir dalam Surah Ali Imran’s
(bagian dari Al Qur’an) ayat 96.
QS.3
Ali 'Imran:96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (ibadah)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia
Jumlah
total semua huruf dari ayat ini adalah 47. Menghitung Golden Ratio dari total
surat, kata Mekkah tersirat : 47/1.618 = 29,0. Terdapat 29 surat-surat dari
awal sampai ayat kata, Makkah seperti dalam peta dunia. Jika hanya satu kata
atau huruf yang hilang, rasio ini tidak pernah bisa dipakai. Dengan tanpa
batas, kita telah melakukan proses yang sama yang kita laksanakan pada peta
dunia dan menyaksikan koherensi mulia sejumlah surat yang mengungkapkan
hubungan antara Mekah dan Golden Ratio.
Pakar
astronomi ITB Moedji Raharto, pun angkat bicara dan menyaranakan untuk waktu
dekat dijadikan jam hijriah. Meski didukung dengan bukti-bukti ilmiah yang
nyata, usaha seluruh muslim untuk menggeser pusat waktu dunia ke Makkah
memang bukan perkara mudah. Hal yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan
menjadikan jam raksasa tersebut sebagai acuan waktu hijriah.
..."Sekarang
kan baru ada penanggalan hijriah, kenapa tidak dibuat saja semacam penyatuan
waktu untuk jam hijriah," kata astronom ITB Moedji Raharto...
"Sekarang
kan baru ada penanggalan hijriah, kenapa tidak dibuat saja semacam penyatuan
waktu untuk jam hijriah," kata astronom ITB Moedji Raharto.
Masalahnya
ialah negara-negara lain yang terlanjur menggunakan acuan waktu di wilayah
tenggara London tersebut akan melakukan penyesuaian besar-besaran. Belum lagi
dari kaum kafirun dan kaum munafiqun yang TIDAK AKAN PERNAH MENGAKUI APAPUN
YANG BERBAU ISLAM MESKI DIDUKUNG OLEH BUKTI-BUKTI NYATA, SUDAH PASTI MEREKA
AKAN MENGABARKAN BAHWA BERITA INI BOHONG, HOAX, ATAU MENCIPTAKAN BUKTI-BUKTI
PALSU YANG MENOLAK KEBENARAN.
� AP
Nah,
alternatif lain yang bisa dilakukan oleh seluruh muslim adalah menjadikan
menara kedua terbesar di dunia tersebut sebagai simbol Islam selain Ka'bah.
Tujuannya, lebih ke arah penyatuan semangat emosional umat muslim di seluruh
dunia. "Barangkali itu bisa lebih pada penyatuan umat muslim dan sebagai
simbol selain haji. Begitu kita lihat jam itu, kita bisa melihat Makkah
bagaimana," jelasnya.
DAN
KITA PATUT BERBANGGA KARENA DISAMPING DIDUKUNG BUKTI ILMIAH YANG LEBIH BANYAK
LAGI, MAKA MENARA JAM YANG ADA DI DEKAT KA'BAH SEKARANG INI IALAH MENARA JAM
TERBESAR DI DUNIA, BAHKAN BESARNYA LEBIH BESAR ENAM KALI DIBANDING JAM BIG
BEN DI LONDON.
Menara
jam ini berbentuk kubus empat sisi. Diameter jam mencapai 40 meter,
mengalahkan jam terbesar sebelumnya yang menjadi atap Cevahir Mall di Turki
dengan diameter 35 meter. Waktu yang digunakan oleh jam tersebut adalah
Arabia Standard Time, tiga jam lebih dulu jika dibandingkan dengan GMT.
Sejak
125 tahun lalu, GMT telah disepakati sebagai wilayah yang dijadikan ukuran
awal waktu dunia karena dilalui titik nol derajat. Penentuan titik ini
penting untuk mempermudah ukuran waktu perjalanan dan komunikasi
antar-negara.
Secara
bukti-bukti ilmiah baik dari geografis maupun astronomis, Makkah dianggap
lebih tepat sebagai episentrum dunia. Kota suci umat muslim tersebut diklaim
sebagai wilayah tanpa kekuatan magnetik oleh peneliti Mesir seperti
Abdel-Baset al-Sayyed. Artinya, jarum kompas tidak bergerak saat di Makkah.
Qs.3:20
Kewajiban kamu hanyalah menyampaikan ❤♡ ❥ ♥
Qs.42:48
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan ❤♡
Qs.16:82
Kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan
Sampaikanlah
dariku meski cuma 1 ayat. HR.Muslim – Bukhari
Mari
klik share / bagikan disini: www.on.fb.me/zI5zDS
Tahukah
saudara jika dakwah menyampaikan kebenaran Islam PADA SEMUA ORANG bukan cuma
tugas ustadz tapi KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM?
HAJARAL
ASWAD, SIMBOL NABI MUHAMMAD
AWALNYA
DIBUANG, AKHIRNYA MENARUH HORMAT
IBARAT
BATU, DIBUANG KE TEBAT
KEMUDIAN
DIANGKAT, KARENA MUKJIZAT
HAJARAL
ASWAD, DAN BATU KA’BAH
TIADA
SEORANGPUN, YANG MENYEMBAH
MENCIUMNYA,
SEKEDAR SUNNAH
JANGAN
SMPAI, MEMBUAT SUSAH
RASULULLAH,
PERNAH MENCIUM
HAJARAL
ASWAD, BAUNYA HARUM
ALAT
PEMERSATU, SEMUA KAUM
SAMPAI
SEKRANG, DUNIA PUN MAKLUM
HAJARAL
ASWAD, BATU PENJURU
DI SUDUT KA’BAH,
TEMPAT BERSERU
MEMUJI ALAH,
TUHAN YANG SATU
DATANG
DARI, SEMUA SUKU
HAL ITU,
DILAKUKAN NABI IBRAHIM
ATAS
PERINTAH, TUHAN YANG QADIM
DILANJUTKAN
ISMAIL, SEBGAI HAKIM
SAMPAI KE
MUHAMMAD, KIAN ALIM
BATU
PENJURU, KELIHATAN BIASA SAJA
TAPI DICIUM
OLEH, PARA RAJA
JUGA OLEH,
RAKYAT JELATA
TERKADANG
CUKUP, MELAMBAIKAN TANGAN SAJA.
BATU
PENJURU, MEMBUAT UMAR RAGU
TAKUT
SYIRIK, MENYEMBAH HANTU
TAPI
RASULULLAH, MENCIUMNYA DI SITU
TANPA
BERFIKIR, UMARPUN SETUJU
HIKMAH
MENCIUMNYA, DIRASAKAN OBAT
PENYAKIT
HILANG, WALAUPUN BERAT
TERUTAMA
BAGI YANG TOBAT
AKAN
MENDAPAT, SYIFA’ DAN RAHMAT
MENCIUM
BATU ITU, TIDAK SYIRIK,
DIIZINKAN
ALLAH, MASYRIK DAN MAGRIB
DENGAN
TUNTUNAN, DAN TATA TERTIB
DICONTOHKAN
PULA, NABI YANG HABIB
MATIUS 21:42-46
42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. 43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. 44 [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.]" 45 Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. 46 Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.”(Kisah Para Rasul 4:11, 1 Petrus 2:4-8)
Setelah menjelaskan perumpamaan
mengenai kebun anggur dan penggarap-penggarap yang jahat, Yesus memperdalam
panggilan pertobatan-Nya kepada para pemimpin melalui perumpamaan mengenai
batu penjuru. Batu penjuru memiliki tuga makna yang berbeda: Batu itu adalah
batu yang menguatkan pondasi, batu sudut yang keras, dan batu terakhir di
atas ambang, yang menyatukan semua batu-batu yang lain. Kadangkala tukang
berulangkali membuang batu itu, dan kemudian baru mendapati bahwa batu itu
sangat penting untuk kestabilan keseluruhan bangunannya.
Demikian juga, para tua-tua bangsa
itu terus menerus menolak Kristus. Tetapi Ia memang pondasi dari Perjanjian
Baru, mahkota dari Bait Allah yang menyatukan semua batu-batu hidup itu
menjadi satu dengan kuasa-Nya.
Barangsiapa menolak menjadi batu
hidup di dalam bangunan Bait Suci Perjanjian Baru, akan tersandung oleh
Kristus. Di dalam perjalanan sejarah, banyak yang sudah tersandung oleh
Kristus dan jatuh. Mereka hancur dan remuk. Semua peradaban yang tidak mau
menerima Kristus akan diremukkan oleh-Nya. Yesus adalah juga batu
penghakiman, yang tiba-tiba jatuh dari atap ke atas mereka yang tidak
waspada.
Yesus mengancam untuk menarik janji akan Kerajaan Allah dari
orang-orang Yahudi dan memberikannya kepada orang-orang bukan Yahudi. Ketika
para pemimpin bangsa itu mendengar ancaman ini, mereka menjadi sangat marah
dan berusaha menangkap-Nya. Namun, orang banyak melindungi-Nya, karena mereka
sudah merasakan kuasa kasih-Nya dan menyiapkan diri untuk bertobat dan
percaya.
Para imam kepala dan orang-orang Farisi menganggap bahwa Ia berbicara
mengenai mereka dan mereka mengatakan (ay. 41) bahwa mereka sudah membaca
penilaian bagi diri mereka sendiri. Hati nurani yang bersalah tidak perlu
mendapatkan tuduhan, dan kadangkala akan sangat menghemat kerja bagi seorang
hamba Tuhan untuk langsung mengatakan, “Engkau orangnya.” Sebuah pepatah
Latin menjelaskan, “Ganti saja namanya, kisahnya tetap tentang engkau.”
Firman Allah itu hidup dan kuat dan tajam dan berkuasa untuk memisahkan
maksud dan tujuan di dalam hati manusia (Ibrani 4:12). Karena ini, sangat
mudah bagi orang-orang berdosa yang hati nuraninya belum membeku untuk
berpikir bahwa hal itu berbicara mengenai dirinya.
DOA: Bapa Surgawi, ampunilah ketidaktaatan dan
pemberontakan kami, karea kami lahir sebagai generasi yang jahat, dan tidak
memberikan kepada-Mu buah-buah kasih-Mu yang murni. Kalahkanlah dan
ubahkanlah kami sehingga kami bisa menjauh dari kebencian dan dendam, dan
dipenuhi dengan Roh Kasih-Mu untuk melayani-Mu dengan sukacita senantiasa,
sehingga kami tidak akan dihukum karena menolak kasih-Mu, dan tidak
dibinasakan pada saat kedatangan-Mu yang tidak kami ketahui.
PERTANYAAN 194: Apakah wawasan atau aplikasi yang bisa anda dapatkan
dari perumpamaan tentang batu penjuru?
|
Misteri Hajar Aswad dan
Rahasia yang Menyelubunginya
Peletakkan Hajar Aswad oleh
Rasulullah ==
Pada masa [[Rasulullah]]
berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan
ini direnovasi kembali akibat [[banjir]] yang melanda kota [[mekkah]] pada saat
itu. Ketika sampai pada peletakkan Hajar Aswad, [[Suku Quraisy]] berselisih,
siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan
darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang
pengadil [[hakim]] yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Nabi
Muhammad Saw.
Rasulullah Saw dengan bijak berkata pada
mereka : “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepada beliau,
kemudian beliau mengambil hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan
tangannya. Lalu beliau berkata : ” Hendaklah setiap qabilah memegang sisi-sisi
kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan
ketika telah sampai ditempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya
kemudian dibangunlah.
Misteri Injil Kuno Pengungkap
Kerasulan Muhammad SAW
39 Votes
Perhatian dunia tertuju ke Turki. Beberapa hari ini, publik dihebohkan dengan
terungkapnya sebuah misteri yang terkandung dalam Injil berusia 1500 tahun yang tersimpan di
Turki.
Yang membuat heboh, Injil kuno
itu mengungkap sebuah fakta yang mengguncang keimanan, terutama bagi umat
Kristiani. Betapa tidak. Injil Barnabas itu mengajarkan ajaran yang berbeda
dibanding doktrin Kristen dunia.
Ya, Injil Barnabas itu
meyakini Yesus (Isa) sebagai utusan, bukan Tuhan. Menurut Huffingtonpost, Injil
Barnabas pun meyakini adanya utusan
(nabi) penerus risalah Isa, yang berasal keturunan Nabi Ismail, yakni Nabi
Muhammad SAW.
Barnabas dipercayai sebagai
salah seorang murid Isa di Yerussalem. Barnabas yang bernama asli Yusuf,
bersama para murid lainnya menyebarkan ajaran Isa. Barnabas adalah seorang
Yahudi suku Lewi yang berasal dari Siprus. Dalam Wikipedia, Hajj Sayed
berpendapat. terdapat pertikaian antara Paulus dan Barnabas dalam surat Galatia
ketika keduanya menjalani misi dakwah menuju Syprus (45-49 M).
Ini yang mendukung perbedaan
injil Barnabas dengan ajaran Paulus. Injil Barnabas ini berbeda dengan Kodeks
Sinaiticus, karena menggunakan bahasa Aramik bukan Yunani kuno. Bahasa Aramik
diyakini sebagai bahasa yang digunakan Nabi Isa atau Yesus. Berbeda dengan
berbagai Injil lainnya, kitab Barnabas diyakini ditulis Barnabas selama berada
di Siprus, setelah berpisah dari Paulus.
Di Siprus inilah pengikut
Barnabas berkembang hingga lebih dari seribu tahun. Bila ditelusuri ada benang
merah pengungkapan Injil Barnabas di Turki dengan tempat ajaran Barnabas yang
berkembang di Siprus.
Sebuah Injil berusia 1.500
tahun yang menceritakan kedatangan Nabi Muhammad SAW ditemukan di Turki
Ada sebuah biara di utara
Siprus Turki yang disebut sebagai Biara Rasul St Barnabas, yang didirikan oleh
pengikut setia sekte Barnabas. Dan di dalam biara inilah diyakini Barnabas
dikuburkan hingga ia meninggal dunia. Pengikut sekte Barnabas inilah yang
diyakini menulis ulang Injil Barnabas pada abad ke-5 masehi.
Sekitar 1980-an, biara ini
telah dirampok oleh sekelompok orang. Mereka menggali lantai dan dinding biara
selama malam hari. Tidak diketahui apa yang mereka incar. Diduga sekelompok
orang itu telah mencuri sesuatu terkubur di dalam dinding.
Seorang wartawan Siprus
mengklaim telah menemukan salinan Alkitab yang sangat kontroversial dari St
Barnabas. Ia kemudian mencoba menyelidiki fakta itu. Tak lama kemudian, ia
temukan tewas tertembak.
Sekitar 12 tahun lalu, polisi
Turki dalam sebuah operasi menemukan sebuah Alkitab tua dari seorang warga
siprus yang hijrah ke Turki. Ada beberapa rumor tentang kabar itu. Pihak polisi
tak membenarkan dan menolak kabar itu.
Puncaknya, tiga hari lalu,
sebuah Alkitab tersebut telah dipublikasikan untuk pertama kalinya setelah 12
tahun disimpan pemerintah Turki. Saat ini Alkitab ini disimpan di museum negara
Turki dan telah menjadi perhatian dunia termasuk dari Vatikan.republika
Diterbitkan Pada November 14, 2012
Misteri Hajar Aswad – Hajar Aswad adalah batu hitam
yang terletak di sudut sebelah Tenggara Ka’bah, yaitu sudut dari mana Tawaf
dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ yang diturunkan Allah dari
surga melalui malaikat Jibril. Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang
terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam itu sudah licin karena
terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran
manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji
maupun untuk tujuan Umrah.
Hadist Sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA,
bahwa Rasul SAW bersabda:
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.
Hadis tersebut mengatakan bahwa disunatkan membaca
do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan thawaf
atau pada setiap putaran, sebagai mana, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA.
Artinya:
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.
ASAL – USUL HAJAR ASWAD
Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membangun
Ka’bah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Ka’bah itu tidak ada
bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail mau membangunnya
dengan meninggikan bangunannya dan mengangkut batu dari berbagai gunung.
setelah bangunan Ka’bah itu hampir selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasa
kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah.
Nabi Ibrahim berkata pada Nabi Ismail, “Pergilah
engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi
manusia.”
Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke
satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s
sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan
sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi
Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik
itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari
mana kamu dapat batu ini?”
Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima dari yang
tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”
Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh
Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang
pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah disunnahkan mencium
Hajar Aswad.
Pernahkah tapak kuntul nglayang (bekas burung terbang),
gigir panglu (pinggir dari globe), wates langit (batas cakrawala), yang merupakan
sesuatu yang “tidak tergambarkan” atau “tidak dapat disepertikan” yang dalam
bahasa Jawa ” tan kena kinaya ngapa” yang pengertiannya sama dengan “Acintya”
dalam ajaran Hindu.
.
Dengan pengertian “acintya” atau “sesuatu
yang tak tergambarkan” itu mereka ingin menyatakan bahwa hakekat Tuhan adalah
sebuah “kekosongan”, atau “suwung”, Kekosongan adalah sesuatu yang ada tetapi
tak tergambarkan. Semua yang dicari dalam kidung dhandhanggula di atas adalah
“kekosongan” Susuh angin itu “kosong”, ati banyu pun “kosong”, demikian pula “tapak
kuntul nglayang” dan “batas cakrawala”. Jadi hakekat Tuhan adalah “kekosongan
abadi yang padat energi”, seperti areal hampa udara yang menyelimuti jagad
raya, yang meliputi segalanya secara immanen sekaligus transenden, tak
terbayangkan namun mempunyai energi luar biasa, hingga membuat semua benda di
angkasa berjalan sesuai kodratnya dan tidak saling bertabrakan. Sang “kosong”
atau “suwung” itu meliputi segalanya, “suwung iku anglimputi sakalir kang ana”.
Ia seperti udara yang tanpa batas dan keberadaannya menyelimuti semua yang ada,
baik di luar maupun di dalamnya.
.
Karena pada diri kita ada Atman, yang tak
lain adalah cahaya atau pancaran energi Tuhan, maka hakekat Atman adalah juga
“kekosongan yang padat energi itu”. Dengan demikian apabila dalam diri kita
hanya ada Atman, tanpa ada muatan yang lain, misalnya nafsu dan keinginan, maka
“energi Atman” itu akan berhubungan atau menyatu dengan sang “sumber energi”.
Untuk itu yang diperlukan dalam usaha pencarian adalah mempelajari proses
“penyatuan” antara Atman dengan Brahman itu. Logikanya, apabila hakekat Tuhan
adalah “kekosongan” maka untuk menyatukan diri, maka diri kita pun harus
“kosong”, Sebab hanya “yang kosonglah yang dapat menyatu dengan sang maha
kosong”. Caranya dengan berusaha “mengosongkan diri” atau “membersihkan diri”
dengan “menghilangan muatan-muatan yang membebani Atman” yang berupa berbagai
nafsu dan keinginan. Dengan kata lain berusaha membangkitkan energi Atman agar
tersambung dengan energi Brahman. Dengan uraian di atas maka cara yang harus
ditempuh adalah melaksanakan “samadi”, yang intinya adalah menghentikan segala
aktifitas pikiran beserta semua nafsu dan keinginan yang membebaninya. Sebab
pikiran yang selalu bekerja tak akan pernah menjadikan diri “kosong”. Karena
itu salah satu caranya adalah dengan “Amati Karya”, menghentikan segala
aktifitas kerja.
Apabila “kekosongan” merupakan hakekat Tuhan, apakah Padmasana, yang di bagian atasnya berbentuk “kursi kosong”, dan dianggap sebagai simbol singgasana “Sang Maha Kosong” itu adalah perwujudan dalam bentuk lain dari apa yang dicari orang Jawa lewat kidung-kidung kuna itu? Apa sebabnya di Jawa tidak ada dan baru diwujudkan dalam bentuk bangunan ketika leluhur Jawa berada di Bali? Mungkin saat itu di Jawa memang tidak membutuhkan hal itu, karena masyarakat Jawa lebih mementingkan “pemujaan leluhur“, yang dianggap sebagai “pengejawantahan Tuhan”. Kata-kata Wong tuwa iku Pangeran katon atau Orang tua (leluhur) itu Tuhan yang nampak, adalah bukti adanya kepercayaan tersebut. Itulah sebabnya di Jawa tidak ditemukan Padmasana, tetapi “lingga yoni“. Baru setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, Padmasama mulai ada di Bali. Konon sementara sejarawan berpendapat bahwa Padmasana adalah karya monumental Danghyang Dwijendra, seorang Pandita Hindu yang pindah dari Jawa ke Bali, setelah jatuhnya Kerajaan Majapahit.
.
Sebenarnya tujuan umat Hindu ketika bersembahyang di pura, adalah untuk
menjalani “proses” penyatuan diri dengan Tuhan dengan melaksanakan “yoga”
secara sederhana. Karena itu setiap sembahyang tentu diawali dengan “pranayama”
yang merupakan salah satu cara untuk “mengosongkan diri” dengan “mengatur irama
pernafasan” Hasil minimal yang dicapai adalah “mempertenang diri” ketika
“memuja Tuhan” dengan bersimpuh di hadapan Padmasana, yang diyakini sebagai
tahta “Sang Hyang Widhi“. Ketika memuja itulah mereka berusaha
“mengosongkan diri” dengan berkonsentrasi untuk menyatukan diri dengan “Sang
Maha Kosong”. Dengan demikian mereka berharap dapat menyatu dalam rasa, yaitu
rasa damai sebenarnya. Menurut orang Jawa, apabila tujuan “samadi” itu
berhasil, terdapat tanda-tanda khusus.
Konon, ketika puncak ke “hening”
an tercapai, orang serasa terjun ke suasana “heneng” atau “sunya“,
tenggelam dalam suasana “kedamaian batin sejati, rasa damai yang akut”, yang
dikatakan “manjing jroning sepi”, atau “rasa damai yang tak terkatakan”.
Suasana demikian terjadi hanya sesaat, yang oleh orang Jawa diga
mbarkan secara indah dengan kata-kata
“tarlen saking liyep layaping aluyup, pindha pesating supena sumusup ing rasa
jati” (ketika tiba di ambang batas kesadaran, hanya seperti kilasan mimpi, kita
seolah menyelinap ke dalam rasa sejati). Di sini makna kedamaian adalah
“kekosongan sejati di mana jiwa terbebas dari beban apa pun”, yang diistilahkan
dengan suasana “hening heneng” atau “kedamaian sejati”. Mungkin suasana
demikian itulah yang dalam agama Hindu disebut “sukha tan pawali dukha”.
Kebahagian abadi yang tanpa sedikitpun rasa duka. Terbebas dari hukum rwa bhinneda.
.
Kini masalahnya adalah siapa saja yang terlibat dalam proses penyatuan
tersebut? Pertanyaan ini akan dijawab dengan tegas bahwa Sang Atmanlah diminta
membimbingnya. Atman adalah cahaya Brahman, Ia Maha Energi yang ada pada diri
setiap manusia, karena itu oleh orang Jawa diberi sebutan “Pangeraningsun”
atau “Tuhan yang ada dalam diriku“. Karena itulah ketika kita mengawali
proses “kramaning sembah” dengan pertama-tama menyebut “OM
Atma Tattvatma“, orang Jawa menganggapnya sebagai ganti dari kata-kata
“Duh Pangeraningsun”, yang sebelumnya amat dikenal. Namun sebelum Atman kita
jadikan kawan utama dalam usaha penyatuan itu, terlebih dulu kita harus yakin
bahwa ia adalah energi luar biasa. Kehebatan energi Atman itu secara simbolis
digambarkan sebagai berikut: Gedhene amung sak mrica binubut nanging lamun
ginelar angebegi jagad, artinya: Ia hanya sebesar serbuk merica, namun bila
dikembangkan (triwikrama) seluruh jagad raya akan tergenggam olehnya.
Pengertian energi ini dalam istilah Jawa disebut “geter”. Namun untuk
memanfaatkannya orang harus mengenalnya lebih jauh.
.
Lebih lanjut ajaran ini menyebutkan bahwa pada diri manusia pun terdapat
4 (empat) kekuatan yang selalu menjadi kawan dalam perjalanan hidup, di saat
suka maupun duka, hingga layak disebut “saudara”. Masing-masing ditandai dengan
simbol warna putih, merah, kuning dan hitam (catur sanak). Posisi mereka di
dalam jiwa manusia adalah lekat dengan Atman, membuat cahayanya membentuk warna
“pelangi”. Gradasi warnanya menunjukkan kadar “karma wasana” seseorang. Konon
peranan mereka amat menentukan. Karena itu mereka harus selalu diperhatikan dan
dipelihara, sebab bila ditinggalkan dan tak terurus, akan menjadi pengganggu
yang amat berbahaya. Bandingkan dengan pengertian sa ba ta a i dalam ajaran
Hindu. Dalam setiap “proses” meditasi mereka perlu diberitahu, setidak-tidaknya
disebut namanya agar ikut membantu.
.
Pada dasarnya proses penyatuan (semedi) itu dimaksudkan sebagai usaha
memperpendek jarak antara Manusia dengan Tuhan, antara Sira dengan Ingsun, atau
antara Brahman dengan Atman, yang dalam istilah Jawa disebut ngudi cinaket ing
Widhi, artinya berusaha agar semakin dekat dengan Tuhan (caket=dekat). Di sini
jelas bahwa pemanfaatan energi Atman mutlak perlu, tetapi ternyata sebagian
orang ada yang tidak mengetahui bahwa pada diri kita ada Atman, Sang Maha
Energi itu. Mungkin karena dasar filsafatnya memang berbeda.
Kepada mereka, yang tidak
mempercayai adanya Atman itu, sebuah kidung sengaja diciptakan Apek banyu
pikulane warih, apek geni dedamaran, kodhok ngemuli elenge, tanpa suku lumaku,
tanpa una lan tanpa uni, dst. Artinya terlihat ada orang mencari air, padahal
ia telah memakai air sebagai pikulan, dan ada yang mencari api, padahal telah
membawa lentera, katak menyelimuti liangnya, tanpa kaki ia berjalan, tanpa rasa
dan tanpa suara, dst. Rupanya mereka tidak mengerti bahwa Gusti dan Kawula Tunggal, hingga tidak menyadari
bahwa yang dicari sebenarnya telah ada dalam dirinya sendiri, meski dengan nama
yang berbeda. Mereka tidak tahu bahwa warih adalah air dan damar adalah api,
sama halnya dengan Atman adalah Brahman. Ia immanen sekaligus transenden, ia bisa
berjalan tanpa kaki, dan tanpa suara maupun rasa. Pendapat bahwa Brahman sama
dengan Atman, oleh orang Jawa ditunjukkan dengan perkataan “kana kene padha
bae” artinya “sana dan sini sama saja”. Ketidaktahuanlah yang menyebabkan
orang kebingungan. Sebuah canda sederhana namun menyengat.
Srir Astu Swasti Prhajabyah….Rahayu
Tuhan adalah “Sangkan
Paraning Dumadi“. IA adalah sang Sangkan sekaligus sang Paran, karena itu
juga disebut Sang Hyang Sangkan Paran. Ia hanya satu, tanpa kembaran, dalam
bahasa Jawa dikatakan Pangeran iku mung sajuga, tan kinembari .
Orang Jawa biasa menyebut “Pangeran” artinya raja, sama dengan pengertian “Ida
Ratu” di Bali. Masyarakat tradisional sering mengartikan “Pangeran” dengan
“kirata basa”. Katanya pangeran berasal dari kata “pangengeran”, yang artinya
“tempat bernaung atau berlindung”, yang di Bali disebut “sweca”.
Sedang
wujudNYA tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapaiNYA dan kata kata
tak dapat menerangkanNYA. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata
hanyalah produk pikiran hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan
kebenaranNYA. Karena itu orang Jawa menyebutnya “tan kena kinaya ngapa” ( tak
dapat disepertikan). Artinya sama dengan sebutan “Acintya” dalam ajaran Hindu.
Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa memberikan sebutan sehubungan dengan
perananNYA. Karena itu kepada NYA diberikan banyak sebutan, misalnya: Gusti Kang Karya Jagad (Sang Pembuat Jagad), Gusti
Kang Gawe Urip (Sang Pembuat Kehidupan), Gusti Kang Murbeng Dumadi (Penentu
nasib semua mahluk) , Gusti Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Besar), dan
lain-lain.Sistem pemberian banyak nama kepada Tuhan sesuai perananNYA ini sama
seperti dalam ajaran Hindu. “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti” artinya “Tuhan itu
satu tetapi para bijak menyebutNYA dengan banyak nama”.
.
Hubungan
Tuhan dengan Ciptaannya.
Tentang hubungan Tuhan dengan ciptaanNYA, orang Jawa
menyatakan bahwa Tuhan menyatu dengan ciptaanNYA. Persatuan antara Tuhan dan
ciptaannya itu digambarkan sebagai “curiga manjing warangka, warangka manjing
curiga“, seperti keris masuk ke dalam sarungnya, seperti
sarung memasuki kerisnya. Meski
ciptaannya selalu berubah atau “menjadi” (dumadi), Tuhan tidak terpengaruh oleh
perubahan yang terjadi pada ciptaanNYA. Dalam kalimat puitis orang Jawa
mengatakan: Pangeran nganakake geni manggon ing geni nanging ora kobong dening
geni, nganakake banyu manggon ing banyu ora teles dening banyu. Artinya, Tuhan
mengadakan api, berada dalam api, namun tidak terbakar, mencipta air bertempat
di air tetapi tidak basah. Sama dengan pengertian wyapi, wyapaka dan nirwikara
dalam agama Hindu.
Oleh karena itu Tuhan pun disimbolkan sebagai
bunga “teratai” atau “sekar tunjung”, yang tidak pernah basah dan kotor meski
bertempat di air keruh. Ceritera tentang Bima bertemu dengan “Hanoman”, kera
putih lambang kesucian batin, dalam usahanya mencari “tunjung biru” atau
“teratai biru’ adalah sehubungan dengan pencarian Tuhan. Menyatunya Tuhan
dengan ciptaanNYA secara simbolis juga dikatakan “kaya kodhok ngemuli leng,
kaya kodhok kinemulan ing leng”, seperti katak menyelimuti liangnya dan seperti
katak terselimuti liangnya. Pengertiannya sama dengan istilah immanen sekaligus
transenden dalam filsafat modern, yang dalamBhagavad Gita dikatakan “DIA ada padaKU dan AKU ada padaNYA”.
.
Dengan
pengertian demikian maka jarak antara Tuhan dan ciptaannya pun menjadi tak
terukur lagi. Tentang hal ini orang Jawa mengatakan: “adoh tanpa wangenan,
cedhak tanpa senggolan”, artinya jauh tanpa batas, dekat namun tak bersentuhan.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pada hakekatnya filsafat Jawa adalah
Hinduisme, yang monotheisme pantheistis. Karena itu pengertian Brahman Atman
Aikyam, atau Tuhan dan Atman Tunggal, juga dinyatakan dengan kata-kata “Gusti lan kawula iku
tunggal“. Di sini pengertian Gusti adalah Tuhan yang juga
disebut Ingsun, sedang Kawula adalah Atman yang juga disebut Sira, hingga
kalimat “Tat Twam Asi” pun secara tepat dijawakan dengan kata kata “Sira Iku Ingsun” atau
“Engkau adalah Aku“, yang artinya sama dengan kata-kata “Atman itu
Brahman”.
Pemahaman
yang demikian itu tentunya memungkinkan terjadinya salah tafsir, karena
menganggap manusia itu sama dengan Tuhan. Untuk menghindari pendapat yang
demikian, orang Jawa dengan bijak menepis dengan kata-kata “ya ngono ning ora ngono“, yang
artinya “ya begitu tetapi tidak seperti itu”. Mungkin sikap demikian inilah
yang menyebabkan sesekali muncul anggapan bahwa pada dasarnya orang Jawa
penganut pantheisme yang polytheistis, sebab pengertian keberadaan Tuhan yang
menyatu dengan ciptaannya ditafsirkan sebagai Tuhan berada di apa saja dan
siapa saja, hingga apa saja dan siapa saja bisa diTuhankan. Anggapan demikian
tentulah salah, sebab Brahman bukan Atman dan Gusti bukan Kawula walau
keberadaan keduanya selalu menyatu. Brahman adalah sumber energi, sedang Atman
cahayanya. Kesatuan antara Krisna dan Arjuna oleh para dalang wayang sering
digambarkan seperti “api dan cahayanya”, yang dalam bahasa Jawa “kaya geni lan urube“
Intisari perenungan ini adalah Qul
Huwallahu Ahad. Allahus Shomad. Lam Yalid Walam Yulad. Walam Yakun Lahu
Kuffuwan Ahad.
“Katakanlah” – Hai Utusan-Ku- “Dia adalah Allah, Maha Esa.” (ayat 1).
Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang
dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada
Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain
dengan Dia.
Pengakuan atas Kesatuan, atau
Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan nama-Nya ialah Allah, kepercayaan itulah
yang dinamai TAUHID. Berarti menyusun fikiran yang suci murni, tulus ikhlas
bahwa tidak mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab Pusat Kepercayaan di dalam
pertimbangan akal yang sihat dan berfikir teratur hanya sampai kepada SATU.
Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula
ada teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau Dia lebih dari satu. Karena kalau
Dia berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya. Kekuasaan yang terbagi, artinya
sama-sama kurang berkuasa.
“Allah adalah pergantungan.” (ayat 2). Artinya, bahwa segala sesuatu ini
adalah Dia yang menciptakan, sebab itu maka segala sesuatu itu kepada-Nyalah
bergantung. Ada atas kehendak-Nya.
Kata Abu Hurairah: “Arti Ash-Shamadu ialah
segala sesuatu memerlukan dan berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya,
sedang Dia tidaklah berlindung kepada sesuatu jua pun.
Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang Dia mau dan menetapkan
apa yang Dia kehendaki.”
Muqatil mengartikan: “Yang Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.”
“Tidak Dia beranak, dan tidak Dia diperanakkan.” (ayat 3).
Mustahil Dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang
menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Seseorang yang hidup di
dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak keturunan. Karena dengan
keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung. Orang yang tidak beranak kalau
mati, selesailah sejarahnya hingga itu. Tetapi seseorang yang hidup, lalu
beranak dan bersambung lagi dengan cucu, besarlah hatinya, karena meskipun dia
mesti mati, dia merasa ada yang menyambung hidupnya.
Oleh sebab itu maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan anak.
Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati. Dahulunya tidak
berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan kekal terus,
sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung
kekuasaan-Nya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera mahkota.
Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan. Tegasnya tidaklah Dia berbapa.
Karena kalau dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian lahir ke dunia dari
ayahnya, dan kemudian ayah itu pun mati. Si anak menyambung kuasa. Kalau
seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu beranak dan anak itu
ialah Nabi Isa Almasih, yang menurut susunan kepercayaan mereka sama dahulu
tidak bepermulaan dan sama akhir yang tidak berkesudahan di antara sang bapa
dengan sang anak, maka bersamaanlah wujud di antara si ayah dengan si anak,
sehingga tidak perlu ada yang bernama bapa dan ada pula yang bernama anak. Dan
kalau anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau
ketuhanan yang tidak perlu, kalau diakui bahwa si bapa kekal dan tidak
mati-mati, sedang si anak tiba kemudian.
“Dan tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun.” (ayat 4).
Keterangan: Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu
tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaan-Nya.
Kalau diakui diperanakkan,
tandanya Allah itu pada mulanya masih muda yaitu sebelum bapa-Nya mati. Kalau
diakui bahwa Dia terbilang, ada bapa ada anak, tetapi kedudukannya sama,
fikiran sihat yang mana jua pun akan mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama
kurang kekuasaannya. Kalau ada dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi
pangkatnya, sama kekuasaannya atas alam, tidak ada fikiran sihat yang akan
dapat menerima kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau
keduanya sama tarafnya, yang berarti sama-sama kurang kuasa-Nya, yakni
masing-masing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang sempurna ketuhanan
keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah tuhan. Itu masih alam, itu masih lemah.
Yang Tuhan itu ialah Mutlak
Kuasa-Nya, tiada berbagi, tiada separuh seorang, tiada gandingan, tiada
bandingan dan ada tiada tandingan. Dan tidak pula ada tuhan yang nganggur,
belum bertugas sebab bapanya masih ada!
Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. Itulah yang dirasakan
oleh akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah dia dan tidak
bersih lagi. Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula Surat Al-Ikhlas, artinya
sesuai dengan jiwa murni manusia, dengan logika, dengan berfikir teratur.
Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir
bahwa asal mula Surat ini turun: “Shif lanaa rabaka” ialah karena pernah
orang musyrikin itu meminta kepada Nabi (Coba jelaskan kepada kami apa macamnya
Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga atau loyangkah?).
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka’ab, memang ada
orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab (keturunan atau
sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas ini tentang Tuhan.
Abus Su’ud berkata dalam
tafsirnya: “Diulangi nama Allah sampai dua kali (ayat 1 dan ayat 2) dengan kejelasan
bahwa Dia adalah Esa, Tunggal, Dia adalah penggantungan segala makhluk, supaya
jelaslah bahwa yang tidak mempunyai kedua sifat pokok itu bukanlah Tuhan. Di
ayat pertama ditegaskan Keesaan-Nya, untuk menjelaskan bersih-Nya Allah dari
berbilang dan bersusun, dan dengan sifat Kesempurnaan Dia tempat bergantung,
tempat berlindung; bukan Dia yang mencari perlindungan kepada yang lain, Dia
tetap ada dan kekal dalam kesempurnaan-Nya, tidak pernah berkurang. Dengan
penegasan “Tidak beranak”, ditolaklah kepercayaan setengah manusi bahwa
malaikat itu adalah anak Allah atau Isa Almasih adalah anak Allah. Tegasnya
dari Allah itu tidak ada timbul apa yang dinamai anak, karena tidak ada sesuatu
pun yang mendekati jenis Allah itu, untuk jadi jodoh dan “teman hidupnya”, yang
dari pergaulan berdua timbullah anak.” – Sekian Abus Su’ud.
Imam Ghazali menulis di dalam kitabnya “Jawahirul-Qur’an” : “Kepentingan
Al-Qur’an itu ialah untuk ma’rifat terhadap Allah dan ma’rifat terhadap hari
akhirat dan ma’rifat terhadap Ash-Shirathal Mustaqim. Ketiga
ma’rifat inilah yang sangat utama pentingnya. Adapun yang lain adalah
pengiring-pengiring dari yang tiga ini. Maka Surat Al-Ikhlas adalah mengandung
satu daripada ma’rifat yang tiga ini, yaitu Ma’rifatullah, dengan memberishkan-Nya,
mensucikan fikiran terhadap-Nya dengan mentauhidkan-Nya daripada jenis dan
macam. Itulah yang dimaksud bahwa Allah bukanlah pula bapa yang menghendaki
anak, laksana pohon. Dan bukan diperanakkan, laksana dahan yang berasal dari
pohon, dan bukan pula mempunyai tandingan, bandingan dan gandingan.”
Ibnul Qayyim menulis dalam
Zaadul Ma’ad: “Nabi SAW selalu membaca pada sembahyang Sunnat Al-Fajar dan
sembahyang Al-Witir kedua Surat Al-Ikhlas dan Al-Kaafiruun. Karena kedua Surat
itu mengumpulkan Tauhid, Ilmu dan Amal, Tauhid Ma’rifat dan Iradat, Tauhid I’tiqad
dan Tujuan. Surat Al-Ikhlas mengandungi Tauhid I’tiqad dan Ma’rifat dan apa
yang wajib dipandang tetap teguh pada Allah menurut akal murni, yaitu Esa,
Tunggal. Naf’i yang mutlak daripada bersyarikat dan bersekutu, dari segi mana
pun.
Dia adalah Pergantungan yang
tetap, yang pada-Nya terkumpul segala sifat kesempurnaan, tidak pernah
berkekurangan dari segi mana pun. Naf’i daripada beranak dan diperanakkan,
karena kalau keduanya itu ada, Dia tidak jadi pergantungan lagi dan Keesaan-Nya
tidak bersih lagi. Dan Naf’i atau tidaknya kufu’, tandingan, bandingan dan
gandingan adalah menafikan perserupaan, perumpamaan ataupun pandangan lain.
Sebab itu makna Surat ini mengandung segala kesempurnaan bagi Allah dan
menafikan segala kekuarangan. Inilah dia Pokok Tauhid menurut ilmiah dan
menurut akidah, yang melepaskan orang yang berpegang teguh kepadanya daripada
kesesatan dan mempersekutukan.
Itu sebab maka Surat Al-Ikhlas dikatakan oleh Nabi Sepertiga Qur’an. Sebab
Al-Qur’an berisi Berita (Khabar) dan Insyaa. Dan Insyaa mengandung salah satu
tiga pokok: (1) perintah, (2) larangan, (3) boleh atau diizinkan. Dan Khabar
dua pula: (1) Khabar yang datang dari Allah sebagai Pencipta (Khaliq) dengan
nama-nama-Nya dan hukum-hukum-Nya. (2) Khabar dari makhluk-Nya, maka
diikhlaskanlah oleh makhluk di dalam Surat Al-Ikhlas tentang nama-nama-Nya dan
sifat-sifat-Nya, sehingga jadilah isinya itu mengandung Sepertiga Al-Qur’an.
Dan dibersihkannya pula barangsiapa yang membacanya dengan Iman, daripada
mempersekutukan Allah secara ilmiah. Sebagaimana Surat Al-Kaafiruun pun telah
membersihkan dari syirik secara amali, yang timbul dari kehendak dan
kesengajaan.” – Sekian Ibnul Qayyim.
Ibnul Qayyim menyambung lagi: “Menegakkan akidah ialah dengan ilmu.
Persediaan ilmu hendaklah sebelum beramal. Sebab ilmu itu adalah Imam, penunjuk
jalan, dan hakim yang memberikan keputusan di mana
tempatnya dan telah sampai di mana. Maka “Qul Huwallaahu Ahad” adalah puncak
ilmu tentang akidah. Itu seba maka Nabi mengatakannya sepertiga Al-Qur’an.
Hadis-hadis yang mengatakan demikian boleh dikatakan mencapai derajat
mutawatir. Dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” sama nilainya dengan seperempat
Al-Qur’an. Dalam sebuah Hadis dari Termidzi, yang dirawikan dari Ibnu Abbas
dijelaskan: “Idzaa Zulzilatil Ardhu” sama nilainya dengan separuh Al-Qur’an.
“Qul Huwallahu Ahad” sama dengan sepertiga Al-Qur’an dan “Qul Yaa Ayyuhal
Kaafiruuna” sama nilainya dengan seperempat Al-Qur’an.
Al-Hakim merawikan juga Hadis ini dalam
Al-Mustadriknya dan beliau berkata bahwa Isnad Hadis ini shahih.
***
Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang
dirawikan oleh Bukhari dari Aisyah, – moga-moga Allah meridhainya – bahwa Nabi
SAW pada satu waktu telah mengirim siryah (patroli) ke suatu tempat. Pemimpin
patroli itu tiap-tiap sembahyang yang menjahar menutupnya dengan membaca “Qul
Huwallaahu Ahad.” Setelah mereka kembali pulang, mereka khabarkanlah perbuatan
pimpinan mereka itu kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW berkata: “Tanyakan kepadanya
apa sebab dia lakukan demikian.” Lalu mereka pun bertanya kepadanya, (mengapa
selalu ditutup dengan membaca “Qul Huwallaahu Ahad”).
Dia menjawab: “Itu adalah sifat dari
Tuhan Yang Bersifat Ar-Rahman, dan saya amat senang membacanya.”
Mendengar keterangan itu bersabdalah
Nabi SAW: “Katakanlah kepadanya bahwa Allah pun senang kepadanya.”
Dan terdapatlah juga beberapa sabda
Rasul yang lain tentang kelebihan Surat Al-Ikhlas ini. Banyak pula Hadis-hadis
menerangkan pahala membacanya. Bahkan ada sebuah Hadis yang diterima dari Ubay
dan Anas bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Diasaskan tujuh petala langit dan tujuh
petala bumi atas Qul Huwallaahu Ahad.”
Betapa pun derajat Hadis ini, namun
maknanya memang tepat. Al-Imam Az-Zamakhsyari di dalam Tafsirnya memberi arti
Hadis ini: “Yaitu tidaklah semuanya itu dijadikan melainkan untuk menjadi bukti
atas mentauhidkan Allah dan mengetahui sifat-sifat Allah yang disebutkan dalam
Surat ini.”
Diriwayatkan oleh Termidzi dari Abu Hurairah, berkata
dia: “Aku datang bersama Nabi SAW tiba-tiba beliau dengar seseorang membaca
“Qul Huwallaahu Ahad”. Maka berkatalah beliau SAW: “Wajabat” (Wajiblah). Lalu
aku bertanya: “Wajib apa ya Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Wajib orang itu
masuk syurga.” Kata Termidzi Hadis itu Hasan (bagus) dan shahih.
DEDICATED TO
ISLAM
No comments:
Post a Comment