KATA PENGANTAR
Pantun pertama penulis, yang mendapat perhatian dari teman-teman penulis di LPMP Riau di Pekanru, Indonesia adalah tentang teman yang bermental copet di masa lalu, ketika penulis masih tinggal di los pasar, dengan profesi sebagai tukang jahit. Dialah sang pencopet, setiap bicara, ingin memonopoli segalanya. Pantun itu berbunyi begini:
Tenda dan bangsal, ditambah karpet,
Tempat anak dara, serta famili.
Tanda-tanda orang, bermental copet,
Setiap bicara, memonopoli.
Nenek sihir, menyapu halaman,
Putus karet, tali celana.
Hati-hati, dalam berteman,
Ada pencopet, jadi sarjana.
Pencopet berdasi di kantor, tentu berbeda dengan pencopet di dalam oplet dan pasar-pasar atau di bus. Di kantor misalnya jatah temannya untuk turun ke daerah, dia yang mengambilnya tanpa memberi tahu. Kemudian pergi ditatar ke Jakarta, Aceh atau Bandung, dia terus yang pergi, berkat rayuannya kepada atasan, atau berselingkuh dengan yang menerima surat dari luar, karena dia sumber segala informasi.
SEKALI MUSIM BERGANTI
SEKALI PADI BERBUAH
TUMBUHNYA, DI SITU-SITU JUA
PEMIMPIN YANG BARU, TERUS DINANTI
SUPAYA ADIL, MEMBAWA TUAH
NASIB PEGAWAI, BEGITU-BEGITU JUA
Tenda dan bangsal, ditambah karpet,
Tempat anak dara, serta famili.
Tanda-tanda orang, bermental copet,
Setiap bicara, memonopoli.
Itulah mental pencopet dalam bentuk yang lebih canggih. Tidak ada sanksi apaun di dunia, hanya terpantau di akhirat kelak. Itulah penglaman penulis sejak 13 tahun yang lalu. Mental Copet sudah membudaya, penulis tidak mau melawannya, karena sudah sistemik. Ketika penulis mengkritik, penulis akan berdiri sendiri. Pelarian penulis hanya kepada salat tahajjud dan sembahyang hajat. Mereka yang mengambil hak penulis, dan menutup peluang penulis, berpesta pora dengan selingkuhannya, sedang penulis hanya mengurut dada. Semuanya berlangsung di depan mata, tanpa merasa berdosa. Banyak teman yang sudah kehilangan hati nurani. Kisah ini hanya terjadi di zaman pejajahan Belanda dahulu dan sekarang tidak ada lagi.
SEKALI MUSIM BERGANTI
SEKALI PADI BERBUAH
TUMBUHNYA, DI SITU-SITU JUA
PEMIMPIN YANG BARU, TERUS DINANTI
SUPAYA ADIL, MEMBAWA TUAH
NASIB PEGAWAI, BEGITU-BEGITU JUA
Tenda dan bangsal, ditambah karpet,
Tempat anak dara, serta famili.
Tanda-tanda orang, bermental copet,
Setiap bicara, memonopoli.
Itulah mental pencopet dalam bentuk yang lebih canggih. Tidak ada sanksi apaun di dunia, hanya terpantau di akhirat kelak. Itulah penglaman penulis sejak 13 tahun yang lalu. Mental Copet sudah membudaya, penulis tidak mau melawannya, karena sudah sistemik. Ketika penulis mengkritik, penulis akan berdiri sendiri. Pelarian penulis hanya kepada salat tahajjud dan sembahyang hajat. Mereka yang mengambil hak penulis, dan menutup peluang penulis, berpesta pora dengan selingkuhannya, sedang penulis hanya mengurut dada. Semuanya berlangsung di depan mata, tanpa merasa berdosa. Banyak teman yang sudah kehilangan hati nurani. Kisah ini hanya terjadi di zaman pejajahan Belanda dahulu dan sekarang tidak ada lagi.
PANTUN DAN PUISI
ANTI KORUPSI
Oleh Drs.M.Rakib Jamari,S.H.,M.Ag
Mengapa aku, duduk di kursi,
Terlalu lama, duduk di bangku.
Bagaimana Aku, Tidak Korupsi,
Gaji sebulan, habis seminggu.
Kalau kotor, sumur di ladang
Jangan diintip, orang mencuci
Memang koruptor, akalnya panjang
Jaksa dan hakim, diberi istri lagi.
Jangan diintip, orang mencuci
Memang koruptor, akalnya panjang
Jaksa dan hakim, diberi istri lagi.
Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan keluar
Uang rakyat untuk, tambah istri.
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan keluar
Uang rakyat untuk, tambah istri.
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil, dihina selalu
Maling besar, dimuliakan.
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil, dihina selalu
Maling besar, dimuliakan.
Sekolah Indonesia, banyak libur,
Muridnya gembira, tiada terhinngga
Aturan negara, ngalor ngidul
Wakil rakyatpun, korupsi juga
Muridnya gembira, tiada terhinngga
Aturan negara, ngalor ngidul
Wakil rakyatpun, korupsi juga
Gunung Daik, di dalam peta,
Coba amati, dengan cermat.
Budi baik, artinya dayacipta,
Disumbangkan kepada, seluruh umat.
Kapal pesiar, tampak kemudi,
Banyak penumpang, berkaca mata.
Pendidikan di Indonesia, kekurangan budi,
Artinya kurang, dayacipta.
Tegak rumah
kerana sendi,
Runtuh
sendi rumah binasa;
Tegak bangsa kerana budi,
Runtuh
budi hilanglah bangsa.
Pantun merupakan
satu puisi Melayu sejati. Pantun terpendek terdiri daripada dua baris yang
mempunyai ikatan berirama dan mempunyai sebutan yang sama dihujungnya.
Baris-baris ini pula boleh dikumpulkan menjadi empat, enam ataupun lapan baris.
Jarang terdapat pantun yang melebihi lapan baris dan pada kebiasaannya pantun
terdiri daripada empat barisan.
Pantun terbagi dua. Bahagian
sama banyak rangkapnya,sampiran atau bahagian pembayang dan diikuti pula dengan
“isi”, atau maksud pantun. Bahagian sampiran, pembayang bagi pantun empat kerat
terdiri dari dua ayat pembayang dan dua ayat maksud, dan bagi pembayang pantun
lapan kerat adalah empat ayat sampiran, pembayang dan empat ayat maksud dan
demikianlah seterusnya.
Harum sungguh, bunga kemboja,
Bunga karangan, cantik tersemat,
Janganlah membaca, kulit sahaja,
Telitilah kandungannya, sampai tamat.
Mekar angsana, pandang tak jemu,
Bunganya luruh, ke dalam raga,
Buku laksana, lautan ilmu,
Di dalamnya penuh, mutiara berharga.
Daun nipah kajangnya rapat,
Hidangan tetamu, di Tembilahan,
Buku menyimpan berjuta hikmat,
Fakta, ilmu, kebesaran Tuhan.
Anak muda pulang ke desa,
Ibu dan ayah lama menanti,
Warga membaca, waktu tersita,
Mendapat hikmah, teman sejati.
Pohon pedada di dalam taman,
Jadi idaman si anak rusa,
Marilah anakanda marilah teman,
Kita membaca sepanjang masa.
Meniti senja biasan mentari,
Merkah setitis menjelang kabut,
Bacalah baca setiap hari,
Tak akan habis ilmu dituntut.
Cantik sungguh si bunga kejora,
Buat hiasan di hari raya,
Marilah sahut seruan negara,
Bangsa membaca bangsa berjaya.
BAHASA JIWA BANGSA
Ikat jerami muat ke kandar,
Selepas makan mandi di telaga;
Ucap difahami wasangka terhindar,
Bahasa kebangsaan penyatu warga.
Batang halban dibawa ke huma,
Hendak dirikan sebuah taman;
Bahasa kebangsaan milik bersama,
Kita ungkapkan sepanjang zaman.
Terbang tempua ke semak berduri,
Singgah sekali di pohon rumbia;
Bahasa kita lambang jati diri,
Tidak rugi berbahasa Malaysia.
Berbanjar cemara di tanah rata,
Tempat teduhan sekumpulan murai;
Segar dan mesra bahasa kita,
Anugerah warisan usah terburai.
BAHASA JIWA
BANGSA
Riuh nelayan
memunggah pelata,
Beli seraga
dibawa pulang;
Bahasa kebangsaan
jiwa kita,
Jati diri warga
gampak cemerlang.
Busut di hutan
sarang kelekatu,
Angsana tumbang
terkejut tempua;
Berbahasa
kebangsaan saban waktu,
Makin berkembang
ke serata benua.
Dari Benta ke
Kota Gelanggi,
Singgah di
Jengka membeli toman;
Bahasa kita
martabatnya tinggi,
Lingua franca
zaman-berzaman.
Sepohon celagi
lanjut usia,
Tempat istirahat
ayam jantan;
Tidak rugi
berbahasa Malaysia,
Warga erat
sejahtera watan.
PANTUN BUDI
Kini, yang
dikatakan berbudi, bukan saja orang yang suka membantu, tapi juga orang yang
punya dayacipta seperti Alpa Edison dan Einstein.
Gunung Daik, di dalam peta,
Coba amati, dengan cermat.
Budi baik, artinya dayacipta,
Disumbangkan kepada, seluruh umat.
Kapal pesiar, tampak kemudi,
Banyak penumpang, berkaca mata.
Pendidikan di Indonesia, kekurangan budi,
Artinya kurang, dayacipta.
Tegak rumah kerana sendi,
Runtuh sendi rumah binasa;
Tegak bangsa kerana budi,
Runtuh budi hilanglah bangsa.
Bunga melati
bunga di darat,
Bunga seroja di
tepi kali;
Hina besi kerana
karat,
Hina manusia
tidak berbudi.
Limau manis
dimakan manis,
Manis sekali rasa
isinya;
Dilihat manis
dipandang manis,
Manis sekali
hati budinya.
Di sana padi di
sini padi,
Baru bernama
sawah dan bendang;
Di sana budi di
sini budi,
Baru sempurna
bernama orang.
Awal pertama
orang berbangsa,
Kedua banyak
ribu dan laksa;
Ketiga majlis
bermanis muka,
Keempat banyak
berbudi bahasa.
PANTUN NASIHAT
Orang Jawa
mencari benang,
Mencari benang
di atas bukit;
Orang jauh
jangan dikenang,
Lama-lama jadi
penyakit.
Orang berkain
corak berbelang,
Mengayuh rakit
mencari duku,
Jangan bermain
kekasih orang,
Nyawa tersangkut
di hujung kuku.
Patah jarum
dalam peti,
Buat menjahit
kain bertimbun;
Nasihat sepatah
kurang dimengerti,
Rupanya penawar
beribu tahun.
Padi muda jangan
dilurut,
Kalau dilurut
patah batangnya;
Hati muda jangan
diturut,
Kalau diturut
susah datangnya.
Bawa mari ke
kedai Cina,
Kerana itu buah
dagangan;
Hidup kita biar
sempurna,
Kerana dunia ini
adalah tumpangan.
Beras kisar
mudik ke hulu,
Tanak pulut
santan durian;
Tak ada orang
menyesal dahulu,
Banyak orang
menyesal kemudian.
Bukan tidak saya
katakan,
Merbuk biasa
makan di papan;
Bukan tidak saya
katakan,
Buah mabuk
jangan dimakan.
Bukit Jertih
berhutan buluh,
Tempat raja
pergi memburu;
Minta selisih
malaikat empat puluh,
Janganlah saya
diberi malu.
Orang hulu
memalu nobat,
Nobat dipalu
kayu berangan;
Fikir dahulu
sebelum buat,
Kalau dibuat
menyesal jangan.
Angin teluk
menyisir pantai,
Hanyut rumpai di
bawah titi;
Biarlah buruk
kain dipakai,
Asal pandai
mengambil hati.
Buah pelaga
makan dikikir,
Dibawa orang
dari hulu;
Sebarang kerja
hendak difikir,
Supaya jangan
mendapat malu.
Hendak belayar
ke Teluk Betong,
Sambil mencuba
labuhkan pukat;
Bulat air kerana
pembetung,
Bulat manusia
kerana muafakat.
Pakai baju warna
biru,
Pergi ke sekolah
pukul satu;
Murid sentiasa
hormatkan guru ,
Kerana guru
pembekal ilmu.
Jangan pergi
mandi di lombong,
Emak dan kakak
sedang mencuci;
Jangan suka
bercakap bohong,
Semua kawan akan
membenci.
Jikalau tuan
mengangkat peti ,
Tolong masukkan
segala barang;
Jikalau
anak-anak bersatu hati .
Kerja yang susah
menjadi senang .
Asam kandis mari
dihiris ,
Manis sekali
rasa isinya ;
Dilihat manis
dipandang manis ,
Lebih manis hati
budinya .
Selasih tumbuh
di tepi telaga ,
Selasih dimakan
si anak kuda;
Kasih ibu membaa
ke syurga,
Kasih saudara
masa berada.
Masuk hutan
pakai sepatu,
Takut kena
gigitan pacat;
Kalau kita
selalu bersatu,
Apa kerja mudah
dibuat.
Orang haji dari
Jeddah
Buah kurma
berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah
mudah
Bagai kerja
menolak ombak
Pinang muda
dibelah dua
Anak burung mati
diranggah
Dari muda sampai
ke tua
Ajaran baik
jangan diubah
Asal kapas
menjadi benang
Dari benang
dibuat kain
Barang yang
lepas jangan dikenang
Sudah menjadi
hak orang lain
Kapal Anjiman
disangka hantu
Nampak dari
Kuala Acheh
Rosak iman
kerana nafsu
Rosak hati
kerana kasih
Tingkap papan
kayu bersegi
Sampan sakat di
Pulau Angsa
Indah tampan
kerana budi
Tinggi darjat
kerana bahasa
Bintang tujuh sinar
berseri
Bulan purnama
datang menerpa
Ajaran guru
hendak ditaati
Mana yang dapat
jangan dilupa
Parang tajam
tidak berhulu
Buat menetak si
pokok Ru
Bila belajar
tekun selalu
Jangan ingkar
nasihat guru
Hari malam
gelap-gelita
Pasang lilin
jalan ke taman
Sopan santun
budaya kita
Jadi kebanggaan
zaman berzaman
Pergi berburu
sampai ke sempadan
Dapat Kancil
badan berjalur
Biar carik baju
di badan
Asalkan hati
bersih dan jujur
Dalam semak ada
duri
Ayam kuning buat
sarang
Orang tamak
selalu rugi
Macam anjing
dengan bayang
Baik-baik
mengirai padi
Takut mercik ke
muka orang
Biar pandai
menjaga diri
Takut nanti
diejek orang
Ke hulu membuat
pagar
Jangan terpotong
batang durian
Cari guru tempat
belajar
Supaya jangan
sesal kemudian
Orang Daik
memacu kuda
Kuda dipacu
deras sekali
Buat baik
berpada-pada
Buat jahat
jangan sekali
Dayung perahu
tuju haluan
Membawa rokok
bersama rempah
Kalau ilmu tidak
diamalkan
Ibarat pokok
tidak berbuah
Kalau kita
menebang jati
Biar serpih
tumbangnya jangan
Kalau kita
mencari ganti
Biar lebih
kurang jangan
Adik ke kedai
membeli halia
Emak memesan
membeli laksa
Jadilah insan
berhati mulia
Baik hati
berbudi bahasa
Pantai Mersing
kuala Johor
Pantainya bersih
sangat mashyur
Pohonkan doa
kita bersyukur
Negara kita aman
dan makmur
Tuan Mahmud
bermain tombak,
Dang Kasuma
menangkap tupai;
Kalau takut
dilambung ombak,
Jangan berumah
di tepi pantai.
Sayang Musalmah
memakai tudung,
Tudung dipakai
sebelah kiri;
Apa dikenang
kepada untung,
Untung tak
untung diri sendiri.
Ambil bertih
dari hulu,
Isi mari di
dalam balang;
Bersihkan laman
kita dahulu,
Baru bersihkan
halaman orang.
Anak tiung anak
ketitir,
Anak balau
terlompat-lompat;
Barang dikendong
habis tercicir,
Barang dikejar
haram tak dapat.
BERBALAS PANTUN
Dihujung selat
bertiup bayu,
Teratai di kolam
tampak serinya;
Dikandung adat
budaya Melayu,
Dicemar susila
mana manisnya?
Melaka membeli :
Sinis surya di
persada meriah,
Tatkala camar
memainkan rebab;
Manis budaya
pada maruah,
Susila yang
cemar dipulihkan adap.
Melaka menjual :
Rejang menuding
belukar nan kelam,
Pelepah bidara
bergalang malap;
Bijak berunding
luar dan dalam,
Indah bicara di
mana silap?
Selangor membeli
:
Buah bidara di
dalam kaca,
Serai seikat di
pangkal bertemu;
Salah bicara
bukanlah punca,
Hanya mufakat
belum ditemu.
Mengapa aku, duduk di kursi,
Terlalu lama, duduk di bangku.
Bagaimana Aku, Tidak Korupsi,
Gaji sebulan, habis seminggu.
Kalau kotor, sumur di ladang
Jangan diintip, orang mencuci
Memang koruptor, akalnya panjang
Jaksa dan hakim, diberi istri lagi
Jangan diintip, orang mencuci
Memang koruptor, akalnya panjang
Jaksa dan hakim, diberi istri lagi
Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan keluar
Uang rakyat untuk, tambah istri
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan keluar
Uang rakyat untuk, tambah istri
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil, dihina selalu
Maling besar, dimuliakan
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil, dihina selalu
Maling besar, dimuliakan
Sekolah Indonesia, banyak libur,
Muridnya gembira, tiada terhinngga
Aturan negara, ngalor ngidul
Wakil rakyatpun, korupsi juga
Muridnya gembira, tiada terhinngga
Aturan negara, ngalor ngidul
Wakil rakyatpun, korupsi juga
Kura kura dalam perahu
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
Korupsi itu adalah kentut
KENTTARA dekat lutut
Uang banyak, semua wanita nurut
Awalnya jujur, tapi tidak patut
orang yang jujur, tak punya pengikut
orang yang mau jujur, ngaku sudah kentut
orang yang ga jujur, sebenarnya penakut
orang yang menyalahkam orang lain, padahal dia yang
kentut
orang yang bodoh
orang yang menahan
berjam jam lamanya tidak bisa kentut
orang yang berwawasan
orang yang tau kapan waktu yang tepat untuk kentut
orang yang misterius
orang yang kentut tapi tiada yang tau dia yang kentut
orang yang gugup
orang yang yang nahan kentut kalo lagi kentut
orang yang percaya diri
orang yang yakin kalo kentutnya wangi..
orang yang sadis
orang yang kentut trus kentutnya di bekap sama
tangannya trus di kasi ke idung orang lain
KORUPSI PEREMPUAN
KETIKA membicarakan korupsi, perempuan
bukanlah entitas tunggal. Ada perempuan yang berlaku sebagai pelaku, objek,
ataupun korban. Dimulai dari tertangkapnya Maharani Suciyono (MS) dan Ahmad
Fathanah (AF), deretan nama perempuan yang terseret kasus suap impor daging ini
bergulir seperti bola salju. Menurut pantauan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK), jumlah perempuan yang menerima aliran dana dari AF
mencapai 45 orang. Terkait Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), kolega AF dalam kasus
ini, muncul nama Darin Mumtazah (DM), siswi SMK yang disinyalir telah menjadi
istri siri LHI.
Kasus ini seksi dan mengundang
kontroversi, selain karena oknum yang terlibat merupakan petinggi partai yang
mencitrakan diri bersih dan peduli, juga karena para perempuan yang terseret
seksi secara denotatif. Konstruksi berita di media mengarah pada kesan bahwa
keterlibatan mereka dalam kasus ini adalah sebagai objek seks.
Gempita
berita perempuan di sekeliling kasus suap impor daging dan tindak pidana
pencucian uang (TPPU) AF dan LHI itu seakan melengkapi berita perempuan sebagai
pelaku korupsi pada paruh kedua tahun lalu.
Diawali
dari tertangkapnya Nunun Nurbaeti, pada Desember 2011 di Bangkok, deretan
perempuan pelaku korupsi memanjang laksana konvoi. Menyusul kemudian Mindo
Rosalina Manullang dari PT Anak Negeri yang terlibat kasus suap Wisma Atlet di
Palembang. Kasus ini menyeret nama Angelina Sondakh, politisi dari Partai
Demokrat.
Banyaknya kasus korupsi oleh politisi
perempuan menumbangkan premis bahwa peningkatan keterwakilan perempuan dalam
legislatif akan menurunkan tingkat korupsi. Premis ini didasarkan pada asumsi
bahwa secara natural, perempuan memiliki sifat lebih hati-hati, moralis, takut
risiko, tidak ambisius, dan kurang agresif. Semua sifat itu kurang kondusif
bagi dilakukannya korupsi. Tetapi kelemahan utama kajian perempuan dan korupsi
adalah cara pandang yang melihat perempuan sebagai identitas gender yang
homogen, padahal identitas gender
perempuan sesungguhnya sangat majemuk: kelas sosial, ideologi, afiliasi
politik, pendidikan, akses pada sumber daya, kepentingan, dan lain-lain.
Menurut
Danang Widoyoko dari Indonesian Corruption Watch (ICW) korupsi yang rendah di
negara-negara dengan tingkat keterwakilan perempuan yang tinggi, seperti yang
terjadi di negara-negara Skandinavia, tidak berkait dengan gender, tetapi lebih
kepada kultur masyarakat yang telah bisa membedakan mana publik dan mana
privat, parpol yang sangat kompetitif dan akuntabel, serta pengawasan yang
melekat kuat oleh masyarakat dan media massa.
Bias
Gender
Meski
demikian, tetap ada bias gender. Ada semacam common sense dalam masyarakat kita, bahwa patut diduga di balik
sosok laki-laki korup, ada seorang istri yang serakah dan penuntut. Anehnya,
persangkaan bahwa di belakang perempuan korup ada sosok suami yang tamak, tidak
mengemuka.
Ini salah satu potret bias gender yang tampak
dalam pusaran korupsi oleh perempuan. Gaya hidup ala jetset para perempuan
itulah yang disorot dan dituduh menjadi biang terjadinya korupsi.
Media
sibuk memberitakan merek tas, sepatu, baju, operasi plastik, mobil mewah dan
gaya hidup para perempuan koruptor.
Sifat
matrealistis yang dikonstruksikan milik kaum perempuan mestinya terbantahkan
dengan fakta bahwa korupsi oleh kaum laki-laki jauh lebih banyak jumlah kasus
dan nominalnya.
Spontanitas
ungkapan ''Perempuan kok korupsi!'' juga merupakan potret bias gender. Ungkapan
itu menunjukkan bahwa jenis kelamin yang lain (laki-laki) dianggap lebih pantas
melakukan korupsi, dan karenanya lebih dimaklumi. Padahal, korupsi adalah
perbuatan yang tidak pantas bagi laki-laki maupun perempuan.
Konvoi
korupsi oleh perempuan menunjukkan bahwa korupsi bukanlah persoalan jenis
kelamin. Relasi kuasa lebih dominan daripada determinasi gender.
Objek
Korupsi
Di
sisi lain, perempuan juga menjadi objek korupsi, misalnya sebagai objek
gratifikasi seks. Arus hedonisme yang kuat membuat para perempuan lemah iman
terbawa larut. Tak ada acuan nilai yang memandu mereka mengambil keputusan
selain keinginan kebendaan. Pejabat publik mestinya punya standar integritas
moral yang tinggi. Jika tidak, mungkin tanpa kita sadari, banyak urusan publik
yang keputusannya ditentukan oleh ñmaaf-- selangkangan perempuan. Peradaban
serasa mundur berpuluh abad ke belakang. Menyedihkan!
Kaum
perempuan adalah entitas mayoritas korban korupsi. Korupsi yang masif telah
menyandera dana pembangunan yang diperlukan untuk kesejahteraan rakyat,
termasuk di dalamnya perempuan.
Dengan
peran reproduktifnya, perempuan adalah pihak yang paling berkepentingan dengan
layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Korupsi membuat layanan
kesehatan publik menjadi mahal. (24)
–
Siti Maryamah, Ketua LKP Lestari Rahayu, Desa Gumelem Wetan, Susukan,
Banjarnegara.
(/)Cobaan
PKS korupsi dan perempuan
Mihardi
Minggu, 12 Mei 2013
− 07:10 WIB
Ayu
Azhari di Gedung KPK. (Dok. Sindo)
Sindonews.com
- Kasus kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian (Kementan) yang sudah
menyeret mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq
(LHI) menjadi tersangka kasus itu merupakan kasus yang terberat selama PKS
berdiri. Pasalnya, partai yang berani menjual dengan motto bersih pada pemilu
sebelumnya, kini menjadi ternodai dengan kasus tersebut.
"Kasus
LHI dan AF (Ahmad Fathanah) adalah petaruhan terbesar PKS selama partai itu
berdiri. Persepsi publik bahwa PKS adalah partai bersih dan bebas korupsi
menjadi tercoreng lantaran kasus suap impor sapi," kata Senior Researcher
di Founding Fathers House (FFH) Dian Permata saat berbincang dengan Sindonews,
Minggu (12/5/2013).
Selain
itu, kata dia, yang membuat partai berlambang bulan sabit kembar dan padi itu
terus dipandang negatif adalah terkuaknya wanita-wanita di balik peranan AF
selaku teman dari LHI. Maka itu, PKS sedang diterpa isu yang dapat
melumpuhkannya di Pemilu 2014. "Isu ini makin diperparah dengan terkuaknya
sejumlah wanita cantik diseputar AF. PR (pekerjaan rumah) PKS menjadi dua.
Mengatasi isu korupsi dan perempuan," kata jebolan University Sains
Malaysia (USM) ini.
Kendati demikian, dia meyakini, jika
menghadapi kasus korupsi PKS sudah tentu punya solusinya. Tetapi, dia
menambahkan, untuk para wanita di balik kasus tersebut, tidak mudah untuk PKS
menghilangkan itu."Untuk mengatasi isu korupsi, PKS diperkirakan akan
menggunakan sejumlah teknik komunikasi. Dan besar kemungkinan, PKS dapat keluar
dari krisis isu korupsi ini. Namun, untuk isu perempuan, PKS seperti harus
bekerja lebih keras lagi," kata pria jebolan Universitas Jayabaya ini.
"Hal ini dilatarbelakangi persepsi
mayoritas masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya ketimurannya. Apalagi,
dalam isu perempuan tersebut terselip moralitas. Ditambah lagi yang
melakukannya adalah partai berbasis Islam," tandasnya. Sedakar diketahui,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menguak orang-orang yang terduga
menerima sejumlah uang dan barang dari tersangka kasus impor daging sapi di
Kementan Ahmad Fathanah.
Dari hasil penelusuaran, KPK menemui
beberapa deret nama wanita cantik dan seksi, sebut saja artis yang terkenal
pada era tahun 1990an Ayu Azhari, photo model majalah dewasa Vitalia Sesha,
penyanyi dangdut Tri Kurnia Puspita, Maharani Suciono, dan Sefty Sanustika.
No comments:
Post a Comment