PENDAHULUAN
Awalnya penulis menjadi orang
Asing yang baru datang ke Airtiris Kampar Riau Indonesia. Lalu terdengarlah
humor seorang ustadz tentang seorang isteri di kampung yang keningnya terantuk
ke tiang, bengkak sebesar pergedel. Humor ini pertama penulis dengar ketika
penulis berumur 14 tahun, tapi di Desa yang sama, humor itu masih penulis
dengar ketika umur penulis sudah 54 tahun. Artinya pesan moral dari humor itu
masih laku, atau kurangnya informasi baru, sehingga yang lama tetap eksis.
Kemudian tahun 1980, penulis
merasa diri menjadi orang asing pula di kota Pekanbaru, karena kulia IAIN Cuma ada
di ibu kota provinsi saja waktu itu. Penulis mulai mendengar humor tentang
muallaf yang berbicara ketika shalat, hanya karena melihat tikus lewat dalam
masjid, karena di kota Pekanbaru memang banyak tikusnya.
1. HUMOR
tentang pergedel sebesar bengkak kening
istri yang terantuk ke tiang.
2. Laki-laki yang
ingin bunuh diri tidak jadi mati, tapi ketika dia tidak ingin mati, justru saat
itu dia mati.
3. Humor anjing kawin dalam kapal Nabi Nuh yang
dilaporkan oleh kucing.
4. HUMOR SANG AYAH,
yang sempat menyusu kepada isteri
anaknya, hanya dua kali, karena anaknya berpesan, bahwa apapun yang
diminta sang ayah harus dikasi. Sang
istripun menurutinya.
5. Humor Batak dan
Jawa, salah pengertian.
6. Humor muallaf
yang saat shalatnya tikus lewat,
sehingga berbicara.
7. Humor Khatib
membaca dalam bahasa Arab, disangka oleh keponakannya, berbahasa kampungnya di
Sumbar.
8. Humor khati jumat
di Jawa Barat, khutbah pakai bahasa Arab semua, tapi sempat berkomunikasi
dengan isterinya.
9. Humor, menantu
pulang dari jauh, ingin membuat kejutan, tapi terpeluk kepada mertua.
10. Humor imam jumat
melrikan diri, karena lupa bilangan rakaat.
11. Humor
tentang anjuran bersedekah yang terbaik,
lalu datang pengemis, maka isterinya mengambil jas terbaik suaminya dlam
lemari. Setalah suamnya pulang, marah-marah dan berkata. “Hal itu dari orang
lain ke kita, yang baik-baik, tapi dari kita ke orang lain, yang jelek-jelek...
ha ha
ha.
12. Lulus ujian PNS,
karena senama dengan keponakan pejabat.
Kebiasaan yang Diulang 100 kali lebih.ize
Di Tiongkok pada zaman dahulu
kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian
memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan
keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit
bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan
penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke
arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang
melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah
tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap,
"Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada
tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"
Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba
seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi,
itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."
Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan
bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang
minyak menjawab, "Tunggu sebentar!"
Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok
kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci
minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung
penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di
tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes
pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!
Panglima dan rakyat tercengang. Mereka bersorak sorai menyaksikan
demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang
minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan
kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang
terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."
Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar
biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!
Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi
mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita
membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui
kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin,
integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.
Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir
sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses
yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap
perjuangan kehidupan kita.
No comments:
Post a Comment